Yup, sekarang aku ketakutan.
Ternyata hal yang dicemaskan Donghae benar-benar terbukti. Taehyung mengetahui rencana kami, dan aku yakin seratus persen dia juga sudah merencanakan sesuatu untuk kita semua.
Termasuk aku dan Donghae. Terutama aku dan Donghae.
"Hyunjae dalam bahaya." kata Donghae tegas, dan aku bisa melihat raut wajahnya yang mulai serius. Dara terlihat cukup panik dan saat ini pelipisnya Jimin sudah dibanjiri keringat saking cemasnya.
"Yuri, coba hubungi ayah. Pastikan bahwa situasi disana aman-aman saja." perintah Donghae bak seorang kapten, dan tanpa perlu disuruh dua kali aku langsung mengeluarkan ponsel dari pouch yang aku bawa kemudian menekan tombol speed dial, menelepon ayahku.
Dan seperti adegan-adegan cliché dalam film action kebanyakan, nomor ayah tidak aktif. Begitu juga dengan paman.
"Damn it, nomor ayah sama paman nggak aktif."umpatku, membuat Donghae semakin mengerutkan dahinya. Jimin terlihat berusaha untuk menghubungi Hyunjae, tapi dari raut wajahnya aku tahu nomor pacarnya itu juga tidak bisa dihubungi.
Sial, situasinya benar-benar gawat.
"Gini aja, aku dan Jimin akan pergi memeriksa keadaan, kalian berdua tetap disini dan awasi terus Taehyung. Pastikan ponsel kalian tetap aktif. Jimin, kamu tau kan Hyunjae lagi ada dimana sekarang?" tanya Donghae, lalu Jimin menjawabnya dengan anggukan cepat.
"Head office di lantai teratas mall ini." jawabnya, kali ini suaranya bergetar.
"Ya sudah, kalau gitu ayo kita kesana. Kalian berdua—"
"Kita bisa jaga diri sendiri, kamu cepet pergi." potong Dara, kemudian memberikan kecupan singkat di bibir kakakku itu yang langsung dibalasnya dengan agak terburu-buru. "Take care."
Donghae hanya membalasnya dengan sebuah senyuman simpul dan anggukan singkat, kemudian dia dan Jimin buru-buru pergi meninggalkan aku dan Dara dengan kecepatan mirip the Flash.
Bahkan dalam situasi genting begini kakakku masih sempet-sempetnya ciuman.
Aku menghela napasku kemudian mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan, berusaha mencari-cari sosok Taehyung atau Irene diantara banyaknya orang yang hadir. Dara juga melakukan hal yang sama denganku, tapi sialnya, sejauh mataku memandang aku tidak menemukan sosok cowok menyebalkan itu.
Membuatku berpikir barangkali dia sudah mengikuti Donghae dan Jimin.
Tidak, dia tidak se-ceroboh itu untuk meninggalkan pesta-nya sendiri. Orang-orang pasti akan bertanya kemana dia pergi dan semacamnya, dan dia tidak se-goblok itu untuk membuat orang-orang curiga terhadapnya. Dia kan dikenal sebagai Taehyung-si-CEO-muda-yang-ramah-dan-banyak-teman, ingat?
Sekilas aku bisa melihat Yoona dan ayahnya, beberapa pria dengan setelan jas serba mahal dan wanita dengan dress yang tidak kalah mahalnya, aku bahkan bisa melihat Mrs. Jung, wali kelasnya Donghae yang heboh itu dengan seorang pria yang aku kira adalah si kepala sekolah.
Tapi aku sama sekali tidak melihat Taehyung.
"Dia ke toilet." kata Dara tiba-tiba, seakan-akan menjawab pertanyaanku, membuatku langsung menatapnya sambil mengerutkan keningku.
"Aku lihat dia sekilas barusan, tapi nggak ada Irene di dekatnya." lanjutnya.
"Kalau gitu, kita buntutin dia." kataku tanpa pikir panjang.
Dara dan aku berjalan dengan kecepatan turbo, melewati kerumunan orang-orang yang lagi asyik mengobrol sambil tertawa-tawa tanpa tahu ada masalah genting di tengah-tengah mereka saat ini. Kami akhirnya berhasil mencapai pintu toilet, tapi sedetik kemudian aku langsung tersadar.
Akan sangat mencurigakan kalau aku dan Dara tahu-tahu berdiri di depan toilet cowok saat Taehyung keluar nanti. Iya sih, pintu toilet cowok dan cewek memang bersebrangan, tapi tetap saja mencurigakan. Lagipula, aku juga tidak mungkin masuk kedalam toilet cowok, kan?
Maksudku, ewh, yang benar saja.
"Gini deh, aku bakal pura-pura ke toilet, eonni bisa tunggu disini. Begitu Taehyung keluar coba ajak dia ngobrol basa-basi atau apalah, dan aku akan langsung keluar untuk bergabung bersama kalian." kataku, membuat Dara menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Oke, setelah itu?" tanya Dara.
Aku menghela napasku kemudian menjawab, "Aku akan pikirkan sesuatu di dalam nanti. Pokoknya, eonni tungguin aja disini, oke?"
Dara mengacungkan jempolnya, dan tanpa perlu menunggu lebih lama aku langsung masuk kedalam toilet cewek.
Lalu sedetik kemudian, jantungku serasa copot dari tempatnya.
Di sana, di salah satu bilik yang terbuka dari tiga bilik toilet yang ada, aku melihat dengan jelas seorang gadis yang tengah terduduk di kloset.
Kepalanya mendongak keatas, dengan sebuah luka bekas lilitan di lehernya.
Cewek itu adalah Irene, dan aku tahu, dia sudah tewas.
Seketika itu juga, aku menjerit sekeras-kerasnya.
Well, this is a short part but I really enjoyed writing this part lol. Dedicated to my dearest buddy marchyadt yang udah maksa aku buat nulis part selanjutnya padahal baru aja nge-post part baru beberapa menit yang lalu.
Dude, seriously, paksaanmu lebih nyeremin daripada ketemu mantan /apaan sih ga jelas/
Anyway, thanks for kalian semua yang masih setia buat ngikutin jalan cerita ini. Tuliskan pendapat kalian di kolom komentar, please! Let me know:)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning
FanfictionDisini, semuanya dimulai. Donghae dan Yuri akhirnya harus berhadapan dengan musuh terbesar mereka. Kali ini, mereka harus mengerahkan semua kemampuan mereka untuk mengungkap misteri kematian ibu mereka sendiri, ditambah lagi dengan kehadiran sosok d...