17 : Fear

629 67 36
                                    


Ini paket hampers Idul Fitri :*

Enjoy dulu~

--Tomorrow Will Come--

Taehyung berjalan dengan sangat terburu-buru di lobi rumah sakit. Ia segera mencari ruangan yang disebutkan oleh Jian saat menelepon Taehyung tadi. Padahal, Taehyung sedang melakukan rekaman untuk demo lagu yang akan dirilis dua minggu lagi. Namun, pesan dari Jian membuatnya cepat-cepat menyelesaikan urusannya di studi Yoongi dan berlari menuju rumah sakit.

Taehyung mengetuk pintu beberapa kali, lalu menggeser pintu ruang rawat tanpa permisi. Ia menarik napas panjang saat melihat dua pasang mata menyambutnya dengan ekspresi wajah yang berbeda. Jian dengan wajah yang masih kesal dan Jimin dengan wajah riangnya.

Taehyung memejamkan mata sejenak, sekaligus mengatur napasnya yang masih terengah-engah. "Kak Jian mengagetkanku." Tukas Taehyung sembari mendekati kasur Jimin.

"Aku tidak tahu lagi harus bagaimana, Taehyung. Dia susah sekali diatur. Aku hanya menyuruhnya untuk minum obat dan beristirahat sebelum pertandingannya tiga minggu lagi. Sekarang dia malah mengajakku berdebat." Jian memijat pelan pelipisnya.

"Tapi Kakak hanya mengatakan bahwa Jimin masuk rumah sakit di dalam teks pesan tadi. Aku pikir Jimin ...."

"Ck. Kau ini berlebihan, Taehyung." Jimin mengibaskan tangannya. "Aku hanya demam sedikit dan merasa sesak tadi. Kak Jian yang terlalu panik dan membawaku kesini. Bertingkah seolah napasku sudah hilang."

"Jaga mulutmu!" Jian mengangkat tangannya, bersiap untuk memukul namun tidak jadi. Jimin sudah menyiapkan dua lengannya untuk menjadi tameng jika Jian menyerang.

"Kau jaga dia dulu, Taehyung. Aku masih harus menemui dokter lain. Ada urusan sebentar."

Taehyung mengangguk sambil meletakkan tas ranselnya di atas sofa.

"Jangan melakukan hal-hal aneh, Park Mini. Dengar itu?"

"Iya, iya. Cepat sana pergi, Kak!" Jimin mendorong lengan sang kakak, mendesak Jian untuk segera keluar dari kamarnya.

Taehyung menarik kursi ke dekat ranjang Jimin. Ia membuka laptop dan memulai pekerjaan yang tadi sempat tertunda. Jimin yang duduk di ranjangnya melongok penasaran dengan yang Taehyung lakukan. "Membuat apa lagi?" tanyanya.

"Menyelesaikan sedikit lagi lirik. Mendengarkan melodi yang sudah Kak Yoongi buat dan .... ah, masih banyak sebenarnya." Jawab Taehyung tanpa menoleh pada Jimin. Meski ia menggunakan earphone, namun Taehyung mengatur volumenya agar tetap bisa mendengar Jimin.

Jimin merapatkan bibirnya sambil mengembuskan napas pasrah. Sahabatnya ini menjadi sangat sibuk sejak bergabung dengan agensi Yoongi. Tidak jarang, Jimin jadi sering terabaikan. Namun, Jimin cukup tersentuh karena Taehyung mengorbankan waktunya untuk bekerja dan langsung bergegas ke rumah sakit saat mendengar kabar Jimin dari Jian.

"Menyenangkan ya bekerja dengan Kak Yoongi?" tanya Jimin.

Taehyung mengangguk. "Kak Yoongi itu ternyata orang yang sangat tenang, lembut dan lumayan peka. Kupikir dia itu orang yang dingin, menyebalkan dan tidak suka bercanda. Tapi ternyata, dia adalah orang yang hangat."

Jimin tersenyum tipis mendengar jawaban Taehyung. Ia merasa lega sekali karena dugaannya terhadap Yoongi tidak salah. Ia tidak menyesal mengharapkan Yoongi bisa kembali pada kakaknya, meski ia sendiri belum tahu pasti keputusan apa yang akan Jian ambil mengenai hubungan mereka.

"Kau tahu berita tentang Haewon?" tanya Taehyung yang akhirnya menoleh pada sahabatnya. Jimin tertegun mendengar nama mantan kekasihnya itu. Ia menghela napas panjang, lalu memilih untuk kembali berbaring. Terlalu lama duduk membuatnya sedikit pusing.

Tomorrow Will ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang