"Aku suka sama senpai!!"
"...hah??" Arikata hanya bengong dengan mulutnya yang terbuka sedikit lebar karena mendengar kata-kata itu dari mulut anak dibawah kelasnya dia. Perempuan itu hanya tersenyum ke Arikata dengan sedikit malu dan memerah pada mukanya.
"Mimpi apa... aku semalem? Sampai adek kelasku ini... nembak aku?" Gumam Arikata pasrah dalam hati. Arikata berdiri dari tempat duduknya dan pergi mengarah ke perempuan itu. Semakin Arikata mendekat, semakin menunduk juga muka perempuan itu. Saat Arikata nersebelahan dengannya, pundak perempuan itu dia tepuk. "Maaf... aku... bukan pedofil" bisik Arikata pada telinga perempuan itu dan langsung pergi meninggalkannya.
"Senpai, sedang menunggu orang kan?"
Arikata pun terhenti dari jalannya saat mendengar kata itu. Dia berpikir apakah perempuan ini tau siapa yang ingin menemui dia, atau orang itu sudah ada tapi hanya mengamati dari jauh?.
"Bagaimana kau tahu?"
"Karena yang ingin menemui mu itu... aku" perempuan itu pun langsung menatap serius ke arahnya. Saat Arikata menatap balik ke arah perempuan itu, Arikata merasakan kalau perempuan itu sedikit berbahaya.
"Hei... apa yang kau mau jika ingin menemui ku??"
"Hmm... entahlah... mungkin, kekuatan senpai?"
Arikata tersentak karena melihat senyuman seram dari perempuan itu. Arikata melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada orang lain yang berada disitu, dan beruntungnya dia karena memang tidak ada orang lain disitu selain mereka berdua. Arikata membuka genggaman tangannya dan listrik keluar dari kedua tangannya.
"Trace on" Arikata langsung mengeluarkan 2 pedang yang biasanya dia pakai yaitu carbringer dan vox unitas. Melihatnya, perempuan itu hanya tersenyum dan mengangkat tangan kanannya ke atas. Saat itu pun awan-awan hitam berdatangan ke arah mereka berdua. Arikata yang melihat itu, langsung mengangkat kedua pedangnya dalam mode bertarung seperti pertarungan pedang biasa.
"Senpai... senpai tahu kan, kalau kecepatan serangan senpai sedikit lambat dari kecepatan serangan ku?"
"Lihat saja nanti setelah kau leluarkan sihir kau"
Mendengar ucapan Arikata, perempuan itu langsung mengeluarkan aura semangat untuk mengalahkan Arikata. Petir-petir keluar dari awan hitam itu, tangan kiri perempuan itu diarahkan ke Arikata dan munculah sebuah bola-bola es yang ditembakkan mengarah ke Arikata.
Setiap tembakan bola itu, Arikata tangkis satu per satu menggunakan 2 pedangnya itu tanpa ketinggalan kecepatan. Setelah beberapa tangkisan, tembakannya pun berhenti dan kedua tangan perempuan itu secara bersamaan diarahkan ke Arikata.
"Ini lah sihir terkuat ku senpai, aku harap senpai bisa bertahan dalam menangkisnya"
Sinar putih pun berkumpulan dalam kedua tangan perempuan itu, melihat itu Arikata pun membalikkan ujung pedangnya ke belakang yang awalnya ujung pedangnya menghadap ke depan. Saat itupun perempuan itu mulai menembakkan sihirnya itu secara cepat.
"Absolute zero!" Sebuah laser es ditembakkan secara cepat mengarah Arikata.
"Jangan harap aku kalah!" Arikata pun menangkisnya dengan 2 pedangnya itu yang menghadap ke belakang, dan saat itulah pertama kalinya Arikata mendapatkan kedua pedangnya pecah secara bersamaan dan dia pun terkena lasernya itu dan terpelanting jauh dari tempat dia berdiri.
"Sial! Apa-apaan sihir itu? Walaupun sihir es mirip sihirnya Haruka, tapi dia berada diatas level sihirnya Haruka" gumam Arikata sambil berdiri dari tidurannya karena terpelanting. Sekali lagi, perempuan itu melakukan sihir yang sama, Arikata yang tidak bisa menangkisnya menggunakan pedang pun hanya berharap kalau sihir yang mengeluarkan bentuk bunga berwarna ungu keluar sekali lagi.
"Ayolah... keluar lah lagi kau sihir ungu berbentuk bunga!" Teriak Arikata dalam hati
"Senpai, sekali lagi... absolute zero!!"
Perempuan itupun mengeluarkan sihirnya yang kuat itu mengarah ke Arikata. Semakin dekat sihir yang Arikata harapkan tidak ada keluar sama sekali. Dan saat sudah dekat pun sihirnya tidak kunjung keluar juga. Arikata hanya pasrah dan berdiam diri dengan tangan kanannya yang menghadap ke sihir itu, di tengah-tengah sihir itu ingin mengenai Arikata, tiba-tiba sihirnya itu langsung membelok ke kanan Arikata.
Arikata yang melihat itu sangat kaget, apalagi perempuan itu yang mengeluarkan sihirnya sendiri berbelok tanpa mengenai Arikata.
"Hampir saja~"
"Hah? Haruka?"
Arikata kaget karena Haruka secara tiba-tiba datang dan berada disebelah kirinya Arikata. Perempuan itupun juga kaget melihat kedatangan Haruka yang secara tiba-tiba itu. Dengan sedikit jalan cepat, perempuan itu mendatangi Haruka dan Arikata, walaupun yang Arikata pikirkan pasti hanya Haruka yang akan didatanginya.
"Ah... oneechan?"
"Hmm? Adek?!"
Arikata yang melihat adegan itu, hanya bisa bengong dengan tatapan kosong yang terlihat di matanya. "Bagaimana bisa mereka tidak mengenali satu sama lain dari jauh?" Itulah yang ada dipikiran Arikata saat ini.
"Kalian... adek dan kakak, sama saja punya sihir yang sama"
"Jadi... Arikata, kamu tadi sedang melawan adekku?"
"Dilihat darimanapun, jawabannya kan iya" jawab Arikata dengan nada malas
"Yang oneechan bilang tentang dia, gak~ ada yang benar sama sekali!"
"Apanya?" Haruka dan Arikata bingung dengan kata-kata yang dibilang oleh adiknya Haruka
"Oneechan bilang dia kuat, yakin bisa mengalahkan semua tentara DWP dan pembuatnya, tapi... dia lemah"
Haruka hanya menatap adiknya dan Arikata bengong dengan kata-kata yang adiknya Haruka bilang. Haruka pun kaget karena Arikata menepuk pundaknya dengan keras, dan saat melihat Arikata, Haruka takut setengah mati dengan tatapan membunuhnya yang Arikata tunjukkan itu.
"Hei... Haruka, apa... maksudnya ini?!!"
"Arikata, jangan salah sangka, aku hanya membicarakan bagaimana kamu itu kuat dalam pertarungan jarak dekat dan adikku benar-benar ingin melihatnya sendiri" jawab panjang lebarnya Haruka dengan ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST SON : THE SAVER (END)
Fantasy#98 Friendship (04-08-2019) #83 Battle (04-08-2019) #79 lightnovelindonesia (04-08-2019) Kike Arikata hidup dikota yang dimana kotanya itu dipegang oleh D.W.P yaitu Department of World Protection. *semakin lama semakin berubah dari yang awalnya hidu...