Loving can hurt
Loving can hurt sometimes
But it's the only thing that I knowPhotograph - Ed Sheeran
*****
Begitu sampai di depan sebuah rumah mewah bergaya mediterania berwarna krem yang diyakini sebagai milik keluarga Maura, Devina langsung turun dari mobil Naufal tanpa menunggu sang pemilik kendaraan tersebut.
Mata Devina langsung berbinar dan dirinya berdecak kagum melihat desain rumah yang ada di hadapannya saat ini.
Tak dapat dipungkiri lagi, Maura memang terlahir dari keluarga yang kaya raya, karena orang tuanya adalah pengusaha yang namanya bahkan terkenal sampai ke mancanegara. Tidak heran, tampilan Maura sehari-harinya memang modis dan selalu mengikuti tren yang sedang naik daun. Walaupun menggunakan seragam setiap hari, Maura tetap terlihat kece dengan benda-benda yang menempel di tubuhnya yang ideal.
Tidak seperti cewek modis kebanyakan yang sukanya tebar pesona dan cari perhatian, Maura lebih terkesan cuek dengan hal tersebut. Dia membeli barang-barang mahal dan menggunakannya, semata-mata hanya untuk memuaskan hasratnya sebagai perempuan yang ingin terus berbelanja. Kalau sudah dibeli, kan sayang kalau tidak dipakai.
"Gila, tuh cewek bawel ternyata tajir bener ya," celetuk Naufal tiba-tiba sudah berdiri di sebelah Devina. Ia juga ikut memandangi rumah Maura dengan tatapan kagum.
Devina tidak menanggapi, ia lebih memilih untuk menatap satpam yang sedang membukakan gerbang. Satpamnya sudah tua dan tidak ganteng, hanya saja lebih enak dipandang bila dibandingkan dengan wajah nyebelin milik Naufal.
"Temannya Non Maura ya?" tanya satpam itu sopan.
"Iya, pak," jawab Naufal sopan juga, sedangkan Devina lebih memilih untuk tersenyum tipis.
"Mari masuk. Itu mobilnya juga parkir di dalam aja ga apa-apa," balas satpam itu lagi sambil menyingkir dan membuka gerbangnya lebih lebar, supaya mobil Naufal bisa masuk.
"Tha, lo masuk duluan aja. Gue mau masukin mobil dulu. Nanti kalau dibegal kan jadinya gue ga punya kendaraan buat modusin lo lagi," ujar Naufal tanpa dosa. Devina yang mendengarnya hanya bisa mendengus sebal. Mau Devan, mau Naufal, sama saja suka menyentil emosi Devina.
Tidak ingin menunggu Naufal, Devina langsung melangkahkan kakinya menuju pintu utama. Decakan kagum terus saja keluar dari bibir Devina begitu melewati halaman depan rumah Maura yang sangat indah dan tertata rapi.
"Devina! Gue kangen," pekik Maura heboh sambil berlari kecil menghampiri Devina yang kini memutar kedua bola matanya jengah. Perasaan baru pisah beberapa menit yang lalu, mengingat Naufal langsung melajukan mobilnya ke rumah Maura tanpa singgah.
"Lebay," balas Devina cuek.
Maura nyengir lebar sambil cengengesan tanpa dosa. Ia kemudian meraih pergelangan tangan Devina dan menariknya untuk masuk ke dalam rumah. Baru saja berhasil melangkah beberapa kali, sebuah suara mendadak terdengar dan menaikkan emosi Maura seketika.
"Eh cewek laknat! Lo pake babi ngepet ya sampe bisa setajir ini?" tanya Naufal dengan gaya santai sambil menghampiri Devina dan Maura.
Devina melirik ke arah sebelahnya, dan ia bisa melihat dengan jelas bahwa wajah Maura telah memerah dan sepertinya sebentar lagi akan meledak.
"Sialan," umpat Maura. Ia mendelik tajam ke arah Naufal yang hanya menampakkan wajah datarnya.
"Apa?" balas Naufal masih tidak menyadari kemarahan Maura yang sebentar lagi sudah siap untuk menyembur keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fortuity
Teen Fiction"Orang itu ga harus selalu terlihat kuat. Jangan sok kuat kalau ternyata rapuh. Keluarin aja semuanya, maka lo akan lebih tenang. Gue akan selalu ada di sini buat lo. Lo boleh pakai bahu gue kapan pun, tapi jangan sering-sering, soalnya gue takut ce...