7. Kali Kedua

607 24 0
                                    

Zidny menimang-nimang kotak yang dia temukan didepan pintu rumahnya. Tidak ada tertera nama yang mengirim barang tersebut. Namun satu hal yang dia heran. Kenapa pengirim misterius itu bisa tau apa yang disukai oleh Zidny?!.

Suara dering telfon membuyarkan lamunan Zidny. Dia mengambil ponselnya diatas nakas. Tertera nama Yudha yang menghiasi layar ponselnya. Zidny pun menggeser tombol warna hijau.

"Kenapa Yud?" tanya Zidny to the point.

"Ketus amat sama gue. Lo lagi ngapain?" Yudha, teman sekelas nya Zidny saat dia kelas 2 SMP.

Zidny memutar bola matanya "Udah deh Yud, gue lagi ngga mau basa-basi!! Mendingan sekarang lo to the point atau gue matiin telfonnya."

Yudha terkekeh diseberang sana "Hahahaha iya iya jangan marah gitu dong. Gue cuma pengen lo dateng ke acara gue besok lusa jam 3 sore."

"Acara apaan?"

"Gue kan baru pulang dari Singapore. Ya gue pengen ngerayain kepulangan gue ke Indonesia lah. Jadi lo harus dateng."

"Ngga janji." setelah itu Zidny menutup ponselnya dan meletakkannya kembali kedalam nakas.

Pandangannya kembali tertuju kepada kotak berwarna biru dongker itu. Dia masih penasaran siapa pengirim kotak tersebut.

☆☆☆

"Dant, kenapa lo ngga cerita ke gue sih tentang penyakitnya Iqbaal?! Gue juga sahabatnya dan gue berhak tau Dant!!!" tanya Khalda. Yeah, Khalda sudah tahu penyakit Iqbaal. Saat Dianty ingin ke rumah sakit, Khalda diam-diam membuntuti Dianty. Dia penasaran karena akhir-akhir ini Dianty suka sibuk sendiri dan jarang berkumpul dengannya dan Zidny.

Dianty hanya bisa diam, dia tidak bisa menjelaskan tentang Iqbaal pada Khalda. Saat ini mereka berada didepan pintu ruang rawat Iqbaal. Iqbaal yang mendengar suara ribut-ribut diluar penasaran. Dia memutuskan keluar dengan kursi roda dibantu oleh Rafa yang sedang menemaninya saat ini.

"Ini bukan salah Dianty, Khal." ucap Iqbaal.

Khalda dan Dianty menengok ke arah Iqbaal. Mukanya terlihat sangat pucat dan tubuhnya semakin kurus.

"Gue yang nyuruh Dianty buat sembunyiin ini semua. Ada banyak alasan kenapa gue harus rahasiain semua ini. Sekarang lo udah tau apa yang gue alamin dan gue harap lo juga bisa jaga rahasia."

"Apa Zidny tau tentang penyakit lo?!" tanya Khalda.

Iqbaal tersenyum tipis kemudian dia menggeleng. Khalda memejamkan matanya, sungguh dia tidak tau harus berbuat apa sekarang.

Saat semua orang terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Iqbaal merasakan kepalanya berdenyut hebat. Rasa sakitnya seperti menguasai tubuhnya saat ini. Perlahan erangan kesakitan keluar dari mulut Iqbaal dan itu membuat Dianty, Khalda, dan Rafa khawatir dengan kondisi Iqbaal saat ini.

Secepat mungkin Rafa membawa Iqbaal masuk dan menidurkannya diatas ranjang dibantu oleh Khalda. Dianty memanggil Dokter untuk memeriksa keadaan Iqbaal.

Dianty, Dokter Ardho dan tim medisnya berlarian menuju ruang rawat Iqbaal. Mereka mendapati Iqbaal yang terus memegang kepalanya dan mengaduh kesakitan. Seorang suster menyuruh Dianty dan yang lainnya untuk meninggalkan ruangan ini dan menunggu diluar.

Rafa memeluk Dianty yang sedang khawatir dengan keadaan Iqbaal. Sedangkan Khalda dia hanya bisa diam merenungkan semua yang terjadi saat ini.

"Jadi ini alasan Iqbaal kenapa dia ngga muncul dihadapan Zidny?" tanya Khalda pada diri sendiri. Dianty mendengar pertanyaan Khalda.

Dianty menepis air matanya yang terus mengalir. "Dan itu alasan gue kenapa waktu itu gue ngebentak Zidny!!!! Gue ngga suka denger dia ngejelek-jelekin Iqbaal didepan gue." lirih Dianty. Rafa memeluk Dianty lebih erat untuk menenangkan gadisnya.

LovepediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang