Prolog

2.4K 301 611
                                    

Matamu melemahkanku
Saat pertama kali ku lihatmu
Dan jujur ku tak pernah merasa
Ku tak pernah merasa begini

Dari Mata - Jaz

*****

Sekolah baru, pengalaman baru.

Itu lah yang seharusnya dirasakan oleh Devina Agatha Fradella. Devina adalah seorang siswi baru di SMA Wellingthon. Ia terpaksa pindah sekolah karena ada masalah di sekolah lamanya, yang hanya dia, bunda, sahabat, mantan, dan Tuhan yang tahu apa sebabnya.

Devina sebenarnya tidak ingin masuk lagi ke sekolah, karena jujur saja, ia trauma berinteraksi dengan orang-orang seumurannya. Sekali lagi, hanya dia, bunda, sahabat, mantan, dan Tuhan yang tahu apa sebabnya.

Mungkin terdengar klise dan aneh, karena manusia adalah mahluk sosial, yang membutuhkan orang lain agar tetap dapat melangsungkan hidupnya. Namun, terkadang manusia juga membutuhkan waktu untuk sendiri, dan Devina menginginkan itu sekarang.

Ia sudah memohon pada bundanya agar dirinya diijinkan homeschooling, namun hanya penolakan yang selalu ia dapat. Bundanya berkata bahwa trauma itu harus dilawan dengan keberanian, bukan justru dibiarkan terus menerus, karena trauma akan terus menghantui korbannya.

Selain pindah sekolah, Devina juga pindah rumah. Dari Bandung, ke Jakarta. Bundanya benar-benar perhatian, sampai rela memindahkan usahanya yang sudah sukses di Bandung, dan membangun kembali dari nol di Jakarta. Bundanya, Priska, mempunyai toko kue yang sangat ramai dan digemari sewaktu di Bandung. Priska berharap, keberuntungan tersebut juga berpindah ke Jakarta, mengikuti kepindahannya demi putri semata wayangnya.

Mentari telah menampakkan sinarnya sedari tadi, dan Devina telah siap dengan seragam sekolah lamanya. Hari pertama sekolah, ia akan diantar oleh bundanya seperti anak SD.

Devina berhenti di depan pintu toko kue milik bundanya, melamun. Devina dan sang bunda memang menyempatkan diri untuk datang ke toko kue sebelum berangkat ke sekolah, karena bundanya ingin membuka toko kuenya pagi-pagi.

Pikiran Devina terus berkelana kemana-mana sampai tepukan pelan di bahunya membuatnya sadar dan berbalik, berhadapan dengan sang bunda. "Jangan biarin trauma kamu menghantui kamu terus, Dev. Kamu harus berani lawan semua trauma kamu. Tunjukin kalau kamu kuat. Jangan sampai ada orang yang bahagia melihat kamu seperti ini. Devina adalah anak Bunda yang kuat! Devina pasti bisa!" ujar Priska sambil melayangkan kepalan tangannya ke udara, membuat Devina tersenyum tipis.

Devina kemudian mengangguk. "Ya udah, ayo kita berangkat, Bunda."

Setelah itu, Priska beranjak terlebih dahulu. Ketika Devina memutar badannya, hendak berbalik untuk menuju mobil bundanya yang terparkir depan toko, ia malah menabrak seseorang. Devina menunduk, dan ia yakin yang ditrabraknya adalah seorang cowok, dilihat dari jenis seragam sekolah dan postur tubuhnya yang tegap. Wangi maskulin dari tubuh cowok itu juga langsung merangsak masuk ke dalam indra penciumannya.

"Jalan pake mata dong!"

Devina seketika mengangkat kepalanya dan menatap cowok yang berhadapan dengannya. Devina harus menengadah, mengetahui cowok di depannya jauh lebih tinggi dari dirinya, dan ia hanya setinggi pundak cowok itu.

Cowok yang ada di hadapan Devina sekarang memang ganteng, Devina mengakui hal tersebut. Dengan wajah blasteran, alis yang cukup tebal, hidung mancung, bibir seksi, rahang kokoh, kulit tanned, tubuh tegap, dan lengan yang cukup berotot, cukup membuat Devina terpukau untuk sementara. Selain itu, gayanya yang keren, juga menjadi poin plus.

"Sengaja ya mau modus dan nempel-nempel sama gue?" tanya cowok itu dengan alis yang terangkat sebelah. Seketika, Devina langsung membulatkan matanya dan mendengus keras. Ia tidak jadi memuji cowok itu.

"Kepedean banget ya lo jadi cowok! Dan lagi, jalan tuh pake kaki, bukan mata!" balas Devina galak. Ia tidak ingin berlama-lama melihat cowok itu.

Devan, cowok itu, tertegun untuk sementara melihat mata Devina. Mata itu, mata yang sangat Devan rindukan dan tunggu selama ini. Bola mata dan tatapan Devina, sama persis dengan orang dari masa lalu Devan. Dan melihat mata itu, membuat kenangan masa lalu yang telah berusaha Devan kubur, mulai menyeruak dan terputar kembali dalam otaknya.

"Ngapain lihat-lihat?" tanya Devina nyolot. Ia jengah melihat cowok yang ada di hadapannya itu hanya berdiri mematung sambil terus menatapnya.

Tidak melihat adanya pergerakan dari cowok itu, akhirnya Devina melengos dan bergeser ke kanan, kemudian beranjak menuju mobil Priska, melewati Devan yang masih mematung.

*****

Hai! Gimana prolognya? Bikin tertarik buat baca ceritanya ga? wkwkwk. Semoga kalian tertarik ya...

Jangan lupa vote dan commentnya! Maaf kalau ada typo.

Thankyou!

22 April 2017

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang