I can't love you in the dark
It feels like we're oceans apart
There is so much space between usLove in The Dark - Adele
*****
Devina sudah keluar dari rumah sakit, dan hari ini ia sudah bisa memulai aktivitasnya seperti biasa sebagai seorang pelajar.
Menghabiskan tiga hari di dalam ruangan yang sama untuk masa penyembuhan, membuat Devina bosan setengah mati. Mungkin dia tidak akan tahan berada di sana, kalau saja tidak ada Devan yang selalu rutin mengunjunginya setiap pulang sekolah.
Devina sebenarnya tidak ingin mengakuinya, tetapi kehadiran Devan cukup membuatnya senang karena tidak perlu merasa suntuk seharian. Devan selalu berhasil menghibur Devina dengan segala lelucon dan tingkah konyolnya. Tetapi, cewek itu tidak berniat untuk menunjukkan bahwa dirinya terhibur, nanti Devan malah kepedean.
Devan seakan membawa warna baru dalam hidup Devina. Hidup cewek itu yang sebelumnya monoton semenjak kejadian lampau, kini mulai bervariasi semenjak perkenalannya dengan cowok tengil yang tanpa ia disadari, suka mendadak muncul di benaknya.
"AKHIRNYA LO MASUK SEKOLAH LAGI DEVVV! GUE KANGEN BANGET TAU GA?" seru Maura girang begitu melihat Devina di gerbang. Kebetulan, Maura baru keluar dari mobil, dan kedua bola matanya langsung menatap sosok cewek jutek yang juga baru keluar dari mobil.
Devina memutuskan untuk berjalan mendekat. Bahkan dari jarak yang cukup jauh, ia bisa melihat binar mata Maura yang menunjukkan seberapa antusias dirinya ketika bertemu Devina. Hal tersebut sukses membuat Devina menyunggingkan senyum tipis.
Tetapi, mendadak binar mata Maura itu menghilang, dan digantikan dengan sorot mata penuh tanya. Devina heran, dan tepat setelah itu, seseorang meraih pergelangan tangan Devina dan menariknya, berhasil membuat cewek jutek itu berbalik badan.
"Jangan terlalu capek. Lo masih dalam tahap penyembuhan. Kalau kepalanya sakit, langsung ke UKS terus tidur, atau hubungin gue aja, biar gue bisa anter lo pulang," ujar Devan memperingatkan.
Semenjak kejadian Devan meminta izin untuk mendekati Devina, cowok itu semakin menunjukkan perhatiannya, dan terkadang terkesan protektif. Bahkan, hari ini Devina ke sekolah diantar oleh cowok tengil itu.
Pagi tadi, Devan sudah siap di samping mobilnya begitu Devina keluar dari rumah. Jadi, mau tidak mau Devina membiarkan cowok itu mengantarnya ke sekolah, tidak enak juga karena ternyata Devan sudah menunggu dari pukul lima pagi, padahal bel sekolah baru berbunyi pukul tujuh.
Kata Devan sih, Devina itu tipe cewek yang pastinya ga mau telat, jadi Devan sampai rela memasang alarm dan bangun pagi-pagi agar bisa mengantar cewek itu ke sekolah. Tadinya, Devina sempat kesal karena Devan tidak mengabarinya. Apalagi sampai ditunggu dari pagi begitu, Devina sebenarnya risih dan merasa tidak enak. Tetapi, biar saja Devan menderita, kan salahnya sendiri yang kepagian.
"Denger ga gue bilang apa?" tanya Devan sambil menatap Devina tepat di manik matanya.
Devina mengangguk.
"Belajar yang bener ya, biar nanti bisa jadi pendamping yang sempurna buat gue." Devan mengacak rambut Devina gemas sambil cengengesan.
Devina hanya mengangguk singkat karena merasa canggung, kemudian langsung berbalik badan dan menghampiri Maura yang ternyata masih berdiri di tempat yang sama. Tetapi bedanya, kedua mata Maura telah membulat, dan mulutnya menganga lebar.
"Kok lo bisa datang ke sekolah sama Devan?" tanya Maura polos begitu Devina sampai di depannya.
Devina hanya diam, tidak menanggapi. Entah untuk alasan apa, Devina merasa malu dan ada sesuatu yang berdesir dalam hatinya ketika ditanya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fortuity
Teen Fiction"Orang itu ga harus selalu terlihat kuat. Jangan sok kuat kalau ternyata rapuh. Keluarin aja semuanya, maka lo akan lebih tenang. Gue akan selalu ada di sini buat lo. Lo boleh pakai bahu gue kapan pun, tapi jangan sering-sering, soalnya gue takut ce...