15 : Unexpected Meeting

1K 118 37
                                    

Sedikit perubahan dari yang versi lama. NamMin alert!

--Tomorrow Will Come--

Namjoon menghampiri Jian yang sedang melipat jas dokternya.

"Bersiap untuk pulang?" Tanya Namjoon. Jian mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Jian ...." Namjoon menarik perhatian Jian sekali lagi.

"Ya, Namjoon." Jian menghadapkan tubuhnya yang sudah selesai bersiap pada Namjoon. Namjoon menggaruk tengkuknya. Sedikit ragu untuk mengatakan maksud hatinya. Sedangkan Jian masih setia menunggu. Ia tahu betul Namjoon ingin menyampaikan sesuatu. Terlihat dari gerak-geriknya.
"Ada apa, Namjoon? Katakan saja."

"Begini ...." Namjoon berdeham pelan. "Aku berniat mengajakmu makan malam bersama. Kau ingin ikut?"

Jian mengangkat alis sambil membulatkan bibirnya. "Wah, tidak biasanya begini. Ada perayaan apa?" sahut Jian dengan nada bercanda, lalu mengambil sling-bagnya dari dalam loker.

"Sedang ingin mengajak makan bersama saja. Memangnya tidak boleh jika aku berbaik hati sedikit?"

Jian terkekeh. "Kau sudah banyak berbaik hati, Namjoon." Jian memukul pelan lengan Namjoon sambil tersenyum.

Jian mengibas roknya dan mengikat rambutnya yang tadi terurai. "Baiklah. Aku ikut. On you, right?"

"Of course."

Setelah mendapat persetujuan Jian, akhirnya Namjoon membawa Jian ke sebuah restoran yang sudah direservasi untuk makan malam spesial. Jian cukup terkejut melihat jamuan luar biasa yang disiapkan Namjoon.

"Kenapa aku jadi gugup begini ya?" tutur Jian, berniat bercanda. Ia duduk dengan malu-malu saat seorang pelayan menggeserkan kursi untuknya. Namjoon tersenyum menanggapi ucapan Jian itu. Ia duduk berhadapan dengan Jian. Menyelesaikan pesanan dengan cepat agar bisa memiliki waktu berdua dengan Jian.

Jian masih dengan wajah bingungnya sambil memainkan lilin cair yang ada di dalam gelas kecil transparan di atas meja.

"Bagaimana perasaanmu, Park Jian?" tanya Namjoon.

"Eum .... aneh?"

Namjoon mengernyit bingung. Jian menanggapi ekspresi Namjoon dengan kekehan. "Ya, aku merasa sedikit aneh. Ini pertama kalinya kau mengajakku ke tempat seperti ini. Aku jadi sedikit gugup. Ah, jadi malu sekali. Gugup karenamu." Jian berlagak seperti seorang gadis yang baru saja kenal cinta. Namun itu hanya sikap candanya saja. Ia hanya tidak terbiasa dengan sikap romantis Namjoon yang seperti ini.

"Untuk apa gugup? Seharusnya kau bersyukur jika temanmu ini ternyata masih memiliki jiwa romantis. Sudah pantas untuk dipilih seorang wanita kan?" Namjoon tersenyum sambil mengedipkan mata. Memamerkan lesung pipinya yang menambah manis wajahnya. Jian berdecih sambil tersenyum remeh. Sahabatnya ini terlalu banyak bercanda.

Tak lama kemudian, Namjoon mendongak, melihat ke belakang Jian. Ia melambaikan tangan, memberi isyarat pada dua orang yang baru memasuki restoran.

Jian terperanjat saat menoleh pada dua orang yang berdiri di hadapannya dan Namjoon. Jian menelan ludah sambil menatap Namjoon penuh tanya.

"Apa ini, Namjoon?"

"Tidak kesulitan mencari restorannya kan, Jimin?" Namjoon mengabaikan pertanyaan Jian. Jimin menggeleng sambil tersenyum.

"Maaf, kami sedikit lama. Sedikit sulit membujuk Kak Yoongi untuk menemaniku ke suatu tempat. Aku harus beralasan jika aku takut asmaku kambuh. Baru dia mau menemaniku." Jimin melirik jahil pada Yoongi yang masih belum reda dari rasa terkejutnya.

Tomorrow Will ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang