Malam ini, Dhavi hendak mendatangi rumah Dilla. Tetapi ia dicegat oleh Mommynya, diruang tamu.
"Kemana lagi sih, lo?! Jalan mulu, punya pacar kaga, abisin bensin aja."
Dhavi mengelus dadanya, "astaghfirullah mommy, tega dirimu pada kakanda," ucapnya dramatis.
"Kakanda palelu! Kemana lagi, lo?"
"Ngeceng, kerumah Dilla."
"Dilla siapa?"
Dhavi mendekati mommynya, lalu merangkulnya, "yang waktu itu mommy bilang, cantik."
Anna, mommynya, mengingat-ingat lagi. Lalu ia tersenyum, "boleh tuh, bang! Sikat udah!"
"Dhavi mah ngebet, Dillanya kaga mau, My," ucap Dhovi yang baru datang dari jalan.
"Bener, Dhov? Si Dilla itu kaga mau sama, abang lo?"
Dhovi mengangkat bahunya acuh, "nggatau, deh."
Mommnya melepas rangkulan Dhavi, lalu mendekati Dhovi, "kalau elo, siapa nih?"
Dhovi menaikkan alisnya satu, "apanya?"
"Hah! Maksud gue, lo deket sama siapa, tong?!" Seru mommynya.
"Jadi orang tua, kaga boleh kepo ya," ucap Dhovi meninggalkan mommynya dan Dhavi.
"Rasain kan lu, mang enak," cibir Dhavi.
Mommynya melotot, "makan dulu! Ayah udah nunggu dimeja makan," ucapnya lalu berjalan meninggalkan Dhavi.
"Ah, gausah my, tar gue kemaleman."
"Makan dulu, atau mobil lo gue sita?!!"
Dengan langkah malas Dhavi berjalan kedapur, dimeja makan ternyata sudah ada Caca, Ayahnya, dan Dhovi.
"Mau kemana, Dhav?" Tanya ayahnya, pada Dhavi yang duduk disebelahnya.
"Tempat Dilla, tapi mommy nih, suruh Dhavi makan dulu," gerutunya.
"Pr kamu udah selesaikan?" Tanya ayahnya lagi.
Dhavi mengangguk, "udah kok, makanya Dhavi mau jalan."
"Lo belum nyerah juga dekatin Dilla?" Kini Dhovi ikut bersuara.
Dhavi mengangguk mantap, "kaga ada sejarahnya gue mundur," ucapnya lantang, "selama gue yakin gue bisa, why not?"
Dhovi diam, lalu ayahnya masih menanya-nanya tentang sekolah pada Dhovi. Sifat mereka berdua hampir sama, malam hanya dihabiskan membaca buku di ruang perpustakaan dirumah mereka.
Kalau orang-orang di sekolah tau jika sifat Dhavi aslinya begini, kira-kira mereka masih ngefans Dhavi gak, ya?
❤️❤️❤️❤️
Setelah akhirnya bisa keluar dari rumah, Dhavi langsung bergegas menuju rumah Dilla. Padahal belum tentu Dilla mau membukakan pintu untuknya.
Setelah mengetuk pintu rumah Dilla, pintu itu terbuka, tetapi menampilkan wajah seseorang yang sangat Dhavi benci.
Abay.
"Ngapain lo disini?!" Seru Dhavi melotot.
Abay tersenyum smirk, "serah gue lah, napa jadi lo yang repot."
Dhavi diam, lalu tak lama Dilla juga muncul.
"Ngapain?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Favorite Prince
Teen FictionDhavi Drew Zega, kapten Team basket, pintar, dan berparas tampan, mempunyai teka-teki tentang sahabat di masalalunya, dan tentang perasaannya. Di pertemukan di koridor sekolah, dengan ketidak sengajaan di pertemukan lagi di kelas, dan duduk sebangku...