Part 4

1K 204 274
                                    

I want you forever
Even when we're not together

Bad Things - MGK, Camila Cabello

*****

Bel di atas pintu kafe YouHungry berdenting seiring dengan langkah kaki Devan yang mulai memasuki kafe tersebut. Devan memang selalu berkumpul dengan sahabatnya sepulang sekolah. Mereka bahkan sudah memiliki jadwal sendiri.

Setiap hari Senin sampai Kamis, Devan dan ketiga sahabatnya akan berkumpul di warung Tengil, atau yang memiliki kepanjangan Tempat Ngemil. Mereka biasanya hanya sekedar nongkrong, memesan minuman, dan merokok di sana. Kemudia, kalau hari Jumat dan Sabtu, mereka akan nongkrong di kafe YouHungry, katanya sih baru bermodalnya hari Jumat dan Sabtu. Kalau setiap hari nongkrong di kafe, pasti mereka akan mengidap penyakit kanker, alias kantong kering. Selain itu, di kafe juga mereka tidak bebas untuk merokok, jadi ya begitu.

Ketika Devan sampai di depan meja yang biasa ia datangi dan gunakan setiap Jumat dan Sabtu di kafe YouHungry, di sana sudah ada Galih dan Kenneth. Entah apa yang sedang mereka perdebatkan, sampai tidak sadar Devan sudah duduk manis di hadapan mereka.

Devan berdeham pelan, membuat Galih dan Kenneth akhirnya menghentikan aksi adu mulutnya yang tadi terlihat seperti sepasang kekasih. Devan jadi malu sendiri memiliki sahabat yang seperti itu.

"Lu berdua kalau homo, jangan ditunjukkin di sini dong. Malu gue punya temen homo."

Sejurus setelah itu, Devan mendapat hadiah kombo, yaitu dua toyoran di kepalanya. Satu dari Galih, dan satu dari Kenneth.

"Enak aja kalau ngomong! Nih bocah satu, post foto di instagram, guenya jelek, dianya bagus. Kampret bener," lapor Kenneth kemudian menempeleng Galih. Akhirnya, terjadi lagi aksi pukul-pukulan. Dan, asal kalian tahu, mereka berantemnya kayak cewek. Devan yang melihatnya hanya bisa mendengus dan menutup wajahnya, ia malu punya sahabat seperti itu. Devan memang tidak tahu malu juga sebenarnya, tetapi setidaknya ia tahu tempat dan waktu.

"Punya temen kok gini-gini amat sih?" gumam Devan sambil geleng-geleng kepala.

"Woi! duo pantat kuda, lo pada buat malu!" peringat Devan setelah ia menyapukan pandangannya dan melihat beberapa pengunjung kafe menatap Galih dan Kenneth dengan tatapan aneh, takjub, bahkan jijik.

"Nih, si kambing satu yang mulai nempeleng pala orang," tuduh Galih.

"Abis lo nyebelin banget! Yang kamu lakukan pada aku itu jahat!" sahut Kenneth sok dramatis, membuat Devan memutar bola mata jengah.

Menyadari bahwa anggota mereka kurang, Galih akhirnya bertanya. "Si kunyuk Rayhan mana? Kok pantatnya ga keliatan?"

"Disembelih buat jadi daging bakso Bang Kasep di kantin," celetuk Devan.

Mendengar itu, Galih dan Kenneth lantas tertawa terpingkal-pingkal, sedangkan Devan hanya menatap mereka heran. Perasaan dirinya tidak lucu-lucu amat, dan lagipula ia tidak berniat untuk melawak. Ia hanya mengutarakan apa yang ada di otaknya. Galih dan Kenneth memang receh.

"Woi! Halo Ayang-ayang bebku. Kangen ga sama abang?" Sapaan tersebut membuat Devan, Galih, dan Kenneth langsung menoleh dan mendapati Rayhan yang sedang tersenyum cengengesan sambil menghampiri meja mereka.

"Ga kenal sama orang gila," sahut mereka bertiga bersamaan, lalu tidak menghiraukan Rayhan yang sudah mengerucutkan bibirnya.

Rayhan mengambil tempat duduk di sebelah Devan, karena memang itu lah yang kosong. "Kalian jahat! Temennya yang unyu dan imut ini ga masuk sekolah, ga kangen apa?"

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang