'Nikmati waktu yang ada, manfaatkan waktu sebaik mungkin. Sebelum semuanya hanya akan menjadi angan.'
***
Pagi ini, Shine School sudah ramai, tidak seperti seminggu yang lalu. Hari ini, pengumuman hasil UN, akan keluar. Dan, peringkat akan ditempel di mading sekolah.
Pagi ini, Dhavi dan teman-temannya sangat bersemangat. Terutama Dilla, karena ia dan Dhavi bertaruh, nilai UN siapa yang terbaik.
Jika Dhavi yang kalah, Dilla hendak Dhavi belajar ikhlas dengan semua yang akan mereka lewati kedepannya.
Jika Dilla yang kalah, Dhavi ingin meminta satu permintaan sebelum mereka berpisah. Dan permintaan itu masih disembunyikan oleh Dhavi.
"Bu, bakso saya mana?" Teriak Dhavi.
"Sebentar lagi," teriak ibu kantin.
Dilla menggandeng Dhavi, dan semua mata tertuju pada Dilla. Pasalnya, tak biasanya gadis ini mau menggandeng Dhavi.
"Lo kenapa?" Tanya Dhavi bingung.
Dilla menggeleng, masih dengan erat menggandeng lengan Dhavi.
"Dia yang bakal ngerasa kehilangan," ucap Dhovi. "Semalem mimpiin lo, tuh," lanjutnya.
Dilla menatap tajam Dhovi. "Diem!" Serunya galak.
Dhavi terkekeh, melepaskan gandengan Dilla. Lalu ia memeluk Dilla kedalam dekapannya. "Sini sayang," ucapnya. "Ngga usah malu, gue tau ini berat. Gue juga berat kok ngelepas princess gue," sambungnya.
Dilla mendekap badan Dhavi, seakan ia tak ingin, dan tak rela melepaskan Dhavi. Padahal, ia yang memutuskan untuk kuliah di luar negeri.
"Utayang ayang Dilla," ucap Reza memeluk Dilla dari belakang. Padahal Dilla masih berada dalam dekapan Dhavi.
"Heh!" Pekik Dhavi. "Sembarangan banget lo, peluk-peluk pacar gue!"
Reza cemberut. "Dasar pelit, Dilla kan bentar lagi mau berangkat. Masa gue sahabatnya, ngga boleh peluk?!"
"Boleh," ucap Dhavi. "Tapi nanti! Pas di bandara aja!"
"Dasar pelit!"
"Bodo!"
"Mas mas ganteng, ini baksonya," ucapan ibu kantin memotong perkelahian Dhavi dan Reza.
"Ini neng Dilla, kenapa toh?"
"Lagi manja dia, bu," jawab Dhavi terkekeh. "Iya gak, Yang?" Tanya Dhavi menatap Dilla.
Dilla langsung melepaskan dekapan Dhavi. "Nggak!"
"Loh, tadi aja ngegandeng," cibir Dhavi.
"Berisik!" Ucap Dilla menutup mukanya, ia malu.
Wina, Feros, Dhovi, Ady, dan Reza hanya terkekeh menatap pasangan ini. Mereka sama-sama sayang, tetapi mereka juga sama-sama mempunyai gengsi yang tinggi.
"Yasudah, makan dulu, sebentar lagi pengumuman ditempel kan?" Tanya ibu kantin yang dijawab anggukan mereka semua. "Yasudah, ibu pergi dulu."
"Bakal kangen gue sama ibu kantin," ucap Feros.
"Iya, ramah banget," timpal Ady. "Apalagi baksonya enak."
"Gue bakal kangen sama anaknya," ucap Reza yang membuat semua temannya menatapnya kaget.
"Apa?" Tanyanya polos.
"Anaknya si ibu kan udah nikah, bego!"
Reza menggeleng. "Anaknya yang kecil, dugong! Yakali sama yang udah nikah," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Favorite Prince
Teen FictionDhavi Drew Zega, kapten Team basket, pintar, dan berparas tampan, mempunyai teka-teki tentang sahabat di masalalunya, dan tentang perasaannya. Di pertemukan di koridor sekolah, dengan ketidak sengajaan di pertemukan lagi di kelas, dan duduk sebangku...