"Gue..."
"Selamat pagi anak-anak."
Anju, napa ini guru masuk! Ucap Dhavi dalam hati.
"Kamu anak baru itu ya?"
Siswa itu mengangguk, lalu maju kedepan menemui wali kelas mereka.
"Baik, kalau begitu perkenalkan diri kamu."
Ia mengangguk lalu tersenyum dengan percaya diri didepan semua murid dikelas itu.
"Gue Muhammad Septian Akbar, kalian bisa panggil gue Akbar, bisa juga Abay, pindahan dari SMA NUSA Jakarta, gue harap kita bisa berteman."
Suaranya dingin, menusuk, bahkan dinginnya hampir sama dengan Dhovi. Dilla merasakan benar aura lelaki ini sangat kuat, entah kenapa ketika Dilla menatapnya, dan Abay juga menatap Dilla, tatapan itu sangat tajam.
"Baik, kalau begitu kamu duduk di..." Ucapan gurunya menggantung dan melihat bangku yang disebelah Wina "Duduk disebelah Wina, didepan Dilla dan Dhavi."
Abay mengangguk lalu ia duduk disebelah Wina yang sedari tadi sudah gelisah ditempat duduknya. Mungkin, karena paras Abay yang memang tampan, yang membuat Wina gelisah, atau bahkan suaranya yang tajam.
"Lo kenapa?"
Wina menoleh kaget pada Abay yang menatapnya bingung, lalu ia menggeleng "Pas didepan tadi suara lo kok tajem? Pas dibangku malah lemah?"
Abay menaikan satu alisnya "Emangnya iya? Biasa aja kok," jawabnya terkekeh lalu mengulurkan tangannya "Abay."
Wina hanya bisa menatapnya kaget, bahkan ekspresi wajah kagetnya pun sangat ketara, sedangkan Dilla dan Dhavi yang dibelakang hanya tertawa karena melihat ekspresi Wina.
"W... Wina," jawabnya gagap sambil membalas uluran tangan Abay.
Lalu abay menoleh kebelakang, melihat Dilla dan Dhavi yang melihatnya juga.
"Apa liat-liat?!" Seru Dhavi
"Gue mau kita berteman."
"It's okay, tanpa lo minta juga kayaknya lo emang bisa berteman sama kita," Jawab Dilla sambil tersenyum.
Dhavi yang melihat Dilla tersenyum, makin panas, karena awal perkenalan mereka, Dhavi tak mendapatkan senyuman itu "Apa-apaan lo?!" Serunya sambil menatap Dilla lagi.
"Apa?" Tanya Dilla datar
"Dulu lo kenalan sama gue kaga ada pake senyum-senyum! Kenapa sama dia lo senyum?!"
Dilla memeletkan lidahnya "Bodo, emang lo siapa?"
"Lah emang Abay siapa?" Tanya Dhavi membalas pertanyaan Dilla tadi.
"Temen gua."
"Sejak kapan?"
"Sejak tadi dia minta buat berteman lah, lo bego apa budek apa emang bolot, sih?"
Wajah Dhavi berubah menjadi datar lalu ia memeteng leher Dilla "Mamam nih!"
"Sakit anjir! Lepas!!!" Teriak Dilla yang membuat Guru didepan dan teman-temannya menoleh kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Favorite Prince
Teen FictionDhavi Drew Zega, kapten Team basket, pintar, dan berparas tampan, mempunyai teka-teki tentang sahabat di masalalunya, dan tentang perasaannya. Di pertemukan di koridor sekolah, dengan ketidak sengajaan di pertemukan lagi di kelas, dan duduk sebangku...