Miko membolak-balik kertas dari dalam map yang baru dia ambil dari ruang osis, konsentrasinya harus terbelah, di samping memahami rincian anggaran untuk keperluan bakti sosial, dia juga harus mendengarkan cerita Athena. Kalau Miko cuek sedikit saja, apalagi Athena sedang sangat bersemangat, maka siap-siap saja Miko menerima cubitan dari Athena.
"Filmnya oke banget lah pokoknya, puas gue nontonnya. Rugi kalo lo sampe nggak nonton, Mik. Eh, apa kita nonton bareng aja ya? Tapi kapan dong? Kan akhir-akhir ini tugas lagi banyak-banyaknya," ucap Athena, butuh waktu delapan menit baginya untuk bercerita mengenai film yang dia tonton kemarin Sabtu.
"Hm," Miko hanya menggumam, otaknya tengah bekerja, menimbang beberapa hal yang agak rancu di dalam kertas di tangannya.
"Ih, Miko mah reaksinya gitu doang!" benar kan, Athena sebal jadinya. Seperti biasa, bibir Athena sudah maju dan dengan cepat tangannya bergerak untuk mengacak rambut Miko.
"Na, yailah, iya iya gue dengerin kok," kata Miko, saking tidak sempat merapikan rambutnya, Miko hanya menggerakkan kepalanya sebentar.
"Apa coba?"
"Film kan?"
"Film apa?"
"Filmnya Deva."
"Trus ngapain?"
"Ngapain?" Miko berhenti berjalan, tepat di depan kelas X-4. "Apanya yang ngapain, Na?"
"Tuh kan– lo nggak dengerin gue berarti. Ah, Miko nyebelin!"
"Athena, gue kan lagi baca ini, ya maaf kalo ada cerita lo yang kelewatan."
Athena menghela nafas. Dia tahu betul bagaimana Miko, kalau sudah diberi tanggung jawab atas apapun dia pasti mempunyai loyalitas tinggi untuk mengerjakannya. Kali ini, untuk acara bakti sosial karena Miko ditugasi mengurus masalah keuangan. Tanggung jawab yang besar makanya sampai jam istirahat seperti ini saja Miko tidak bisa bersantai.
"Ya udah deh, gue nggak akan ganggu lo lagi."
"Nggak gitu maksudnya," ucap Miko lembut. "Abis tugas ini selesai kita bisa jalan lagi kok kayak biasanya. Mau maraton nonton juga gue temenin, asal lo seneng."
"Beneran?"
"Iya."
"Oke deh kalo gitu," kata Athena lantas tersenyum.
"Nanti pulang bareng gue ya, Na."
"Nggak ada rapat osis lagi?"
"Kosong kok, jadi gue bisa nganter lo pulang."
"Traktir makan bakso tapi ya, Mik. Hehe."
"Ah, ada embel-embelnya ternyata," jawab Miko sambil memasukkan satu tangannya ke saku celana.
"Dih, mau pelit sama gue?"
"Iya deh, gue traktir. Seabangnya bakso juga?"
"Abangnya mah buat elo aja."
Miko mendorong hidung Athena karena juluran lidah Athena untuknya. Keduanya kemudian tertawa bersama. "Na, gue mau ketemu Pak Ziko dulu ya, mau ngasih map ini. Lo mau ke kelas apa gimana?"
"Em, gimana ya?" Athena menimbang, waktu istirahat masih tersisa sepuluh menit lagi, sedangkan hari ini Salwa tidak masuk karena harus menunggui ibunya di rumah sakit. "Gue mau duduk-duduk di situ dulu aja deh."
Miko mengikuti lajur telunjuk Athena yang mengarah pada bangku besi di tengah taman kecil, akses penghubung kelas sepuluh dengan aula dan ruang ekstrakulikuler seni tari.
"Gue tinggal ya kalo gitu?"
Jempol Athena mengarah pada Miko. Mereka berpisah di titik tersebut, Miko berjalan ke arah ruang guru dan Athena melaksanakan apa yang dia katakan pada Miko tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventy Eight Pages ✔
Teen Fiction[Teenfict Story] Bagaimana jika pada akhirnya aku yang terlebih dulu jatuh cinta padamu?