Dara

155 23 2
                                    

Sudah kuduga, semuanya bakal jadi masalah yang luar biasa rumit.

Awalnya niatku hanyalah membuntuti Donghae, cowok yang aku sayangi setengah mati, yang sok-sokan bilang padaku kalau dia mau jadi detektif swasta dan mencari ayahnya yang menghilang. Ya, aku tahu semuanya tentang Donghae, termasuk soal ayahnya yang kabur saat ibunya Donghae tiba-tiba meninggal.

Maksudku, hello, hubunganku dan Donghae ini sudah dekat banget. Aku ini pacarnya. Aku tahu semuanya tentang Donghae dan dia juga tahu semuanya tentangku.

Nyaris tidak ada rahasia lagi diantara kita.

Ada banyak yang ingin aku katakan pada kalian—berhubung ini pertama kalinya aku melakukan narasi langsung dan kalian mungkin belum terlalu mengenalku—tapi kita bisa simpan itu untuk nanti.

Ada hal yang jauh lebih penting untuk saat ini.

Begitu mendengar jeritan Yuri dari arah toilet cewek, tanpa pikir panjang, aku langsung menghambur masuk untuk melihat apa yang terjadi. Aku bahkan tidak memperdulikan Taehyung yang bisa saja pergi dan hilang dari pengawasanku. Masa bodoh. Bagaimanapun juga, adik iparku jauh lebih penting.

Hal selanjutnya yang aku lihat setelah aku masuk ke toilet adalah Yuri yang terlihat benar-benar shock, dan Irene, yang terduduk di atas kloset di salah satu bilik toilet yang terbuka, dengan kepala mendongak keatas dan sebuah luka bekas lilitan di lehernya.

Ya tuhan, dia sudah tewas.

Aku belum pernah melihat Yuri seperti ini—shock dan gemetaran—karena biasanya dia selalu terlihat santai dan agak swag. Tapi memang dasarnya cewek, dia pasti kaget juga melihat seseorang tewas dihadapannya.

Dan sekalipun aku sudah lama menjadi detektif kepolisian, aku juga sama kagetnya dengan dia.

Aku menghampiri Yuri yang masih menutup mulutnya dengan kedua tangannya, matanya berkaca-kaca dan seperti yang sudah aku katakan kepada kalian barusan, dia bergetar hebat.

"Kamu nggak apa-apa?" tanyaku, yang langsung dijawabnya dengan sebuah anggukan pelan.

"Irene...dia..." kata Yuri terbata-bata.

Yuri tidak melanjutkan kalimatnya karena aku sudah keburu berjalan menghampiri jasad Irene yang terduduk kaku di atas kloset. Dengan tanganku yang luar biasa bergetar aku mencoba untuk mencari denyut nadi di lehernya, namun hasilnya nihil.

Ya tuhan. Dia benar-benar sudah tewas.

Cewek ini beberapa menit yang lalu masih berdiri diatas panggung, tersenyum, menjabat tanganku, dan sekarang dia sudah tidak bernyawa.

Ya tuhan.

"Aku... aku akan panggil pihak security." kata Yuri, yang langsung aku balas dengan sebuah anggukan pelan.

Sialan, sekarang kakiku juga mulai bergetar.

Sebelum Yuri sempat membuka pintu toilet untuk keluar dan memanggil security, pintu itu sudah terbuka duluan, lalu tampak dua orang cowok dengan seragam security bertampang keras menghambur masuk kedalam.

Ha, bagus. Bahkan tanpa perlu dipanggil pun pihak keamanan sudah datang duluan.

Ternyata, dua security itu tidak datang sendirian. Taehyung berdiri di belakang mereka, dan raut mukanya menunjukkan seakan-akan dia tengah panik.

Ya, aku mengatakan 'seakan-akan' karena aku tahu, itu cuman akting. Si brengsek itu jago banget main drama.

"Ada apa? Suara teriakanmu terdengar sampai luar, semua orang kaget dan aku langsung memanggil security untuk memeriksa keadaan disini." kata Taehyung kepada Yuri, dan aku bisa melihat dengan jelas raut wajah adik iparku itu yang lagi berusaha keras untuk tidak terlihat terlalu gemetaran di depan Taehyung.

The Beginning Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang