03 : Hurtful Past

1.5K 158 31
                                    

--Tomorrow Will Come--



Pintu lift terbuka seiring dengan suara tawa seorang wanita berusia empat puluhan yang sedang berangkulan dengan pria muda. Sesekali sang pria mendekatkan bibirnya ke leher wanita paruh baya yang tampak seperti bidadari itu. Si wanita menggeliat geli tanpa melepas senyum sedikitpun.

Mereka berhenti di depan pintu apartemen bernomor 677, lalu si wanita menekan tombol password. Mereka berhasil masuk. Masih dengan intimasi mereka yang luar biasa. Senda gurau mereka terhenti saat si wanita melihat seseorang sedang duduk terdiam di ruang keluarga. Menonton televise dengan volume yang sengaja dikeraskan.

"Jimin-ah, kau belum tidur?" tanya si wanita setelah melepas pelukannya dari si pria. Jimin menoleh. Tatapannya menajam pada pria yang tertangkap irisnya.

"Ini baru tujuh malam, Bu. Aku bukan anak kecil yang harus tidur sebelum jam sembilan malam, kan?" jawab Jimin ketus.

Wanita itu hanya bisa tertawa kikuk mendengar jawaban anak remajanya. Si wanita itu menoleh pada pria muda, seolah berbicara dengan satu sama lain melalui mimik wajah.

"Jimin-ah, kembalilah ke kamarmu. Ibu ada sedikit urusan dengan Paman ini."

Perintah sang ibu membuat Jimin beranjak menuju kamar. Ia tak menoleh lagi pada ibunya. Lagipula, Jimin bukan patuh pada perintah yang baru saja ia dapat. Ia hanya malas harus mendebati sang ibu yang berpikiran liar.

Jimin membanting pintu kamarnya. Tak peduli jika sang ibu marah atau terkejut. Ia benar-benar tak ingin peduli. Jimin memejamkan mata sejenak.Ia mencoba mengontrol amarahnya yang meluap-luap sejak sang ibu menginjakkan kaki ke dalam rumah. Jimin menepuk pelan dadanya, mengatakan pada diri sendiri untuk tetap tenang.

Tomorrow Will ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang