Donghae

197 22 0
                                    

Hari ini aku lagi bernostalgia abis.

Seenggaknya begitu, sebelum aku mendapat kabar bahwa Kim Taehyung ada disini.

Sial, dasar cowok perusak suasana.

Di satu sisi, aku senang mendengar bahwa Taehyung lagi ada di Mokpo, dengan begitu aku dan Yuri bisa dengan mudah memulai penyelidikan terhadapnya—bagaimanapun, gerak-gerik cowok itu kan selalu mencurigakan. Tapi, di sisi yang lain, aku jadi merasa agak cemas mengingat Taehyung mengincar aku dan Yuri. Bagaimana jika dia tahu aku dan adikku ada disini, kemudian dia melakukan sesuatu yang buruk terhadap kami berdua?

Nggak, sebelum dia melakukan itu, aku akan memastikan aku sudah menghajarnya duluan.

Oke, sekarang ayo kita kesampingkan masalah Taehyung. Ada lukisan seharga 10 juta won yang harus kami temukan secepatnya.

Setelah mendengar penjelasan dari Seungwan—atau Wendy, si ketua OSIS—tentang kronologis bagaimana lukisan itu bisa sampai di curi, aku dan Yuri langsung bergerak menuju TKP—alias ruang kesenian—untuk mulai melakukan investigasi. Berhubung nggak banyak yang bisa kami temukan, kami akhirnya meminta Wendy untuk memanggilkan semua saksi mata—tapi sayangnya, Wendy bilang ada beberapa saksi mata yang baru bisa di 'wawancara' besok. So, akhirnya, aku dan Yuri memutuskan untuk kembali ke sekolah besok lagi.

Nyebelin banget. Biasanya aku selalu dapat banyak petunjuk di penyelidikan hari pertama.

Ujung-ujungnya, aku dan Yuri berkeliling area sekolah selama satu jam lebih—iya sih, niat kami berdua awalnya untuk mencari lebih banyak petunjuk, tapi berhubung kami nyaris nggak menemukan apapun, akhirnya aku malah kembali bernostalgia.

Kalian tahu kan rasanya nostalgia di bekas sekolah sendiri gimana?

"Udah kenyang?" tanya Yuri sarkastis, saat kami berdua baru saja keluar dari gerbang sekolah dan menuju Civic.

Aku tertawa garing kemudian menjawab. "Banget."

Yuri mendengus. "Aneh, biasanya kalau kita datang ke TKP kita langsung dapat beberapa petunjuk. Sekarang malah nyaris nggak ada sama sekali."

Aku membenarkan pernyataan adikku itu kemudian membalas, "Ruangan kesenian itu cukup rapi untuk ukuran TKP, nggak ada tanda-tanda pintu dibuka secara paksa, nggak ada lubang di langit-langit atau apalah."

"Kayak dicuri sama hantu." kata Yuri. "Kotak kacanya juga dalam keadaan terkunci rapat, nggak ada retak sedikitpun."

Wait, kotak kaca, ya?

Aku menepuk dahiku. "Bego!"

"Hah?" Yuri mengerutkan keningnya kemudian menatapku.

Sialan, aku goblok banget.

"Ingat salah satu cerita di komik Detektif Conan nggak sih?" tanyaku kepada Yuri, yang langsung dibalasnya dengan sebuah tatapan bingung.

"Kenapa tiba-tiba jadi ngomongin Detektif Conan?" Yuri balik bertanya.

Aku menghela napasku kemudian menatapnya dalam-dalam. "Gini lho, seingatku, ada sebuah kasus di Detektif Conan tentang tipuan kaca gitu. Nah, aku rasa si pencuri ini pake trik yang sama."

"Jadi kita balik kedalem nih?"

Aku menggelengkan kepalaku kemudian menjawab, "Nggak, besok aja. Intinya kita udah dapet secercah petunjuk."

Yuri mengangkat bahunya lalu tahu-tahu kami sudah berdiri di dekat Civic.

"Dan aku punya perasaan bagus tentang ini." lanjutku.

The Beginning Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang