Part 15

330 41 9
                                    

Salahkah bila diriku terlalu mencintaimu
Jangan tanyakan mengapa
Karena aku tak tau

Salahkah Aku Terlalu Mencintaimu - Fatin

*****

Dahi Devina mendadak berkerut begitu menemukan suatu hal yang janggal di dalam lokernya. Sekotak coklat dari toko kue ternama tergeletak manis di depan matanya. Devina meraih kotak tersebut, dan semakin bingung begitu melihat ada selembar kertas yang tertempel di atas kotak tersebut.

Devina meraih kertas tersebut, dan mengembalikan kotak coklatnya ke dalam loker. Begitu membaca kalimat pertama yang tertulis di atas kertas itu, Devina seketika mengetahui siapa orang yang memberikan coklat beserta kertas tersebut.

Halo, Devina the Second. (Second soalnya firstnya udah diambil sama Sofia)

Is it too late now to say sorry?

Baru dua kalimat, Devina sudah terkekeh pelan membayangkan wajah konyol manusia yang menuliskan surat tersebut. Siapa lagi kalau bukan si tengil Devan?

I know i was wrong. I didn't mean to make you angry yesterday. I had a very hard time. You won't understand it. I don't ask you to feel pity or even understand me. But, just forgive me, and it will be more than enough.

Devina tersentuh membacanya. Namun, kalimat selanjutnya seketika membuat ia gregetan dan ingin menabok Devan.

Gue harap lo bisa bahasa Inggris ya, Dev. Kalau lo ga ngerti gue ngomong apa, pake google translate aja, walaupun terjemahannya pasti jelek, soalnya gue doang yang ganteng di dunia ini. Hehehehehe.

Begitu selesai, Devina langsung melipat kertas tersebut dan memasukkannya dengan asal ke dalam tas. Ia mengambil beberapa buku sesuai pelajaran hari ini dan langsung melangkahkan kakinya ke kelas, karena bel masuk sudah berbunyi.

Sepanjang perjalanan menuju kelasnya, otak Devina terus bekerja memikirkan Devan. Devina merasa bahwa ia tidak seharusnya membentak Devan dan sok memberikan nasihat pada Devan kemarin, karena cewek itu sadar bahwa ia tidak akan mungkin bisa mengerti perasaan Devan, karena bundanya sangat pengertian dan selalu ada untuknya.

Tapi, memangnya salah kalau Devina tidak suka melihat perlakuan Devan terhadap ibunya kemarin? Ah, Devina jadi pusing sendiri.

D&D

Devan sedang membersihkan meja Pak Bendung sebagai hukuman atas tingkah bodohnya pagi ini. Kali ini bukan karena datang terlambat seperti biasanya.

Ceritanya, Devan tadi sedang makan pisang. Begitu habis, cowok itu hendak melempar kulit pisang tersebut ke dalam tong sampah, tetapi dari jarak yang cukup jauh. Namun entah kenapa, lemparan Devan meleset dan akhirnya kulit pisang tersebut mendarat di atas kepala botak Pak Bendung.

Tanpa aba-aba, Pak Bendung langsung komat-kamit dan langsung menghampiri Devan. Bukannya takut, Devan justru ingin ngakak melihat guru piket tersebut karena kumis lebat Pak Bendung bergoyang kesana-kemari ketika berbicara, dan kulit pisang Devan terlihat seperti wig di atas kepala guru tersebut.

Saat sedang asik-asiknya ketawa sambil mukul paha, sebelah tubuh Devan serasa terbang. Begitu melihat ke samping, Devan baru sadar kalau telinganya sedang ditarik oleh Pak Bendung sampai merah. Bukannya merasa sakit, Devan justru nyengir kuda.

"Eh, Pak Bendung tukang jual Es Dung-Dung. Maaf loh pak, saya ga sengaja itu, jadi kuping saya jangan ditarik dong. Nanti kalau kuping saya melar terus copot, bapak mau tanggung jawab? Bapak mau gantiin kuping saya? Tapi sebelumnya, saya mau ngomong kalau kuping bapak ga cocok sama muka saya. Ganteng gini masa pake kuping jelek punya bapak?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang