"Jika memang ada rasa dan tak berniat menyakiti, kenapa harus pergi?!"Suara gaduh dan teriakan-teriakan tidak jelas dari teman-teman sekelas Dianty tidak membuat ekspresinya berubah. Tatapan kosong dan wajah yang terlihat pucat menampilkan kesan buruk gadis berjilbab ini. Terlihat menyedihkan bagi orang-orang yang melihatnya.
Patah hati memang bisa merubah orang yang awalnya ceria, selalu senyum, menjadi orang yang pemurung, tanpa senyum diwajah dan tatapan kosong yang selalu terlihat.
Dan saat ini yang harus Dianty lakukan adalah belajar menikmati pahit manis patah hati. Namun itu tidaklah mudah, ini bukan yang pertama kalinya bagi Dianty, tapi ini merupakan pukulan telak bagi Dianty.
Zidny dan Khalda menatap iba kearah Dianty, saat jam istirahat pun Dianty tidak meninggalkan bangkunya dan terus melamun.
"Danty, kita ke kantin yuk." ajak Zidny
Khalda memegang bahu Dianty, membuatnya menatap mata Khalda. "Gue tau ini berat buat lo, tapi lo ngga boleh kayak gini. Inget kata-kata gue. Di dunia ini kita akan ketemu sama orang-orang yang buat kita bahagia. Juga sebaliknya. Tapi satu yang pasti, mereka dikirim ke kita buat satu alasan, agar kita belajar." Dianty kembali mengeluarkan air matanya, namun sekarang dia berada dipelukan Khalda yang memeluknya erat,
"Agar kita belajar kasih sayang. Agar kita belajar melupakan. Agar kita belajar terbiasa. Meskipun, kita ngga selalu berhasil. Tapi, kita bisa buat coba semua itu sampai kita berhasil." sambung Khalda
Dianty melepaskan pelukannya, lalu menatap kedua sahabatnya, "Makasih, makasih karna kalian selalu ada buat gue. Gue sayang banget sama kalian. Please, jangan tinggalin gue." Dianty kembali memeluk Khalda dan Zidny.
Patah hati bukan ancaman untuk kita ngga melanjutkan hidup lagi. Disaat kita lagi terpuruk bahkan kita sempat berpikir buat ngga ngelanjutin hidup kita lagi. Dan itu semua cuma dilakuin sama orang-orang yang pengecut.
Patah hati harusnya mengajarkan kita buat belajar agar kita ngga ngelakuin hal yang bisa buat kita patah hati untuk yang kedua kalinya.
***
Bukkkk
Satu pukulan kembali melayang diperut Rafa. Rafa tidak berusaha melawan, dia hanya diam ketika Iqbaal memukulinya kembali.
"Lo bisa-bisanya ngingkarin janji lo sama gue!!!!!! Kalo lo nyakitin Dianty lagi, kenapa waktu itu lo minta bantuan gue sama temen-temen buat bantu lo balikan lagi sama Dianty. Kenapa!!!!" Iqbaal kembali memukul Rafa.
"Lo udah gue percaya buat jagain Dianty, lo tau gue ngga bisa jagain Dianty terus sekarang. Gue bukan Iqbaal yang dulu lagi. Kondisi gue makin parah." Iqbaal terduduk dilantai begitu saja. Saat ini mereka berdua berada digedung kosong belakang sekolah Rafa.
Rafa menatap Iqbaal, matanya memerah. Bukan amarah yang ditunjukkan, tapi rasa sakit dan penyesalan yang begitu mendalam.
"Lo ngga ada diposisi gue Baal. Gue juga sakit. Gue juga ngga mau kayak gini Baal. Gue juga ngga mau perjuangan gue sia-sia. Sampai detik ini gue masih cinta, gue masih---"
"Kalo lo masih cinta kenapa lo tinggalin dia brengsek!!!!" Iqbaal menarik kerah seragam Rafa, matanya memperlihatkan amarah yang sangat besar terhadap laki-laki ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovepedia
FanfictionGimana rasanya kalau orang yang lo cinta sempet berkhianat sama lo dan sekarang dia hadir lagi dikehidupan lo. - Dianty Annisa Cuma butuh kepastian dan gue capek kalau kayak gini terus. - Zidny Iman Lathifa Maaf karna dulu gue udah nglakuin hal terb...