Jika memang malam ini adalah malam pengakuan, akuilah semua yang ingin kau akui. Bongkarlah semuanya.
***Malam ini, mereka semua sudah berjanjian untuk jalan. Tujuan awalnya memang ingin nonton, dan makan sushi. Tapi, mereka merubah rencana dengan menyewa tempat di salah satu Restaurant ternama.
"Dilla, ada Dhavi tuh!"
"Iya bang, bentar!"
Dilla turun, dan mendapati Dhavi dengan bunga dan kotak yang berbentuk hati, berisikan permen.
"Dhavii!!!!!" Pekik Dilla.
Dhavi nyengir. "Seneng nggak?"
"Seneng," ucapnya nyengir. "Tapi nanti gue gendut, Nyet!"
"Biarin aja, biar kalau lo jauh, ngga ada yang tertarik. Soalnya udah jadi gendut," ejek Dhavi.
Dilla merengut kesal. "Ih! Yaudah, pergi yuk? Mereka nanti ngomel kalau kita telat."
"Siap tuan putri!" Pekik Dhavi, lalu hormat.
"Apaan dah, jayus banget emang," ucap Dilla. Tak dipungkiri, gadis itu juga tertawa.
****
"Bagus... siapa yang ngedekor?" Tanya Dilla menatap ruangan yang dimasukinya kini, terlihat sangat romantis.
Dhavi tersenyum. "Gue nyuruh orang," jawabnya enteng. "Gak mungkin gue udah ganteng, terus keringetan gara-gara ngedekor," sambungnya.
Dilla menatap malas kekasihnya ini. "Memang, cowok ga romantis ya gini."
"Heh, gue kurang romantis apa, hah?"
Dilla menggedikkan bahunya acuh. "Pikir aja." Dilla pergi meninggalkan Dhavi, dan mendatangi Dina, juga Reza di dekat bar.
"Meni geulis pisan eneng teh," ucap Reza, ketika Dilla datang.
Dilla terkekeh. "Sa ae kang ojeg," ucapnya tertawa. "Wina belum dateng?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Favorite Prince
Novela JuvenilDhavi Drew Zega, kapten Team basket, pintar, dan berparas tampan, mempunyai teka-teki tentang sahabat di masalalunya, dan tentang perasaannya. Di pertemukan di koridor sekolah, dengan ketidak sengajaan di pertemukan lagi di kelas, dan duduk sebangku...