16. It's More Than Hurts

10.5K 922 56
                                    

Multimedia : Cinta Untuk Mama by Vidi Aldiano
.
.

Akhir pembelajaran di hari Selasa siang ini akan menghantarkan Athena pada keadaan yang tidak biasa. Sedikitnya, ada sebagian dari hatinya yang menganggap hal ini bersifat istimewa. Untuk memaknai apapun perasaannya tersebut, Athena beberapa kali menyunggingkan senyumnya dalam diam. Bayangan akan sesuatu yang akan terjadi beberapa jam ke depan entah mengapa membuatnya bersemangat untuk lekas pulang.

Kaki-kaki Athena barusaja menginjak paving selepas lantai keramik menemui ujungnya di depan pintu masuk utama St. Morris dan tangannya menghalau helaian rambutnya yang tertiup angin ketika panggilan dari arah belakang memaksanya untuk menoleh.

"Buru-buru amat sih lo, Na," ucap Salwa begitu selesai berlari agar jaraknya lebih dekat dengan Athena. "Ada acara ya?"

"Em, nggak sih, pengen buruan sampe rumah aja. Hehe."

"Lah, kenapa dah? Ada artis yang mau dateng ke rumah lo gitu?"

Pertanyaan konyol Salwa kontan membuat Athena terkikik. Bukan, Galendra bukan artis. Dia hanya cowok—yang kebetulan memiliki paras tampan—pembuat onar yang nyatanya telah membuat hati Athena nyaman ketika ada di dekatnya. Setidaknya, persentase kenyamanan itu kian bertambah tanpa sebab yang pasti.

Bukankah rasa nyaman seringkali timbul dengan tidak menuntut alasan? Berjalan sebagaimana mestinya saja, bukan?

"Mau ada Adipati Dolken di rumah gue, mau jumpa fans gitu deh. Haha," goda Athena. Dia paham betul kalau nama aktor yang barusan dia sebutkan adalah sosok cowok idola Salwa selama ini.

"Yeuh– tipu lo. Kalo Adipati Dolken mau jumpa fans mah gue pasti tau, njir."

"Iya gitu?"

"Kan gue pacarnya dia jadi ya apa-apa dia bilang ke gue lah. Haha!" Salwa yang pamer mendapat toyoran dari Athena. "Seriusan deh, mau ngapain sih lo buru-buru pulang? Jangan boong, lo nggak bakat boong di depan gue."

Senyuman Athena bertambah lebar, sambil menyelipkan kumpulan rambutnya ke belakang telinga Athena berbisik, "Tapi kalo gue cerita lo jangan bocor ya."

"Roman-romannya rahasia besar nih."

"Siang ini, Galendra mau dateng ke rumah gue. Diundang sama Mama sebagai ganti malem itu dia nggak bisa dateng."

"DEMI??!!" teriak Salwa heboh. Athena lalu buru-buru membungkam mulutnya dan baru dilepaskan saat Salwa berjanji tidak akan bertindak secara berlebihan lagi. "Cieee– kalo kata iklan kopi sih—bunga-bunga cinta bermekaraaan..."

"Psst!" ucap Athena sambil menempelkan telunjuknya di bibir. "Dah ya, gue udah pesen gojek soalnya. Udah ditunggu di depan. Hehe."

Salwa senyum-senyum sendiri sambil memperhatikan punggung Athena yang bergerak-gerak. Cewek itu terlihat begitu bersemangat. Salwa bahkan tidak pernah melihat Athena seenerjik ini hanya untuk bertemu seseorang. Padahal selama ini Athena dan Galendra tidak pernah—atau belum—mempunyai catatan baik. Ya maksudnya, setahu Salwa, baik Athena dan Galendra masih saja terlihat layaknya kucing dan tikus. Meski sekarang mereka terlihat lebih imut daripada beberapa waktu ke belakang.

"Itu Athena kenapa nggak nungguin gue?" suara Miko yang tiba-tiba ada di sebelah Salwa memaksa cewek itu memalingkan fokusnya.

"Lagi seneng dia, mau makan siang sama cowok ganteng," sahut Salwa seolah lupa kalau tadi Athena berpesan agar ceritanya tidak bocor kemana-mana. Tapi, ini kan Miko yang bertanya, sahabat mereka juga. Salwa pikir, tidak akan ada masalah kalau Miko tahu.

"Siapa?"

"Siapa lagi kalo bukan Galendra, Mik."

Miko tertegun mendengar nama Galendra disebutkan oleh Salwa.

Seventy Eight Pages ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang