6. Di Balik Rahasia

613 28 0
                                    

Suara dorongan tempat dimana Iqbaal terbaring melaju sangat cepat ke sebuah ruangan. Disamping sisi kiri dan kanan nya ada orang-orang terdekatnya, kecuali seseorang.

Teh Ody, Dianty, Bunda Rike dan yang lainnya menunggu diluar setelah dokter dan tim medis lain membawa Iqbaal masuk ke ruang ICU.

Bunda Rike terduduk lemas dikursi, air matanya mengalir deras. Membuat wajahnya terlihat berantakan. Disamping kanannya ada Teh Ody yang berusaha menenangkan Bundanya. Sedangkan Dianty? Dia hanya bisa terduduk lemas dilantai sambil menelungkupkan kepalanya dikedua lipatan kakinya. Namun bahunya bergetar. Bergetar sangat hebat.

"Gue tau lo udah lelah baal. Gue tau lo udah capek. Tapi gue tau lo itu kuat. Lo ngga boleh nyerah gitu aja baal. Gue yakin lo bisa ngadepin ini semua. Banyak orang yang sayang sama lo. Gue mohon....jangan tinggalin kita. Lo harus tetep ada disamping kita." lirih Dianty, suaranya tercekat karena menahan tangisannya.

☆☆☆

"Lo kemana sih baal. Kenapa lo malah ngilang gitu aja??!! Apa lo permainin perasaan gue??!! Gue benci. Gue benci sama lo!!!!!!" teriak Zidny. Saat ini dia sedang berada di rooftop sekolah.

"Apa alasan lo buat benci sama Iqbaal." teriak seseorang dibelakangnya.

Zidny menoleh dan mendapati ada Rafto dibelakangnya. Rafto berjalan mendekati Zidny.

"Apa lo tau alasan kenapa Iqbaal tiba-tiba ngilang? Apa lo tau semua itu?!" Rafto menatap mata Zidny, berusaha menyampaikan sesuatu.

Zidny berdecih, dia memutar bola matanya. "Karena Iqbaal cuma mau nge-php in gue. Puas lo!!!." ketus Zidny.

Rafto tersenyum miring. "Kalau itu yang lo pikirin saat ini?! Lo salah besar!!!!. Dan gue yakin setelah lo ngomong ini lo bakalan nyesel karna pernah bilang kalau Iqbaal udah php in lo.!!!" setelah berkata seperti itu Rafto meninggalkan Zidny sendirian. Meninggalkannya dengan sejuta pertanyaan yang ada dikepala Zidny tentang Iqbaal.

☆☆☆

Dianty terduduk lesu ditaman belakang sekolah. Matanya terlihat lelah. Lelah dengan semuanya. Dia masih tidak percaya dengan diagnosa dokter dua hari yang lalu.

"Kita hanya bisa menyerahkan semuanya pada yang kuasa bu. Tapi saya dan tim saya akan memberikan yang terbaik untuk anak ibu. Dan saya yakin anak ibu kuat. Dan semoga saja masih ada harapan." Dokter Ardho pergi setelah memberitahu tentang keadaan Iqbaal.

Bunda Rike hampir saja terjatuh jika tidak ada Ayah Herry dibelakangnya. Isakan terdengar didepan ruangan Iqbaal. Teh Ody menangis sesenggukan melihat adik tersayangnya terbaring lemah.

Iqbaal yang ceria, yang ramah sama siapapun, yang baik. Tapi takdir berkata lain. Tuhan lebih sayang sama Iqbaal. Karena itu Iqbaal diberi cobaan. Iqbaal sudah didiagnosa terkena penyakit leukimia dua tahun yang lalu.

Tidak ada yang tahu tentang penyakit Iqbaal. Hanya keluarganya dan Dianty. Dianty tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia hanya ingin sahabatnya sehat kembali. Dia tidak ingin kehilangan sahabat terbaiknya.

Tepukan dibahu Dianty membuat Dianty tersadar dari lamunannya. Disampingnya sudah ada Zidny yang duduk dengan muka tertekuk.

"Lo kenapa?" lirih Dianty, suaranya terdengar serak akibat sering menangis.

Zidny melirik Dianty "Gue kesel deh sama si Rafto. Kenapa dia malah ngebelain Iqbaal gitu loh. Padahal jelas-jelas Iqbaal yang salah. Udah dua minggu dia ngga ada kabar dan itu jelas banget Dant, kalau dia itu cuma mainin gue. Tapi si Rafto malah ngebelain Iqbaal. Pake bilang gue bakalan nyesel lah apalah. Pokoknya nyebelin banget deh." cerocos Zidny, tangannya terlipat didepan dada.

Dianty tersenyum miring "Ngga salah Rafto bilang gitu sama lo. Dia bener. Dan lo bakalan nyesel karena udah ngomong kayak gitu!!" setelah itu Dianty pergi meninggalkan Zidny sendirian.

"Dianty.... Diantyyy lo mau kemana sih!!!" Dianty tidak mendengar teriakan Zidny, dia mengacuhkannya begitu saja.

"Kenapa sih semua orang pada belain Iqbaal. Jelas-jelas disini gue yang jadi korban. Dan lo, Lo sahabat gue Dant tapi lo malah ngebelain Iqbaal. Gue kecewa sama lo!!!"

☆☆☆

"Gimana kabarnya Zidny, Dant?!" lirih Iqbaal. Mukanya masih terlihat pucat setelah sadar dari komanya.

"Udah lo gak usah mikirin yang lain dulu. Sekarang yang lo pikirin gimana caranya lo ngelawan penyakit ini. Gue yakin lo bisa kok baal." Dianty tersenyum, berusaha menyemangati Iqbaal.

Iqbaal tersenyum, senyum yang sangat tipis. "Zidny pasti benci sama gue kan. Makanya lo ngalihin pembicaraan kita."

Dianty tertunduk lesu "Kenapa ngga biarin aja sih Zidny tau. Dia malah ngira lo php in dia. Dan gue ngga terima dia bilang kayak gitu."

"Biarin aja kayak gini Dant. Misalkan gue udah ngga bisa lagi bertahan Zidny ngga akan terluka terlalu dalam. Gue ngga bisa liat dia sedih."

"Terserah deh. Tapi lo harus janji sama gue. Lo harus kuat baal. Lo ngga boleh ninggalin gue, Teh Ody, Bunda, Ayah sama yang lain." lirih Dianty, air matanya kembali menetes.

Iqbaal menjulurkan tangannya untuk menghapus air mata Dianty. "Gue ngga mau liat sahabat terbaik gue ini nangis didepan gue."

Dianty lalu memeluk Iqbaal erat. Tangisannya terdengar sangat memilukan. Air matanya membasahi baju pasien yang Iqbaal kenakan. Iqbaal membalas pelukan Dianty. Sahabat kecilnya yang sudah dia anggap seperti saudara.

☆☆☆

Rafa mengetuk pintu ruang rawat Iqbaal. Dia melihat ada Dianty disana.

"Gue udah kirim barang itu ke Zidny sesuai permintaan lo baal." ucap Rafa.

Iqbaal hanya tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. Sedangkan Dianty menautkan alisnya.

"Gue nyuruh Rafa buat kirimin sesuatu buat Zidny." lirih Iqbaal.

"Ihhhh kok lo ngga bilang-bilang sih kalo Rafa udah tau tentang penyakit lo. Kalau gitu kan tadi gue ngga perlu repot-repot bohong." Dianty kesal karena sebenarnya tadi sebelum ke rumah sakit Rafa mengajaknya jalan-jalan tapi Dianty menolaknya dengan alasan yang lain.

"Kan aku mau ngasih surprise ke kamu." Rafa tersenyum jahil.

Iqbaal dan Rafa tertawa melihat ekspresi Dianty yang sangat menggelikan. Dianty lalu memukul pelan bahu Iqbaal dan memukul Rafa namun pukulannya untuk Rafa lumayan agak keras.

"Ih ih ih udah dong. Kok kamu mukul aku keras banget sih sama Iqbaal pelan tadi." Rafa menyilangkan kedua tangannya untuk menghindar dari pukulan Dianty.

"Biarin abisnya kamu ngeselin sih. Kan beda Iqbaal lagi sakit masa iya sih aku mukul dia keras." Dianty menjulurkan lidahnya.

"Udah-udah ngga usah berantem. Gue seneng bisa liat kalian balikan lagi. Jagain sahabat gue ya Raf. Jangan sakitin dia. Dan saat gue ngga ada, lo yang harus nenangin dia." kata Iqbaal.

Saat mendengar perkataan itu Dianty terdiam, perlahan Rafa merangkulnya mencoba untuk menguatkan gadisnya ini.

☆☆☆

Mungkin benar teman sejati cuma datang sekali. Dan aku akui itu ada dalam dirimu. Tapi jika memang saatnya kita harus berpisah. Aku rela walaupun akan banyak yang merasa kehilangan. Namun dirimu akan selalu di hati kita. Teman sejati tak akan pernah lekang oleh waktu.... - Dianty Annisa

☆☆☆

Sedih gak sih ? Pasti biasa aja kan hahahaha. Iya gue tau cerita gue gak mutu banget. Tapi cuma ini yang bisa menyalurkan semua rasa yang gue alamin. Jujur pas gue buat part ini. Entah kenapa gue berasa ada didalamnya.

Haaaiii sahabat terbaik, tercakep, terucul, tersokcool, terterter pokoknya lah hahahaha. Gue tau emang ini jalan yang ditakdirin Tuhan buat kita. Semoga lo bisa tenang disana.... Waiting gue disana..... Kita bakalan seru-seruan bareng lagi suatu saat nanti. Di tempat yang berbeda. Di masa yang berbeda. Dan di waktu yang berbeda.......

Namita Fatma

LovepediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang