18 : Wedding Dress

1.2K 135 60
                                    

Ini deh ya. Selang-seling.

--Tomorrow Will Come--

Aula Gimnasium Kota sudah dipenuhi oleh penonton yang hendak menyaksikan pertandingan archery yang sedang berlangsung sebagai salah satu rangkaian annual championship antar sekolah menegah atas di Seoul. Kebanyakan penonton adalah murid-murid dari sekolah yang perwakilannya ikut serta dalam pertandingan ini.

Jimin menjadi salah satu pemanah yang mewakili sekolahnya. Selama menunggu di kursi tunggu pemain, matanya menelusuri sekeliling kursi penonton hingga menangkap sosok familiar yang melambaikan tangan dengan semangat sambil mengangkat-angkat handuk medium bertulisan "MINI FIGHTING". Jimin tersenyum sambil membalas lambaian itu dengan santai.

Tak lupa ia juga melambai untuk Yoongi yang sudah duduk manis sambil memandang risih pada Taehyung. Taehyung terlalu sibuk sendiri sambil berjingkrak riang tidak karuan.

Senyum Jimin memudar saat menyadari bahwa matanya tidak menangkap sosok yang ia harap akan hadir menyaksikan pertandingannya.

"Aih, kemana sih Kak Jian? Ini sudah hampir giliran Jimin memanah." Gerutu Taehyung sambil merogoh sakunya. Hampir saja Taehyung menekan tombol panggilan jika Yoongi tidak menyikutnya. "Kakak kalian sudah datang."

Jian terlihat kesusahan melewati barisan orang yang duduk untuk menyaksikan pertandingan. Setelah menunduk, berkali-kali mengucapkan kata 'permisi', akhirnya Jian berhasil menempatkan diri di samping Yoongi.

"Jalanan macet?" tanya Yoongi, menyambut wanita pujaannya dengan senyum. Jian menggeleng sambil mengatur napasnya.

"Tidak macet. Hanya sulit mencari parkir. Parkiran penuh. Terlalu banyak yang datang menghadiri pertandingan ini. Hampir saja aku terjebak di luar jika tidak ada Haewon yang menarikku untuk masuk. Untunglah dia menjadi pemandu pengunjung di depan pintu tadi." Jian menjelaskan dalam satu napas. Yoongi terkekeh, lalu mengacak pelan rambut Jian. Baginya, Jian tampak menggemaskan dengan ocehannya itu.

"Yang penting kau sampai dengan selamat." Ujar Yoongi sambil menepuk paha Jian dua kali. Jian merona atas sikap Yoongi yang kembali berani melakukan kontak fisik padanya.

Sejak ungkapan penuh jujur dari Yoongi pada malam itu, juga permintaan Jimin padanya, Jian berpikir ulang mengenai hubungannya dengan Yoongi. Keinginan Jimin bukanlah hal yang bisa diberikan begitu saja. Namun, Jian pikir tidak ada salah untuk mencoba lagi. Memulai lagi kehidupan yang seharusnya bahagia.

Pertandingan dimulai kembali setelah istirahat sepuluh menit. Giliran Jimin memanah sudah tiba. Ia siap dengan busurnya, menunggu giliran setelah lawannya membidik lebih dulu. Jimin tampak sangat tenang, namun itulah tanda bahwa ia sedang dalam rasa cemas yang besar.

"Peserta nomor 24, Park Jimin."

Jimin berdiri di depan papan panah yang berjarak 18 meter dari posisinya membidik. Ia mengangkat lengan busur setinggi bahu, lalu menarik tali busur. Jimin bertahan dengan posisi tubuhnya, membidik papan target dengan hati-hati. Tarikan napasnya yang ketiga seolah menjadi hitungan mundur untuk melepas panah dan ....

TAP

Sembilan. Panah Jimin menembus angka sembilan di papan target. Jimin menghela napas panjang. Angka sembilan cukup baik untuk permulaan.

Jimin mengepalkan tangannya, melakukan seremoni sederhana atas pencapaiannya. Lawan Jimin juga tak kalah hebat dengan menghasilkan poin sepuluh pada giliran pertamanya dan hal itu membuat Jimin semakin gugup.

Pertandingan berlangsung menegangkan. Selisih skor keduanya sangat tipis. Putaran pertama dimenangkan oleh Jimin. Masih ada satu putaran lagi agar Jimin bisa memasuki final dan menentukan pencapaiannya hari ini.

Tomorrow Will ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang