Oh, everywhere that I go
I see your face and it kills me to knowI Don't Even Know Your Name - Shawn Mendes
*****
Pelajaran Biologi yang pelajarannya kosong karena gurunya mendadak ijin pulang, bukannya membuat Devina merasa untung, tetapi malah buntung. Pasalnya, dirinya yang tadi ingin mencari ketenangan dan menjernihkan pikirannya sejenak setelah penat belajar setengah hari, malah bertemu dengan cowok songong yang ditemuinya kemarin di atap sekolah.
Devina sebenarnya masih ingat betul siapa cowok itu. Cowok itu adalah orang yang ia temui di depan toko kue bundanya saat hari pertama sekolah. Melihat kemarin cowok itu tidak mengenalinya, Devina maklum, karena pada waktu pertama kali mereka bertemu, Devina masih mengenakan seragam sekolah lamanya. Ia belum sempat membeli baju seragam Sekolah Wellingthon waktu itu.
Hari ini, bukan hanya bertemu kembali, tapi juga malah pakai dicium segala! Devina benar-benar tidak habis pikir dengan isi otak cowok itu. Cowok itu memang sangat tampan, tapi masa dengan seenak jidat mencium anak orang lain?! Cowok itu bahkan tidak sama sekali menunjukkan rasa bersalahnya, malah balik menyalahkan Devina, yang jelas-jelas sekarang adalah korban.
Mungkin cowok itu sudah sering mencium banyak perempuan tepat di bibirnya. Tapi, bagi Devina, ciuman dari cowok tadi, merupakan ciuman pertamanya. Ia tidak pernah dicium sebelumnya oleh siapa pun tepat di bibirnya, mantannya saja tidak pernah melakukan hal itu. Dan dengan lancangnya, cowok yang bahkan tidak Devina ketahui namanya, main nyosor saja dan langsung merebut first kiss Devina.
Devina memang tidak pernah memikirkan siapa yang akan menjadi first kissnya, tetapi ia tidak rela apabila yang menjadi first kissnya adalah orang yang ia tidak kenali sama sekali. Walaupun cowok itu ganteng, tetap saja Devina tidak mengenalinya. Bukannya senang, Devina malah merasa kesal setengah mati dan dendam dengan cowok itu karena telah mencuri first kiss yang selama ini dijaga Devina dengan baik.
Tindakan Devina yang menendang selangkangan cowok itu menurutnya belum sepadan dengan apa yang cowok itu lakukan. Devina bersumpah dalam hati akan membalas perlakuan cowok itu dalam waktu dekat.
D&D
Devina kembali ke kelasnya dengan wajah yang ditekuk berlipat-lipat. Namun, walaupun begitu, wajahnya tetap cantik. Ia segera mendaratkan bokongnya di tempat duduknya dan menenggelamkan kepala dalam lipatan tangannya.
Di kelas, Devina terkenal sebagai cewek yang galak dan irit bicara. Padahal, waktu kali pertama Bu Kalis, wali kelas 12 IPA 3, masuk dan memperlihatkan Devina pada satu kelas, semua penghuni kelas langung ricuh dan heboh sendiri. Kaum adam langsung bersiul bersuit-suitan, sedangkan para kaum hawa menatap Devina iri.
"Gila, bening banget, man!"
"Anjir! Cantik banget tai!"
"Gila, tuh cewek ketumpahan cat tembok apa ya? Kulitnya putih banget coi!"
Kira-kira seperti itu lah sahutan para kaum adam begitu melihat Devina. Dan begitu Devina memperkenalkan dirinya, sahutan tidak berfaedah lainnya kembali terdengar memenuhi kelas 12 IPA 3.
"Devina, minta nomernya dong!"
"Devina, mau ga jadi gebetan abang?"
"Devina, mau ga gue jadiin pacar kelima?" Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Tono, si playboy yang capernya bikin geleng-geleng kepala itu, satu kelas menyorakinya dan ia langsung mendapatkan hadiah berupa toyoran di kepala dari teman sebangkunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fortuity
Teen Fiction"Orang itu ga harus selalu terlihat kuat. Jangan sok kuat kalau ternyata rapuh. Keluarin aja semuanya, maka lo akan lebih tenang. Gue akan selalu ada di sini buat lo. Lo boleh pakai bahu gue kapan pun, tapi jangan sering-sering, soalnya gue takut ce...