Little do you know
I'm still haunted by the memories
Little do you know
I'm trying to pick myself up piece by pieceLittle Do You Know - Alex & Sierra
*****
"Anjing." Devan mengumpat begitu sebuah bogeman mendarat di pipinya. Ia tidak siap mendapatkan perlakuan seperti itu, hingga akhirnya Devan tersungkur dan jatuh ke lantai sambil menyentuh pipinya yang sudah memerah.
Melihat itu, masing-masing pasang mata milik ketiga sahabat Devan langsung membelalak tidak percaya.
"Wah, cari mati kayaknya ni kunyuk satu." Galih yang mulai angkat bicara tersebut menatap cowok yang ada di hadapannya dari atas sampai bawah.
"Gue ga pernah lihat muka lo. Lo anak baru ya? Ck, anak baru udah berulah aja," sahut Kenneth.
"Lo apaan, kutu. Dateng-dateng langsung nonjok temen gue. Lo kira lo siapa?" tandas Rayhan lantas berdiri lalu menarik kerah cowok yang menghajar Devan barusan. Bukannya takut, cowok itu malah tersenyum.
"Dih sinting, malah senyum-senyum ga jelas. Wah, sakit beneran ni anak," celetuk Galih sambil geleng-geleng kepala.
"Kenalin, gue anak baru di sini. Nama gue Naufal. Ga penting sih ngenalin diri ke kalian, cuman kayaknya kalian kepo banget. Jadi gue kasih tau aja, kali aja kecantol sama ketampanan gue." Naufal mengatakan hal tersebut sambil menghentakkan tangan Rayhan dengan kasar, hingga genggaman Rayhan di kerahnya terlepas.
"Fix, sakit jiwa."
"Kepedean banget najis. Muka kayak pantat panci aja banyak gaya. Sorry to say ya, gue masih normal, ga demen sama yang punya batang."
Rayhan dan Kenneth terkekeh mendengar celetukan Galih barusan. Temannya yang satu itu memang gesrek.
Devan yang sedari tadi diam dan hanya menyaksikan, akhirnya bangkit. "Eh anjing, bukannya bantuin gue berdiri lo pada," ujarnya sambil mendelik menatap ketiga sahabatnya. "Lo lagi, ngapain lo di sini?" Pertanyaannya kali ini tertuju pada Naufal.
"Itu balasan karena udah mukul gue waktu itu. Terus, lo ga punya kuping apa ya? Tadi kan gue udah bilang, mulai hari ini, gue resmi jadi siswa Wellingthon," balas Naufal enteng.
Devan memutar kedua bola matanya. "Lo mau nyari perkara ya sama gue?"
"Ga sih. B aja." Setelah mengatakan hal tersebut, Naufal segera melangkahkan kakinya keluar setelah sempat menjulurkan lidahnya pada Devan.
"Kurang ajar." Devan mengumpat sambil menatap punggung Naufal yang semakin mengecil. "Gue duluan," ujar Devan kepada sahabat-sahabatnya lalu mengikuti langkah Naufal keluar dari kantin.
Entah dorongan dari mana, Devan ingin menghampiri Devina sekarang juga.
D&D
Mata Devina sukses melotot dan hampir keluar melihat Naufal yang berdiri di samping mejanya. Devina menatap Naufal dari atas sampai bawah, dan sukses melongo menyadari bahwa Naufal mengenakan seragam Wellingthon.
"Hai Agatha sayang," sapa Naufal diiringi dengan senyuman mautnya. Lesung pipinya yang begitu dalam, berhasil membuat beberapa siswi Wellingthon yang sibuk memperhatikannya bersama Devina memekik tertahan.
Beberapa teman kelas yang tadinya ingin keluar begitu mendengar bel isirahat, mengurungkan niatnya begitu melihat cowok tampan yang diyakini sebagai anak baru memasuki kelas mereka. Akibat dari hormon kepo yang berlebihan, siswi-siswi tersebut rela membiarkan perut mereka keroncongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fortuity
Teen Fiction"Orang itu ga harus selalu terlihat kuat. Jangan sok kuat kalau ternyata rapuh. Keluarin aja semuanya, maka lo akan lebih tenang. Gue akan selalu ada di sini buat lo. Lo boleh pakai bahu gue kapan pun, tapi jangan sering-sering, soalnya gue takut ce...