8. Di Balik Hujan

461 21 0
                                    

Hujan yang turun sangat deras membuat Dianty berteduh sendirian dihalte. Awalnya dia ingin meminta Rafa untuk menjemputnya tapi dia harus menjaga Iqbaal. Karena kondisinya yang belum stabil.

"Woy dossy jangan disitu entar lo basah lagi. Hujannya deres banget ini." kata seseorang. Saat ini mereka sedang berada dihalte karena terjebak hujan deras.

Gadis yang disebut dossy itu hanya tertawa dan mengacuhkan perkataan lelaki itu.
"Baal sini deh. Enak tau hujan-hujanan gini." Dianty, gadis yang dipanggil dossy itu menengadahkan tangannya ke atas sehingga tangannya bisa merasakan rintikan hujan yang turun.

Baal, Iqbaal sahabat Dianty menghampirinya lalu mengacak pelan rambut sahabatnya itu. "Lo tuh ngga bisa ya kalo ngga mainan air hujan."

"Hujan itu bisa nenangin hati kita baal. Orang-orang ngga bakalan tau kalau kita nangis karena air mata kita tertutup sama air hujan. Kalau kita teriak sekenceng-kencengnya ngga bakalan ada orang yang denger karena suara kita kalah sama suara derasnya air hujan." Dianty menatap mata Iqbaal lalu tersenyum. Menambah kecantikan diwajahnya.

"Baal janji yuk walaupun suatu saat kita udah punya kehidupan masing-masing, tapi kita ngga boleh sampai pisah. Kita harus tetep bareng-bareng. Lo udah gue anggep kayak kakak gue sendiri. Dan persahabatan kita harus abadi selamanya...."

Iqbaal hanya tersenyum dia tidak bisa berjanji karena dia juga tidak tahu apakah dia masih bisa bertahan atau tidak.

Dianty merasakan matanya memanas saat mengingat janji nya dengan Iqbaal dulu. Tanpa sadar ada yang mengusap air matanya. Dianty kaget ketika melihat seorang lelaki bertubuh jangkung disampingnya ini.

"Sorry gue ngga suka aja liat cewek nangis." Lelaki itu tersenyum, menampilkan lesung pipitnya. "Kenalin nama gue Rendy, gue ngga sengaja liat lo duduk dihalte sendirian sambil nangis. Makanya gue samperin lo." lanjutnya.

Dianty masih menampilkan raut kecurigaanya, dia takut jika orang yang dihadapannya ini berniat jahat.

Rendy menyadari kalau gadis dihadapannya ini curiga dengannya. "Lo ngga perlu takut sama gue. Gue bukan orang jahat kok, by the way nama lo siapa ?" Rendy mengarahkan tangannya berniat mengajak Dianty untuk bersalaman.

Perlahan Dianty membalas uluran tangan Rendy. "Dianty."

Rendy menganggukkan kepalanya. "Lo mau kemana, kok sendirian disini."

"Gue mau kerumah sakit tapi tadi tiba-tiba hujan makanya gue berteduh dihalte."

"Mau gue anterin? Ini udah mau malam lho ngga baik cewek dihalte sendirian."

Dianty menautkan alisnya, menimang ajakan Rendy untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Saat melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 17.54 akhirnya Dianty mengiyakan ajakan Rendy.

☆☆☆

"Baal kondisi lo tuh belum pulih kok lo malah pulang sih." kata Rafa, pasalnya Iqbaal meminta untuk pulang padahal kondisinya tidak memungkinkan untuk pulang.

Iqbaal mengambil ponselnya dinakas. "Gue udah baikan Raf. Gue ngga bisa dirumah sakit terus. Gue mau ketemu Zidny."

Rafa berdecak. "Baal sekali aja lo mikirin sama kesehatan lo. Stop mikirin Zidny untuk saat ini."

Iqbaal memakai sepatunya dan mengambil kemeja kotak-kotak berwarna hitam putih itu. Dia ingin menemui Zidny. Dia ingin mengukir kisah manis bersama gadis yang dicintainya sebelum dia meninggalkan semuanya.

"Sekarang lo pulang, gue mau kerumah Zidny. Jangan bilang-bilang sama Dianty ya, gue ngga mau bikin dia khawatir." setelah itu Iqbaal pergi.

Rafa hanya berdecak kesal melihat sikap Iqbaal. Dia membereskan baju-baju Iqbaal terlebih dahulu lalu keluar dari ruang rawat ini. Saat dilobby Rafa tidak sengaja melihat Dianty dengan seorang laki-laki. Dengan langkah cepat Rafa menghampirinya.

"Loh Raf kamu ngapain bawa tas nya Iqbaal. Emang Iqbaal udah boleh pulang?" tanya Dianty.

Rafa tidak menjawab pertanyaan Dianty, dia menatap tajam laki-laki yang berada disampingnya Dianty.

Dianty yang menyadari suasana canggung ini mulai memecah suasana. "Raf, Iqbaal mana? Kok ngga ada?"

Rafa menatap Dianty. "Kamu kenapa bisa sama cowok ini?"

"Aku tadi ngga sengaja ketemu sama dia. Dia yang nganterin aku ke sini Raf, soalnya tadi hujan deres."

"Kamu bisa kan minta aku buat jemput kamu." suara Rafa mulai naik.

"Tapi Raf ak--"

"Pulang sekarang!!!" Rafa menarik pergelangan tangan Dianty cukup keras dan itu membuatnya kesakitan.

"Oy oy man. Jangan kasar dong sama cewek. Lo ngga liat tuh Dianty kesakitan kayak gitu."

"Lo ngga usah ikut campur!!! Ini urusan gue sama pacar gue. Dan gue peringatin sama lo, jangan berani deketin cewek gue!!!" Rafa menatap sinis Rendy.

Rendy hanya tersenyum miring melihat aura kecemburuan Rafa. "Kalau gue deketin cewek lo. Lo mau apa?!!! Hmmm. Gue tertarik sama dia."

Rafa hampir saja melayangkan pukulan ke Rendy tapi langsung dicegah oleh Dianty.

"Udah Raf yaudah yuk kita pulang aja ya." Dianty menarik pergelangan tangan Rafa, dia tidak mau ada pertengkaran disini.

Setelah Rafa dan Dianty keluar dari rumah sakit. Rendy mengambil ponsel disaku celananya. Dia menelfon seseorang.

"Gimana? Berhasil?"

"Lo tenang aja. Semuanya berjalan dengan lancar." Rendy menampilkan smirk evilnya.

"Bagus, lo harus deketin Dianty dan buat dia jatuh cinta sama lo. Dan patahin hatinya buat dia hancur sehancur-hancurnya."

"It's easy buat gue. Yang penting transferan lancar. Lo tau lah maksud gue."

"Lo tenang aja. Itu udah gue atur pokoknya lo harus masuk di kehidupan Dianty." orang itu memutuskan sambungan telefonnya.

Rendy berjalan meninggalkan rumah sakit dan menuju ke suatu tempat.

☆☆☆

"Masih bisa lo dateng kerumah gue?!" sinis Zidny.

Iqbaal hanya tersenyum, dia memaklumi dengan sikap Zidny yang seperti ini. Ini juga salahnya.

"Gue mau ajak lo ke suatu tempat."

Zidny berdecak. "Mau apalagi sih baal. Lo ngga puas nyakitin gue selama ini."

"Lo bakalan tau suatu saat nanti Zid. Gue cuma pengen punya cerita indah sama lo."

Zidny mengernyitkan alisnya. Perkataan Iqbaal seolah-olah Iqbaal akan meninggalkannya selama-lamanya.

Iqbaal menarik pelan tangan Zidny dan membawanya masuk kedalam mobil. Dia ingin mengajak Zidny ke suatu tempat. Tempat yang akan menjadi kenangan terindah untuknya.

☆☆☆

Suasana canggung menyelimuti mobil yang ditumpangi Rafa dan Dianty. Rafa masih terlihat marah. Dianty tidak tahu harus berbuat apa.

"Raf, kamu jangan salah paham dulu. Aku baru kenal dia itu tadi kok." lirih Dianty.

Rafa memejamkan matanya berusaha mengontrol emosinya, dia lalu menggenggam tangan Dianty. "Aku minta maaf ya karena tadi udah sempet kasar sama kamu. Aku cuma takut kamu diapa-apain sama dia."

Rafa menghentikan mobilnya ditaman. Lampu-lampu yang bersinar menambah suasana hangat disini.
"Kita ngga tau apa yang terjadi kedepannya Dant. Aku cuma mau ngejagain kamu. Aku ngga mau ngelakuin kesalahan yang kedua kalinya. Please, stay with me..." Rafa memeluk Dianty, memejamkan matanya merasakan hangatnya pelukan itu.

"Iya aku ngerti kok. Aku juga ngga mau kehilangan kamu lagi. I'll stand by you...."

Pelukan itu semakin erat seerat cinta mereka. Tuhan punya rencana sendiri atas makhluknya. Kita tidak tau kapan Tuhan mengambil salah satu orang yang kita sayang..

☆☆☆

Namita Fatma

LovepediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang