"Iya, gue sebenarnya Pi. Kemarin gue cuma ngga tau harus gimana, gue ngga tau harus jujur atau bohong. Jadinya gue bilang kalau Pi itu Dhovi. Maafin gue, La."
"Kenapa lo harus bohong?!" Seru Dilla tajam.
"Karena dia pengecut."
Dilla dan Dhavi menoleh pada Abay yang tiba-tiba muncul.
"Lo diam aja, gausah banyak bacot!" Seru Dhavi yang berdiri dari kursinya.
"Pengecut."
Seperti ingin berkata kasar ucap Dhavi dalam hati "Gak usah ikut campur masalah gue, sama Dilla! Lo gak tau apapun!"
"Terus? Kalau gue gatau apapun, kenapa gue bisa bilang lo pengecut? Gue denger lo ngaku didepan Dilla tadi, Bro."
"Siapa suruh lo nguping?! Gue kan tadi ngaku sama Dilla doang, malah lo denger juga, tai."
"Karena gue mau nguping," jawab Abay enteng.
"Kebun binatang anda mas," ucap Dhavi.
Ia berbicara seperti itu untuk menahan emosinya. Sebenarnya, bisa saja Dhavi menonjok muka Abay sekarang, tapi ia tau tempat dan terlebih ia tau kalau Dilla sekarang juga lagi marah besar padanya.
"Bacot kalian," ucap Dilla lalu ia pergi meninggalkan Abay dan Dhavi yang menatap punggungnya kini semakin menjauh.
"Loh? Dill!" Teriak Dhavi lalu menyusul Dilla.
"Dil," teriaknya lagi "please, berenti bentar, gue bakal jelasin."
Dilla berhenti, tetapi ia tetap diam dan tak menatap Dhavi.
"Gue tau gue salah,"
"Emang."
Dhavi melotot "Jangan dipotong omongan gue, nying."
"Bodo."
"Oke, gue minta maaf. Jujur, gue nggak ada niat sedikitpun bikin lo marah, gue cuman--"
"Intinya, pembohong tetaplah PEMBOHONG," ucap Dilla menekankan kata pembohong.
Dhavi menghela nafasnya "Gue janji nggak bakal ngulangin."
Dilla menoleh menatap Dhavi "Lo tau mahalnya kepercayaan? Ibarat daun lo remes, dan lo minta maaf karena daunnya jadi lecek. Tapi lo harus tau, daun itu nggak bakal balik seperti semula."
Dhavi terdiam menatap Dilla. Ia tau dan ia sadar betul kalau kali ini ia memang melakukan hal yang paling Dilla benci, bohong.
"Gue tau, gue ngerti, makanya gue jalasin kan tadi? Gue minta maaf."
"Gue nggak sebaik dan segampang itu untuk memaafkan seseorang," ucap Dilla lalu pergi meninggalkan Dhavi.
❤️❤️❤️❤️
Dhavi pov's
Gue tau. Gue paham. Gue emang keleawatan.
Tapi gue sendiri nggak ngerti kenapa gue harus bohong. Gue cuman takut kalau Dilla tau sahabat kecilnya adalah gue, dia malah makin benci dan ilfeel sama gue. Karena dari awal masuk pun gue udah tau kalau dia adalah sahabat kecil gue, Lala gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Favorite Prince
Teen FictionDhavi Drew Zega, kapten Team basket, pintar, dan berparas tampan, mempunyai teka-teki tentang sahabat di masalalunya, dan tentang perasaannya. Di pertemukan di koridor sekolah, dengan ketidak sengajaan di pertemukan lagi di kelas, dan duduk sebangku...