13. Everything Has Changed

479 19 0
                                    

Cinta itu kayak rumus. Sulit dimengerti dan sulit dipecahkan.

"Dengan lo bersikap kayak gini semuanya gak akan berubah Zee." lirih Dianty.

Yup, setelah kejadian Dianty dan Rafa yang begitu memilukan. Kondisi Iqbaal kembali drop. Penyakit yang dia derita mulai menjalar ke seluruh tubuh. Dan itu membuat beberapa syaraf Iqbaal tidak berfungsi.

Yang sangat terpukul disini adalah Zidny. Karena dia sempat berpikir bahwa Iqbaal mempermainkannya padahal semua yang dilakukan Iqbaal selama ini hanya untuk menjaga hati Zidny agar tidak terlalu sakit jika Iqbaal tidak bisa berada disampingnya untuk selama-lamanya.

"Gue cewek paling bodoh Dant. Gue kayak orang tolol yang ngga tau apa-apa disini. Disaat Iqbaal butuh gue, gue malah ngejauh dari dia waktu itu. Dan sekarang, sekarang gue ngga bisa ngapa-ngapain Dant. Gue gak guna!! Gue-"

"Lo itu berguna buat Iqbaal!! Karna lo Iqbaal bisa bertahan sampai sekarang. Karna lo Iqbaal punya alasan buat hidup. Karna lo Iqbaal bisa ngerasain apa itu cinta. Lo itu berharga banget buat Iqbaal. Lo harusnya tau itu!!" kata Dianty, suaranya agak sedikit meninggi diakhir kalimat. Karena emosi yang mulai menjalar dipikirannya.

"Hidup itu terus berjalan Zee. Mungkin saat ini titik dimana Iqbaal terpaksa mengakhirinya. Semuanya udah berubah!" gumam Dianty, dia menyeka air matanya.

"Gue jadi inget seseorang, dia dulu pernah bilang ke gue kalo Tuhan punya alasan atas takdir yang dia buat. Dan mungkin saat ini takdir Iqbaal kayak gini. Tapi walaupun ntar Iqbaal ninggalin kita dia tetap hidup walaupun kita ngga bisa liat raganya, tapi jiwanya akan selalu ada." lanjutnya.

☆☆☆

Dianty menelusuri lorong kelas yang sudah ramai. Yup, hari ini dia sudah mulai masuk sekolah karena beberapa hari kemarin dia memutuskan untuk absen agar bisa menemani Iqbaal.

Sesekali dia melemparkan senyum kepada murid yang menyapanya. Dibalik senyumannya terlihat gurat kelelahan. Tapi semuanya dia sembunyikan dengan rapi. Sampai ada seseorang yang memanggilnya dari arah belakang.

Fauzan dan Rajen. Sahabat Iqbaal sejak SMP.

"Gimana keadaan Iqbaal? Gue denger kondisinya makin memburuk." ucap Fauzan.

"Iqbaal sempet sadar, tapi ngga lama setelah itu dia mulai drop lagi. Dan sampai saat ini Iqbaal masih koma." Dianty tersenyum lirih.

Fauzan dan Rajen yang mendengar kondisi Iqbaal yang koma menunduk lesu. Mereka tidak ingin kehilangan sahabat terbaiknya!!

"Lo yang sabar ya Dant. Untuk saat ini kita cuma bisa serahin semuanya sama Allah. Gue yakin Allah punya jalan terbaik buat semua ini." ucap Rajen sambil menepuk bahu Dianty.

☆☆☆

Laki-laki ini hanya diam, tatapannya lurus memandang papan tulis tapi apa yang diterangkan oleh guru tidak bisa masuk dalam otaknya saat ini.

Saat ini yang ada dipikirannya hanyalah...

Dianty. Dianty. Dianty.

Dia rindu, bahkan sejak dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka laki-laki ini tampak tidak bersemangat menjalani aktivitasnya.

Yah, laki-laki itu adalah Rafa. Laki-laki bodoh yang begitu saja meninggalkan Dianty. Laki-laki bodoh yang tidak ingin mendengar penjelasan Dianty sehingga berakhir dengan perpisahan yang menyakiti satu sama lain.

Bel pulang yang berdering pun tidak berhasil menyadarkan Rafa dari lamunannya. Tatapannya begitu kosong. Membuat orang-orang yang melihatnya merasa kasihan.

"Penyesalan memang selalu diakhir bro!! Tapi dengan sikap lo kayak gini, itu ngga bakalan ngubah semuanya. Lo pikir dengan lo cuma diem, bengong, dan terus-terusan nyesel Dianty bakal balik lagi sama lo? Impossible man! Ini realita yang harus lo hadapin, bukannya ber-ekspetasi ria!!" setelah mengatakan itu Ardi -sahabat Rafa- pergi meninggalkannya sendirian didalam kelas

☆☆☆

"Kerjaan lo tuh ngga becus tau ngga! Lo pikir gue ngga rugi udah bayar lo dengan jumlah yang besar, terus nglakuin apa yang gue suruh gitu aja lo ngga bisa!!" bentak Bilqis.

Saat ini Bilqis sedang bersama Rendy, orang suruhannya sekaligus orang yang sedang dekat dengan Dianty.

"Gue bakalan balikin semua duit lo. Gue ngga mau jadi kacung lo lagi!" ucap Rendy.

Bilqis tersenyum miring, dia berjalan perlahan ke arah Rendy yang sedang duduk dikap mobil.

"Dengan cara apa lo balikin duit gue hmm?! Rendy Rendy, harusnya lo itu ngaca! Darimana biaya kuliah lo, biaya hidup lo, dan biaya keseharian lo itu kalo bukan dari bokap gue hah!!! Terus lo bilang mau balikin duit gue? Astaga, ooohhh gue tau. Lo kayak gini pasti karna Dianty kan, lo--"

"Ini ngga ada hubungannya sama Dianty." sela Rendy "Harusnya gue sadar dari dulu kalo yang gue lakuin selama ini tuh salah. Ngga seharusnya gue ngancurin hidup orang!!" jelas Rendy.

Bilqis hanya berdecih saat mendengar penjelasan Rendy.

Saat Rendy mulai dekat dengan Dianty, perlahan dia sadar atas apa yang dia perbuat selama ini. Seharusnya dia tidak merusak kebahagiaan orang lain. Seharusnya dia tidak mengganggu hidup orang lain.

☆☆☆

"Baal, harusnya kamu ngga usah pikirin aku. Harusnya kamu mikirin diri kamu. Maafin aku Baal. Maafin aku karna aku ngga pernah mau tau alasan apa yang bikin kamu gampang berubah Baal. Maafin aku yang udah ngebebanin kamu selama ini." Zidny menggamit tangan Iqbaal, isakannya terdengar pilu.

"Semua yang terjadi itu udah diatur sama Allah. Ketika takdir ngga sesuai sama yang kita pengenin, kita cuma bisa berharap yang terbaik." ucap Dianty yang baru saja datang.

Dia berjalan kearah sofa meletakkan kantung plastik yang berisi camilan yang dibawanya tadi. Setelah itu dia duduk disamping kiri Iqbaal. Mengusap keningnya secara perlahan.

"Gue kenal Iqbaal sejak gue kecil. Dulu kita sering banget bareng-bareng. Setiap ada yang ngejailin gue pasti Iqbaal belain. Dia bahkan rela berantem karna gue digangguin sama cowok." ucapannya terhenti karena menahan isakan yang mulai keluar.

Dianty menggenggam tangan Iqbaal, "Saat gue denger dia kena penyakit yang gue ngga pernah ngira kalo Iqbaal yang bakal ngalamin. Sejak saat itu semuanya berubah. Iqbaal udah ngga bisa selincah dulu. Tapi dia selalu kuat didepan semua orang-orang. Iqbaal ngga pernah suka kalo ada orang yang mandang dia remeh. Dia ngga suka dikasihani atas penyakitnya."

"Sampai hari dimana Iqbaal ngga sengaja ketemu sama kita. Saat itu juga Iqbaal punya alasan buat dia semangat menjalani hidup kembali. Bahkan dia udah jarang banget ngedrop. Karena dia punya alasan buat bertahan hidup. Satu-satunya alasan semangat hidup Iqbaal itu elo Zid. Lo itu sunshine buat Iqbaal."

"Dia rela buat nahan rasa sakit yang tiba-tiba datang saat dideket lo. Dia selalu bersikap baik-baik aja setiap didepan lo. Dia bahkan sering bolos kemo cuma buat ketemu sama lo. Dia ngelakuin itu semua karena dia sayang banget sama lo. Dia cinta sama lo. Bahkan dia ngga pengen lo sedih saat lo tau tentang penyakitnya Iqbaal. Itu alasan kenapa Iqbaal sembunyiin semuanya." perlahan erangan-erangan pilu mulai keluar dari mulut Dianty.

Tuhan adakah rasa yang lebih sakit ketika melihat orang yang disayang terbaring lemah seperti ini. Lebih baik sakit karna putus cinta daripada harus kehilangan sahabat yang sudah seperti keluarga.

☆☆☆

Namita Fatma

LovepediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang