Part 9

915 134 119
                                    

Wise men say only fools rush in
But I can't help falling in love with you

Can't Help Falling in Love - Elvis Presley

*****

Devina langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur begitu selesai mandi. Tidak ada niat sedikit pun bagi Devina untuk turun dan keluar dari kamarnya. Ia sudah terlalu lelah untuk peduli dengan apa yang sedang dilakukan ibunya dan Devan di bawah. Devina merasa mereka pasti menggosip lagi seperti waktu itu.

Keheningan yang mendominasi kamarnya, membuat Devina berpikir tentang Devan. Devina merasa bahwa Devan selalu ada saat dibutuhkan. Mulai dari membantunya kabur dari Naufal, sampai tadi saat Devan menolongnya ketika sedang digoda oleh para preman.

Devina dapat merasakan bahwa Devan adalah orang yang baik. Tetapi, Devina tidak ingin memikirkan hal semacam itu. Ia sudah bertekad untuk menjauhi orang-orang, karena menurutnya sendiri lebih baik, daripada dikelilingi dengan orang-orang munafik.

Devina tidak ingin dengan cepat menganggap bahwa perlakuan Devan itu semata-mata untuk membantunya. Sikap defensif Devina terus mendorongnya untuk tidak dengan mudah percaya pada orang, terutama cowok. Karena cowok itu kebanyakan manis di mulut dan perlakuan doang, padahal di dalamnya tidak ada yang tahu.

Ngomong-ngomong soal Naufal, Devina sebenarnya tidak ingin menyimpan dendam pada seseorang. Ia merasa bahwa dendam itu tidak akan membuahkan hasil apa-apa, justru dendam hanya akan membebaninya karena dipikirkan setiap saat. Setiap lihat orang yang dibenci, pasti bawaannya ingin marah, kan jadi menyusahkan diri sendiri untuk mengatur emosi.

Devina ingin sekali memaafkan Naufal, namun luka di hatinya masih belum tertutup dan sembuh dengan sempura. Jujur, Devina masih sangat kecewa dengan Naufal, dan perasaan itu benar-benar susah untuk dihilangkan.

Tetapi, memaafkan itu tidak ada salahnya bukan? Karena prinsip Devina, dia tidak akan melakukan hal yang ia tidak ingin orang lain lakukan kepadanya. Jadi, kalau Devina tidak ingin dibenci orang lain, maka ia juga tidak boleh membenci.

Lagipula, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah. Devina memang tidak tahu apa kah Naufal bersungguh-sungguh dengan permintaan maafnya, namun Devina juga tidak ingin hidupnya terus direcoki dan diganggu oleh mahluk astral satu itu.

Devina kenal betul dengan sifat Naufal yang tidak akan menyerah sampai ia mendapatkan apa yang diinginkannya. Jadi, daripada diganggu terus menerus, lebih baik Devina melapangkan dada dan memaafkan cowok itu.

Urusan Naufal yang serius atau tidak, Devina sudah tidak ingin mempermasalahkannya lagi. Toh, itu juga bukan urusannya. Yang penting, Devina sudah menjalankan perintah Tuhan untuk memaafkan sesama manusia. Kalau Naufal memang hanya omong kosong, urusannya juga dengan Tuhan. Devina hanya ingin menjalankan hidupnya dengan tenang, tanpa gangguan siapa pun.

"Hah, lelah. Kenapa sih dunia ini harus ada cowok," keluh Devina sambil mengacak rambut basahnya.

D&D

Devan duduk dalam kelasnya dengan tenang. Pemandangan yang sungguh sangat amat langkah. Semua orang, bahkan Pak Bedung, takjub dengan apa yang mereka lihat hari ini. Devan yang biasanya pecicilan dan jahilnya ga ketolongan, hari ini diam dan menatap lurus ke papan tulis. Bahkan, Rayhan yang duduk di sebelahnya berdecak kagum melihat tingkah sahabatnya hari ini.

Sebenarnya, mereka hanya tidak tahu bahwa sedari tadi Devan tidak memperhatikan penjelasan Pak Bedung sama sekali. Devan memang menatap ke depan, tapi pikirannya melayang kemana-mana.

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang