Part 1

5.9K 284 15
                                    

Sesion 1 - Teror di Sekolah

SEORANG WANITA DITEMUKAN TAK BERNYAWA DENGAN KONDISI MENGGENASKAN DIGEDUNG TUA BELAKANG SEKOLAH. WANITA ITU BERINISIAL I-D YANG BERSEKOLAH DI SMA TUNAS BANGSA 109 JAKARTA. PELAKU PEMBUNUHAN MASIH BELUM TERIDENTIFIKASI OLEH POLISI.

“Eh, bro. Ini bukannya Irene Deanisa yah? Ini anak kelas 3A kan yang sering ngehina lo?” kata Geovani sambil menunjukkan koran berita pagi ke aku. “Mana? Ah, masa sih? Bukan kali, mungkin bukan dia kali.” kataku. “Yeee, lo gimana sih? Nih ya, di sekolah ini yang berinisial I-D itu cuma satu yaitu si Irene Deanisa ini. Ga ada yang lain lagi kali.” kata Michael yang baru dateng dengan membawa chiki berukuran besar. “Iya tuh bener kata lo, Mike. Nama Irene itu cuma satu di sekolah ini. Apalagi dia itu Ratu Kecantikan di sekolah ini. Kalo dia lagi jalan, beuh, semua mata pasti tertuju ke dia.” kata Geovani yang begitu menghayati kata-kata yang ia keluarkan. Aku dan Mike hanya ketawa melihat tingkah laku sahabatku yang satu ini. “Eh, Van. Lo tu ya, sukanya terlalu menghayati segala hal deh. Kaya kemaren aja, waktu kita bertiga nonton film Mission : Impossible 4 aja lo pulangnya langsung berlagak kaya si Ethan yang lagi kebelet be*ak.” kataku mengejek Geovani. “Hehehe. Habis filmnya keren banget sih, jadinya gue keasikan deh.” kata Geovani sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kami bertiga akhirnya kembali kekelas untuk memulai pelajaran karena bel masuk telah berdering.

Oh ya, aku adalah Brian Hanggoro. Aku bersekolah di SMA Tunas Bangsa 109 Jakarta. Aku mempunyai dua orang sahabat yang bernama Geovani Saputra dan Michael Arthayana. Mereka berdua telah bersahabat denganku sejak kita masih SMP kelas 1. Dalam bersahabat, kita sering jalan bareng, curhat bareng, dan makan bareng. Tetapi, ada satu hal yang aku sembunyikan dari mereka semua. Tentang berita di koran tadi pagi, aku mengetahui semuanya. Ya, akulah dalang dibalik semuanya. Akulah Sang Pria Berjaket Hoodie Hitam yang telah membunuh seorang Irene Deanisa. Membunuh Irene adalah hal yang sangat mudah bagiku. Aku tinggal menunggu dimana saat-saat ia lengah. Yaitu, saat ia sedang sendirian di kamar mandi untuk membetulkan make upnya. Salah siapa dia berani macam-macam sama aku. Jika ada yang ingin bermain denganku, maka kau akan berakhir di sebuah jurang kematianmu. Utung saja, aku membunuh tuh si perempuan brengsek. Berkurang lagi jumlah pembully di sekolahku ini. Harusnya mereka berterima kasih kepadaku karena telah menghilangkan pembully-pembully brengsek di sekolah ini.

Aku sangat senang melakukan hal ini. Suatu saat, akan aku ajak dua sahabatku bergabung denganku. Jika mereka menolak penawaranku, siap-siap saja mereka jatuh kedalam kuburan mereka sendiri. Rasanya tidak seru kalau hanya aku sendirian yang harus mengatasi bedebah di sekolah ini. Akan lebih seru lagi kalau ada yang ikut menemaniku dalam melakukan aksiku. Ya, itu harus aku lakukan secepat mungkin dan aku telah memiliki rencana yang sangat brillian untuk aku jalani. Lihat saja dua minggu kedepan, pasti mereka akan mau ikut bergabung denganku. ITU PASTI.

Setelah kejadian pembunuhan tersebut, kini warga sekolah menjadi lebih takut. Mereka takut kalau mereka adalah korban selanjutnya. Pada akhirnya, mereka jika jam pelajaran telah usai lebih baik pulang bersama-sama atau dijemput oleh orang tuanya. Terkadang aku bingung, mengapa mereka semua menjadi takut dengan apa yang telah aku lakukan. Padahal aku ini telah menghilangkan para bedebah-bedebah pengganggu ini secara perlahan dan kalau mereka takut karena mereka pikir mereka adalah korban selanjutnya, itu adalah hal yang sangat lucu. Mereka itu tidak berfikir secara baik-baik bagaimana kedepannya bila hal ini dilakukan secara terus-menerus, maka akan tercipta sebuah dunia baru, yaitu dunia dimana hanya ada orang-orang baik. Sedangkan aku, akulah yang akan menjadi algojo bila ada yang melakukan kesalahan. Walaupun itu sangat kecil.

Dua minggu kini telah datang, maka saatnya aku untuk melancarkan rencanaku yang sudah kubuat sejak lama, yaitu mengajak dua sahabatku untuk bermain denganku. YA, BERMAIN DENGANKU. Kulihat dua sahabatku telah menungguku di taman kota dekat sekolah kami.
“Oy, bro. Sori telat ya. Gue tadi habis ngerjain tugas nih. Kan lo tau gue kan kalo ngerjain tugas gimana?”

“Iya, gue mah tau cara lo gimana ngerjain tugas lo kaya apa. Orang kita udah bareng dari SMP. Masa gue kagak tau si. Iya ngga bro?”kata Geovani sambil berdiri dari tempat duduknya dan diikuti oleh Michael.

“Iyoi, bro. Apa si yang kita kagak tau dari lo si bro?” kata Michael sambil merangkul aku dan Geovani.

Aku pun mengajak mereka berdua berjalan mengikutiku menuju tempat yang telah aku siapkan untuk mereka. Sesekali Michael bertanya kepadaku kalau kita akan kemana. “Udah deh. Lo berdua ikutin gue aja, lo pasti akan suka sama kejutan yang gue kasih.” kataku kepada mereka berdua. Mereka hanya diam mengikuti langkahku.

Psychopath DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang