19 : D-Day

1K 131 60
                                    

Kencangkan sabuk pengaman anda
Enjoy~

--Tomorrow Will Come--

Jian mondar-mandir di luar ruang rawat. Menunggu dokter yang memeriksa Jimin selesai melakukan tugasnya.

"Dokter ...." Jian berdiri di hadapan sang dokter yang baru saja keluar dari ruangan Jimin.

Dokter Song tersenyum tipis. "Tidak apa-apa. Jimin kelelahan. Habis berolahraga ya?"

"Baru menyelesaikan pertandingan memanahnya tadi." Jawab Jian.

Dokter Song mengangguk paham. "Biarkan dia istirahat sebentar. Masker oksigen bisa membantunya untuk tidur lebih nyenyak beberapa jam. Boleh menemaninya di dalam, tapi jangan terlalu berisik."

Jian mengangguk. Tangannya gemetar sambil membenahi rambutnya yang sedikit acak-acakan. Dokter Song menepuk pelan lengan Jian. "Jangan panik, Jian. Kau seorang dokter kan? Kau harus tenang."

Jian mengangguk, namun raut wajah cemasnya tidak bisa dihilangkan. Dokter Song sebenarnya memahami perasaan Jian saat ini. Sebesar apapun tuntutan seorang dokter untuk tegar, namun jika menyangkut Jimin, Jian seperti orang hilang akal. Bingung bukan main.

Yoongi memegang bahu Jian saat Dokter Song sudah pergi. "Kita temui Jimin?"

Jian mengangguk, mengikuti Yoongi yang berjalan lebih dulu dan membuka ruang rawat Jimin.

***

"Taehyung! Lama sekali sih? Kau tidak tahu jika aku sudah menunggumu sejak pukul tiga tadi?"

Jimin mengomel pada seseorang yang sedang ia hubungi dengan ponselnya. Seketika ia tersentak saat seseorang membuka pintu ruang rawatnya. Ia terpaku saat melihat Taehyung memandangnya sambil menempelkan ponsel di telinga. "Kebiasaan anak kecil. Mengomel saat orang sedang berusaha memenuhi keinginannya." Tutur Taehyung yang terdengar ganda karena Jimin masih bisa mendengarnya dari ponsel yang ia pegang.

"Akhirnya kau datang. Mana pesananku?" Jimin menengadahkan kedua tangannya sambil mengerucutkan bibir. Taehyung mengeluarkan satu kantung plastik putih berisi tiga bungkus sandwich yang hanya bisa didapatkan di kantin gedung BIG.

Wajah Jimin sangat cerah saat memegang sandwich di tangannya. "Wah, sudah lapar sekali dari tadi. Menu hari ini tidak enak. Aku ingin makan ini saja sampai malam."

"Tidak boleh makan itu saja, Jimin, atau aku tidak akan membelikanmu sandwich lagi." Seseorang melangkah masuk ke ruang rawat Jimin.

"Kak Yoongi!" Jimin berteriak riang menyambut lelaki berambut abu-abu itu. Yoongi mengacak rambut Jimin dengan lembut.

"Makan yang banyak. Tapi nanti tetap harus makan makanan yang sudah disediakan rumah sakit. Jangan buat kakakmu cemas terus."

Jimin mengangguk, namun senyum pahit terulas di wajahnya. "Jim ...." Yoongi duduk di kasur Jimin. "Maafkan aku."

Jimin mengernyit. "Kenapa, Kak? Kau membuat kesalahan? Kau membuat Kak Jian marah? Kau sedang bertengkar dengan Kak Jian? Atau .... " Jimin menggeleng pelan. "Jangan katakan padaku jika kau ingin membatalkan pernikahanmu dengan Kak Jian." Jimin melirik Yoongi penuh curiga.

Yoongi berdecih, diiringi kekehan ringan. "Mengada-ada saja kau ini." Yoongi menepuk pelan kening Jimin.

Senyum Yoongi memudar. "Maafkan aku. Aku tidak tahu mengenai kondisimu selama ini."

"Tidak usah dibahas lagi, Kak. Aku bosan mendengarnya."

"Aku tahu. Aku hanya cemas dan merasa bersalah."

Tomorrow Will ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang