spiritual

6.2K 496 13
                                    

WILL POV

"Bapak Leonardo,

tidak bisa

kami

selamatkan,"

Mendengar perkataan dokter tadi seakan-akan menghancurkan semua organ tubuhku. Bisa kurasakan jantungku yang melemah dan napasku yang mulai berat,

"A-aapa ?" tanya Randy kaget,

"Maafkan kami, kami sudah mencoba sebisa kami,"

Tidak ada yang bisa kukatakan sekarang. Mulutku seakan-akan terkunci. Aku tidak bisa merasakan apa-apa sekarang. Aku mundur beberapa langkah dengan wajah yang masih tidak percaya.

"Gak, gak mungkin," sahutku tak percaya,

Aku mundur beberapa langkah. Emosiku menaik dan amarah tidak percaya akan semua itu merasuk tubuhki

"Will," panggil Jojo,

aku hanya menggeleng tanda tidak percaya,

langkahku mundur semakin cepat hingga akhirnya aku memutuskan untuk berlari.

Dad tidak mungkin pergi. Aku tidak percaya ini. Dad tidak mungkin pergi. Langkah kaki terus berlari pergi, hingga kudengar suara seseorang yang memanggil namaku.

Aku tidak menghiraukannya. Aku hanya berlari sambil menangis sedih.

Kurasakan badanku kini terdiam saat seseorang memegang tanganku. Ia menarikku dan memasukanku kedalam pelukannya,

"Kita harus menerimanya Will," sahut Randy menenangkanku,

"tapi kenapa Dad ?! Kenapa !!" jawabku menangis,

"Ini sudah keputusan tuhan Will, kau harus mengikhlaskan Dad," balas Randy mengelus kepalaku,

"Dad kalau besar Willy mau jadi tentara bisa gak ?"

"Willy mau jadi tentara ?" tanya Dad

Aku mengangguk senang,

"Dad tidak mau Willy jadi tentara," jawab Dad,

"Tapi kenap ?" tanyaku sedih,

"Dad tidak mau anak Dad yang imut ini berubah menjadi lelaki dewasa dan pergi untuk perang kelak nanti," jawab Dad mencubit kedua pipiku,

"Kan ada Mom yang akan menemani Dad ?" tanyaku,

"Tapi Dad membutuhkan Willy, Willy mau ninggalin Dad ?" tanya Dad,

"Hmm, tidak mau," jawabku menggeleng,

"Kalau begitu, Willy akan menemani Daddy selamanya," lanjutku sambil memeluk Dad,

Aku bisa mengingat hal-hal masa laluku bersama Dad waktu itu. Mengingatnya malah membuatku tambah menangis senangis-nangisnya.

>Flashback<

Pagi itu, aku merasakan sesuatu yang begitu bergejolak dalam diriku. Kehidupan sehari-hariku sebagai seorang murid 3 SMP begitu rumit.

Aku tidak pernah ingin hidup seperti ini. Menjadi seorang 'Gay' bukanlah pilihanku. Aku takut akan dunia yang luas. Takut akan orang-orang yang akan menghinaku karna perbedaan dalam diriku.

Semalam aku baru saja mengatakan kepada Paula jika diriku adalah seorang 'Gay'. Aku bisa merasakan perasaan yang Paula terima saat mengetahui diriku adalah seorang Gay.

Paula kini sudah meninggalkanku dan sekarang, aku berjalan sendiri dikoridor sekolah. Tidak ada yang kupikirkan selain memikirkan diriku. Aku takut, aku merasa kesepian.

Not Like The Movies; PURPOSE BOOK 2 [BOYXBOY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang