Part 1

1.4K 274 569
                                    

I ain't never met a girl, like you
And you'll never find a man, like me

Like That - Jack&Jack

*****

"Devan! Dasar anak nakal! Sini kamu! Jangan kabur!!!" seru seorang guru gendut dengan make up tebal dan lipstik warna ungu. Guru tersebut terkadang berhenti sebentar untuk mengatur napasnya yang sudah tidak teratur karena lelah mengejar Devan yang larinya lebih kencang.

"Dasar anak kurang ajar! Guru dikerjain terus, gak ada kapok-kapoknya," omel guru tersebut sejenak lalu lanjut berlari kecil mengejar Devan. Ia tidak menyadari bahwa berat yang berlebihan dan kaki pendek yang ia miliki, memperlambat gerakannya. Guru tersebut hanya membuang tenaganya sia-sia mengejar seorang siswa iseng bernama Devan.

Bu Gita, guru tersebut, benar-benar merasa jengkel dan dongkol, menangani seorang murid yang pecicilan dan jahilnya setengah mati, yaitu Devan. Bahkan, guru lainnya dalam satu lingkungan Sekolah Wellingthon juga merasakan hal yang sama.

Devan Adelard Faustin, seorang anak sulung dari pemilik yayasan Wellingthon yang paling terkenal seantero sekolah, selalu bersikap seenaknya dan bertingkah seperti anak-anak. Ia kerap kali menjahili guru-guru dengan cara yang bisa dibilang tidak biasa dan sangat kreatif. Bahkan, guru-guru sudah kewalahan menanganinya.

Kali ini, ia menjahili Bu Gita dengan cara melepaskan semua peliharaan kodok yang ada di dalam Laboratorium Biologi, padahal Devan adalah seorang anak kelas 12 yang memilih jurusan IPS. Ia dan teman-temannya sudah setiap hari menggosip tentang guru tersebut yang selalu menggunakan bedak yang terlalu tebal, dan bahkan menyulam alisnya tebal sekali.

Devan sudah benar-benar gregetan dan tangannya gatal setengah mati untuk mengerjai guru itu. Akibat dari tingkahnya itu, hampir satu sekolah menjadi heboh karena kodok yang berkeliaran dimana-mana, membuat para murid berteriak histeris dan berlarian kesana-kemari.

Devan yang sebenarnya tidak berlari sekuat tenaga, juga sudah merasa lelah dan akhirnya memutuskan untuk beristirahat sebentar di salah satu bangku dalam ruang kantin. Devan menatap sekelilingnya dan berusaha untuk mencari tanda-tanda kedatangan si 'Ibu Badut'.

Ketika sedang menyapukan pandangannya secara acak, ia tiba-tiba menjatuhkan pandangannya pada atap sekolah yang terlihat dengan jelas dari jendela samping kantin. Tiba-tiba sebuah ide terlintas dalam benaknya.

Devan hendak pergi ke rooftop sekolah dan membolos pelajaran Geografi.

Devan memang sudah sering bolos pelajaran dan kabur, namun ia tidak pernah mencoba untuk kabur ke atap sekolah. Selain karena malas menaiki tangga, atap sekolah tersebut juga tidak tertutup, sehingga terpapar sinar matahari secara langsung, dan tentunya jadi panas.

Devan lantas bangkit dari tempat duduknya dan mengikat tali sepatunya terlebih dahulu, tidak berniat mengambil resiko kesandung dan mempermalukan diri sendiri. Walaupun acap kali bertindak konyol, urat malu Devan kadang masih tersambung dengan baik-walaupun lebih sering putusnya.

Baru saja Devan hendak melangkahkan injakan pertamanya, sebuah suara cempreng terdengar memenuhi ruangan kantin tersebut, membuat Devan mendengus kasar.

"Devan sayang!" seru perempuan itu sambil terus berjalan mendekati Devan dengan gerakan dibuat-buat agar terlihat anggun, tapi malah menjijikan di mata Devan. Devan tidak berbalik dan hanya menunggu dengan sabar. "Kamu mau kemana?"

"Rooftop," jawab Devan singkat.

"Ikut dong," seru wanita itu girang dengan suara toanya.

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang