22. Say It Before You Late

11.1K 811 33
                                    

"Selamat siang, Tante, Abang Galendra ada?" suara tengil Adam terdengar begitu Dian membuka pintu kamar rawat Galendra. Di belakang cowok itu berdiri Danang, Athena dan juga Salwa.

"Siang," sambut Dian ramah. "Ada tuh lagi tiduran sama Ganindra. Yuk masuk."

Kemudian Adam, Danang, Athena dan Salwa mencium tangan Dian secara bergantian. Ganesa yang duduk di sofa panjang bergegas berdiri, menyambut teman-teman dari putranya yang datang menjenguk.

"Siang, Om," sapa Danang terlebih dulu. "Sehat, Om?"

"Sehat, kalian gimana?" balas Ganesa sambil menepuki bahu Danang. Senyuman tersirat di tengah wajah keriputnya.

"Saya sih sehat, Om, cuma si Adam tuh lagi kumat dia," jawab Danang asal. Adam segera mendelik ke arahnya. "Hahaha, nggak, Om, bercanda kok."

Galendra yang sedang berbaring ditemani Ganindra segera melempar pandangan, menyisir satu persatu temannya namun tetap saja ada satu sosok yang mencuri perhatiannya lebih besar. Galendra memandang Athena tepat ketika cewek itu berbalik sambil mengaitkan sebagian rambutnya ke belakang telinga. Gerakan sederhana yang entah mengapa membuat Galendra susah mengganti obyek pandangan.

"Adek, sini yuk turun dulu, ini kan ada temen-temennya Abang," ucap Dian. Meski Ganindra sempat cemberut karena dia masih ingin bermanja-manja di pelukan Galendra sambil memainkan salah satu game di ponsel, si kecil itu tetap saja menuruti perkataan ibunya.

"Abang nanti temenin main lagi ya," kata Ganindra begitu kakinya menginjak lantai. Lantas mata kecilnya menangkap sosok Athena yang berdiri di seberang. Bocah itu langsung terlihat gembira atas alasan yang hanya diketahui olehnya. "Kak Athena!"

"Hai, ganteng!" sambut Athena tak kalah riang. Ganindra menggenggam ponsel milik Dian kemudian berlari kecil memutari ranjang. Saat tiba di dekat Athena, dua tangan kecilnya mendekap perut Athena dengan erat. "Ih, kamu udah gede ya sekarang. Kakak kangen deh sama kamu."

"Aku juga kangen sama Kakak. Hehe," jawab Ganindra. Kepalanya mendongak dan bibirnya meretas senyum. Keakraban yang terjalin diantara mereka membuat semua orang di ruangan tersebut ikut tersenyum, terutama Galendra. Ada kekaguman berlebih yang tumbuh ketika melihat Athena bisa begitu akrab dengan Ganindra.

"Santai aja liatinnya," desis Adam sembari menekan pipi Galendra. Suaranya yang begitu pelan tentu tidak dapat didengar oleh orang lain. "Tembak aja udah, kelamaan keburu ilang, sob!"

"Apaan sih lo?" balas Galendra. Tatapannya yang bermaksud mengintimidasi justru dianggap gurauan oleh Adam. Danang yang tidak tahu apa-apa hanya mengedikkan dagunya beberapa kali dan bukannya mendapat jawaban, Adam malah sengaja cengar-cengir polos di depannya.

"Om sama Tante mau ke kantin dulu ya, nggak papa kan kalo titip Galendra sebentar?" tanya Ganesa yang sedang berusaha menggendong Ganindra.

"Siap, Om!" Danang yang memberi jawaban.

"Abang kalo mau minta sesuatu ngabarin Papa atau Tante aja ya," ucap Dian di dekat Galendra. "Tante tinggal ya, anak-anak."

Derit pintu terbuka lantas tertutup menjadi alasan bagi Adam untuk segera menjahili Galendra. Jarinya menusuki perut Galendra sampai cowok yang berbaring tersebut risih dan gantian mengeplaki kepalanya. Danang sendiri cukup diam, dan memilih menertawai tingkah gila kedua sahabatnya.

"Makan apaan sih lo? Tumben-tumbenan bisa sakit," ucap Adam setelah puas mengganggu Galendra.

"Anak curut, puas lo?" balas Galendra sengak.

"Yaaa, makan temennya Adam dong lo, Ndra?"

"Bacot ya bacoooott!" Adam meninju dada Danang yang malah menertawainya. "Eh, Athena sama Salwa kok diem aja sih? Ngomong dong, apa gitu kek. Hehe."

Seventy Eight Pages ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang