Part 12

698 79 37
                                    

Promise I'll always be there
Promise I'll be the cure

The Cure - Lady Gaga

*****

"Yesss!" pekik Devan girang sambil mengayunkan kepalan tangannya ke atas. Cowok tengil tersebut bahkan loncat-loncat sambil nyengir lebar di koridor bagaikan anak kecil.

Hari ini, Devan berhasil menjahili para guru yang selalu berkumpul pagi-pagi di ruang guru sebelum pelajaran dimulai. Ia melepaskan sepuluh ekor tikus got ke dalam ruangan tersebut, membuat para guru histeris, bahkan ada yang sampai naik ke atas meja dan kursi, terutama yang berjenis kelamin wanita.

Devan sengaja datang pagi tanpa ketiga sahabatnya hanya untuk melancarkan aksi jahilnya tersebut. Tadinya, dia sempat ke rumah Galih, Kenneth, dan Rayhan satu per satu untuk membangunkan mereka, tapi yang didapat Devan justru usiran, bahkan tadi ia sampai dilempari oleh Galih dengan lampu tidurnya. Devan merasa teraniaya oleh ketiga sahabatnya yang kebo itu.

Melihat aksi anak pemilik Sekolah Wellingthon tersebut, beberapa siswa Wellingthon yang lewat di depan ruang guru, ikut cekikikan melihat para guru berlarian kesana-kemari sambil teriak-teriak dengan wajah yang priceless abis.

Selesai dengan seleberasi kemenangannya, Devan langsung menarik turun kemejanya yang tadi sempat terangkat dan merapikannya. Tetapi, rapih yang ada dalam kamus Devan bukan lah  seragam yang masuk ke dalam celana dan menggunakan ikat pinggang. Rapih bagi anak tengil itu adalah baju seragam yang keluar dan dua kancing teratas yang terbuka, menampilkan kaus polosnya yang selalu berwarna hitam, entah berapa kaus hitam yang Devan miliki di rumahnya.

Saat jam istirahat, Devan kembali melancarkan aksi jahilnya ke seorang guru, dan kali ini, Pak Bedung lah yang kena sial.

Ceritanya, Devan yang sedang kencing di toilet, melihat Pak Bedung yang memasuki salah satu bilik kamar mandi. Tangan Devan langsung gatal ingin menjahili guru berkumis tersebut, lalu ia pun kemudian mengambil semprotan pembunuh serangga yang ada di belakang pintu kamar mandi, dan langsung menyemprotkannya secara brutal ke dalam bilik tempat Pak Bedung tadi masuk.

Begitu mendengar suara batuk yang tidak santai dari dalam bilik tersebut, Devan langsung tertawa puas sampai perutnya sakit.

Mengerjai guru sejarah sekaligus guru piket tersebut, memang favorit Devan sepanjang masa, karena kalau guru itu marah, hidungnya akan kembang kempis sampai merah. Selain itu, kumisnya yang seperti Hitler itu juga akan bergerak-gerak karena mulutnya komat-kamit. Melihat kedua hal tersebut merupakan hiburan tersendiri bagi Devan.

Setelah puas tertawa, Devan pun memutuskan untuk berkunjung ke kelas Devina dan mengajak cewek galak itu untuk pergi ke kantin bersama.

"Dev, ke kantin yuk," ajak Devan langsung begitu sampai di samping meja Devina.

"Ga," balas Devina tanpa menatap Devan sedikit pun.

Devan mengajak dengan baik, dan Devina menolak dengan ketus. Selalu seperti itu.

Tetapi, bukan Devan namanya kalau ia menerima penolakan Devina dengan lapang dada. Seperti sebelum-sebelumnya, mengajak Devina itu, perlu yang namanya paksaan.

Jadi, Devan langsung menarik tangan Devina dan menyeretnya ke kantin. Cewek garang itu tentunya memberontak, tetapi tenaga Devan lebih besar, jadi lah mereka seperti suami dan istri yang sedang bertengkar.

Sang suami sedang berusaha untuk menyeret istrinya yang pembangkang keluar rumah, dan istrinya berusaha untuk menahan suaminya dan memberontak agar tidak melakukan hal tersebut, seperti di sinetron-sinetron. Mirip sih, tetapi bedanya ini diseret ke kantin buat dikasih makan, bukan buat diusir dari rumah.

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang