11 : Love

1K 132 16
                                    


--Tomorrow Will Come--

Jimin membidik panah terakhir, mengandalkan mata kirinya yang tajam sebelum akhirnya melepaskan tarikan busur hingga panah itu melaju kencang menembus bagian tengah papan target dengan sempurna.

Jimin mengatur napasnya. Merasa lelah setelah hampir satu jam berlatih membidik di sanggar panah. Beberapa teman Jimin bertepuk tangan melihat keahlian Jimin membidik dengan sangat baik.

Jimin mengambil botol air mineral di dekat kursi plastik yang ada di sudut ruangan. Setelah melepas dahaga, ia tergerak untuk mengambil ponsel. Bersiap menelepon seseorang.

"Halo?"

"Hei, Kim Taehyung. Kau dimana hah? Berani-beraninya kau menghilang saat sekolah berakhir tanpa memberitahuku." Hampir saja Jimin mengutuk jika saja tidak ada coach panah yang sedang lewat di depannya.

"Aku kan sudah bilang padamu bahwa hari ini aku akan sibuk dengan Kak Yoongi untuk mempersiapkan mixtape yang akan dirilis dua bulan lagi."

"Aku tidak diajak?"

"Sebelum kuajak, kau sudah lebih dulu bilang bahwa hari ini kau latihan memanah. Kupikir kau tidak ada waktu." Sahut Taehyung ketus.

"Ah, kau ini. Harusnya kau mengatakan padaku lebih dulu. Aku kan bisa bolos latihan."

"Aku akan menjitakmu seandainya kau disini, Park Jimin."

"Aku akan menyusulmu. Boleh?" Tanya Jimin.

"Boleh saja. Tapi, jangan berisik atau membuat masalah." Ujar Taehyung. Sebenarnya ia sedikit ragu mengiyakan permintaan Jimin. Jujur saja, ia masih merasa belum terlalu dekat dengan Yoongi. Masih ada rasa segan yang besar. Lagipula, seharusnya Taehyung meminta izin dulu pada Yoongi. Namun, ia sudah terlanjur berujar bahwa Jimin boleh datang.

"Ah, kau ini cerewet sekali. Lagipula siapa yang akan membuat masalah hah? Aku kan bukan anak kecil."

"Kalau begitu, cepat berlarilah kesini, anak kecil."

Jimin menutup teleponnya dengan kesal. Ia menyeka keringat yang masih tersisa di lehernya, lalu menyandang tas ranselnya.

Jimin sampai di gedung BIG dengan selamat. Ia langsung menuju ruangan Yoongi yang berada di lantai empat. Taehyung yang membukakan pintu studio Yoongi.

Yoongi memutar kursinya. Memastikan seseorang yang baru saja memasuki ruang kerjanya yang penuh rahasia ini.

"Darimana kau tahu letak ruanganku?" Tanya Yoongi datar.

Jimin menggerakkan kepalanya ke arah Taehyung tanpa ucapan. Yoongi hanya mengembuskan napas pelan sambil melirik Taehyung. Lalu, ia kembali fokus pada pekerjaannya.

"Di ruangan ini, ada aturannya. Tidak boleh bicara sembarangan. Tidak boleh menyentuh apapun dan tidak boleh membuat keributan. Jika itu terjadi maka ...."

KLANG

Yoongi menoleh dan menatap tajam pada Jimin yang membuka mulutnya lebar, saking terkejutnya. "Maaf?" ucapnya sambil membulatkan mata. Ia tak sengaja menjatuhkan sebuah robot kaleng yang menjadi pajangan di salah satu rak Yoongi. Tidak ada yang rusak. Hanya saja, suara yang ditimbulkan sedikit mengagetkan. Taehyung menggigit bibir, memandangi Jimin dengan sedikit kesal. Baru saja diajak sekali sudah menciptakan masalah, membuat Taehyung menyesal sedikit.

"Duduk saja dalam diam jika kau tidak ingin aku tendang keluar." Yoongi membalik kursinya kembali menghadap monitor. Jimin duduk di samping Taehyung yang sedang memandangi laptop. Tentu saja Taehyung menyikut sambil mengomel lewat tatapan mata pada Jimin. Namun, Jimin tidak bisa benar-benar dan kembali berdiri. Ia mendongak, memandangi langit-langit studio yang dipenuhi dengan poster album-album penyanyi barat yang Jimin tidak tahu siapa namanya. Semua tersusun dan tertempel rapi, seperti wallpaper. Mulutnya tak henti-hentinya membulat karena melihat keyboard dan dua gitar yang bertengger di sudut ruangan. Kemudian mata Jimin tertuju pada meja komputer Yoongi. Ada beberapa figure-action dan tiga pigura dengan foto yang berbeda. Jimin tak mengenal semua orang dalam foto-foto itu, kecuali Yoongi. Pandangan Jimin agak lama terhenti pada satu foto. Foto Yoongi berdua dengan seorang wanita di depan gedung BIG. Wanita itu mencium pipi kiri Yoongi, sementara Yoongi memamerkan tanda peace dengan jarinya. Tanpa ia sadari, ia melangkah semakin dekat dengan Yoongi. "Aku tidak pernah tahu kau dekat dengan Kak Jian."

Tomorrow Will ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang