Setelah lima hari berlalu, kertas itu, ataupun teror udah nggak pernah datang lagi. Itu cukup membuat Dhavi sedikit lega, setidaknya, peneror itu tak terus-terusan membuat Dhavi pusing.
Hari ini, entah kenapa, Dilla sangat menyebalkan bagi Dhavi. Dhavi tak pernah merasa Seperti ini, tapi menurutnya, hari ini Dilla membuatnya kesal.
Pertama, tadi pagi seharusnya Dhavi turun sekolah bersama Dilla. Tapi, Dilla sudah turun deluan bersama Drian. Dhavi memakluminya, mungkin ia kangen turun dengan abangnya.
Kedua, dikelas tadi, Dhavi pura-pura ngambek sama Dilla karena masalah nggak jadi turun bareng. Eh, ternyata Dilla nggak perduli, bahkan minta maaf cuman sekali.
Ketiga, ban mobil Dhavi pas pulang sekolah tiba-tiba kempes, dan entah kemana semua teman-temannya, ia akhirnya pulang pakai gojek.
Keempat, tak biasanya ketika pulang sekolah, ia sendirian dirumah. Caca, Ayah, Mommy, dan Dhovi nggak tau pergi kemana. Dhavi benci ini, ia sudah berpesan, kalau mau pergi, tolong tunggu Dhavi datang. Dhavi tak masalah ketika ia sudah sampai dirumah lalu orang rumah pergi, yang penting ketika sampai dirumah, ia tak sendirian.
Sekarang, pukul tujuh malam, Dhavi hanya membaca novel Dilanku tahun 1991, milik Caca. Dengan posisi berbaring di kasur empuk, laptop menyala, dan hp disampingnya.
"Orang rumah pada kemana, deh?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
"Kok sepi?"
Dhavi menatap pintu kamarnya kaget, ada Dhovi disana.
"Coba tuh masuk dulu, baru nanya, jangan kayak hantu!" Seru Dhavi kesal.
"Iya, yang lain kemana?"
Dhavi menggedikkan bahunya acuh, "nggak tau," ucapnya asal, "dari pulang sekolah jam empat tadi, rumah udah kosong."
"Lo gak coba telfon?"
Dhavi menggeleng, "malas."
Dhovi mendengus, "gue dikamar lo aja, ya," ucapnya berbaring disamping Dhavi, "nebeng laptop."
"Laptop lo kemana, banci?!" Seru Dhavi melotot. Ia sudah seperti ibu kost-kostan sekarang.
"Dikamar, males ngambil. Hari ini gue pakai baju lo juga," Dhovi berdiri, "termasuk celana dalem," ucapnya santai.
"Hehhh!" Pekik Dhavi, "kamar lo cuma disebelah, kampret! Tinggal ambil, aja! Napa jadi pakai celana dalem, gue?!"
"Sama kembaran nggak boleh pelit," ucap Dhovi lalu pergi kekamar mandi.
Dhavi hanya diam, lalu ia mengusap wajahnya gusar, "ternyata, Dhovi bisa gila juga, ya," gumamnya, lalu ia mengambil hpnya.
Sayang aku❤️ : dmn?
Dhavi ganteng: kamar, rumah, lagi baring. Aku lagi nggamau ngomong sama kamu. Jangan line-line aku.
Sayang aku❤️: heh si kampret, lengkap amat. Gue cuma nanya dmn, balasnya gitu. Ywd si
Dhavi ganteng: rayu kek, supaya ngga marah lagi. Km mah emang jahat sm akang neng.
Sayang aku❤️: mana mikir
Dhavi ganteng: ywd, gausah line-line lagi!Read.
Dhavi melempar hpnya kesal, "gue kan juga mau dirayu! Bilang cowok nggak peka, nih, padahal dia nih yang nggak peka!"
Ia tak memperdulikan lagi hpnya, kemudian ia mengambil laptopnya, dan bermain Harvest Moon disana.
"Persetan dengan Dilla, Mommy, Ayah ataupun Caca. Bodo amat, gue lagi jahat hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Favorite Prince
Dla nastolatkówDhavi Drew Zega, kapten Team basket, pintar, dan berparas tampan, mempunyai teka-teki tentang sahabat di masalalunya, dan tentang perasaannya. Di pertemukan di koridor sekolah, dengan ketidak sengajaan di pertemukan lagi di kelas, dan duduk sebangku...