Part 13

1.4K 82 15
                                    

Sebelum membaca disarankan untuk melihat video di media











Sonya POV

“Akh. Dimana aku sekarang? Dan mengapa aku terikat di kursi ini?” kataku dalam hati sambil menggerakkan seluruh anggota tubuhku agar aku dapat terlepas dari jeratan tali yang mengikatku. Namun, kurasa usahaku tak akan membuahkan hasil. Karena aku masih terikat dengan kuat di kursi yang sekarang aku tempati. Tali ini seakan ingin melahapku dengan cara menghancurkan seluruh tulang-tulangku. Kemudian tiba-tiba terdengar suara seseorang yang sedang menyanyikan sebuah lagu menuju arahku.

Sunday is gloomy, My hours are slumberless. Dearest, the shadows I live with are numberless. Ah... Ternyata si Putri Tidur telah terbangun dari tidurnya. Baguslah, let’s sing together. Little white flowers. Will never awaken you. Not where the black coach. Of sorrow has taken you” kata Brian sambil berdansa dengan bayangannya sendiri.

“Brian!! Lepasin aku. Tolong jangan bunuh aku. Aku akan lakuin apapun yang kamu mau, asalakan kamu lepasin aku” teriakku

“Sssttttt. Jangan teriak-teriak. Nanti ada yang keganggu tidurnya. Lo ngga mau kan makhluk itu bangun dan makan lo secara hidup-hidup?” kata Brian sambil menunjuk seekor Harimau besar yang telah diawetkan dan dirantai di dekatku. “Lagian, gue ngga akan bunuh lo. Lo itu terlalu Ge eR tau ngga. Gue mau jadiin lo senjata terhebat gue buat mendampingi gue nanti dan gue udah siapin alat-alatnya. Rendi, pasangkan alatnya sekarang” lanjut Brian.

Setelah memperoleh perintah dari Brian, Rendi langsung menyiapkan peralatan yang aku duga untuk menyiksa diriku ini. Kini di kepalaku telah dipasangkan sebuah kerangka besi yang berbentuk setengah lingkaran dan sepertinya terdapat beberapa kabel yang menempel di kerangka besi tersebut.

“Apa yang akan kau lakukan padaku?! Please, jangan siksa aku. Aku akan menuruti apa yang kau minta tapi ngga kaya gini.” Teriakku

“Udah gue bilangin jangan berisik! Gue ngga akan siksa lo sampe lo mati. Gue cuma mau buat lo merasakan getaran listrik yang akan membuat lo berubah jadi senjata yang ampuh. Jadi, ini ngga akan menyakitkan kok. Tapi kalo sekali lagi lo banyak bacot, gue ngga akan segan-segan ngebuat lo meminta gue buat bunuh lo.”

Brian dan Rendi lalu berjalan mundur beberapa langkah menjauhiku dan kemudian Brian memberikan tanda kepada Donny untuk memulai prosesinya. Deru mesin yang menggema di seluruh ruangan membuat diriku hanya bisa pasrah dan berdoa untuk keselamatanku. Tak lama kemudian keluar sebuah suara dentuman dari suara mesin itu yang langsung mengalirkan arus listrik kearahku. “AAAAARRGGGGGH. SAAAKIIIIIT. PLEEEEEASEE, HENTIKAN!” teriakku yang tak dihiraukan oleh mereka bertiga. Listrik itu kemudian berhenti mengalir. Namun mesin itu masih menyala dan beberapa detik kemudian terdengar suara dentuman yang kedua. Listrik itu kembali mengalir kearahku dan aku hanya bisa menahan kesakitan yang aku rasakan karena tubuhku telah kehilangan banyak energi. Kemudian, datanglah dentuman ketiga yang membawa aliran listrik kepadaku dan pada saat itu juga aku mulai kehilangan kesadaranku. Semuanya nampak gelap gulita. Apakah aku mati?

Aku sekarang seperti dalam sebuah jalan yang begitu sangat gelap. Tak ada penerangan sama sekali. Aku hanya bisa berlari tak tentu arah dan tak akan pernah tahu dimanakah ujung dari jalan ini. Kemudian, tiba-tiba aku melihat sebuah cahaya putih yang sangat menyilaukan. “Apa itu? Apakah memang aku telah mati? Tapi, ini seperti hanya dalam mimpiku saja. Mungkin aku akan mencari tahu setelah aku melewati cahaya itu” kataku dalam hati. Aku lalu langsung berlari menuju cahaya tersebut. Semakin dekat aku dengan cahaya itu cahayanya semakin terang. Setelah aku berhasil sampai cahaya tersebut, aku hanya melihat ruang hampa yang di hiasi warna putih seluruhnya. Ah, tidak. Ruang itu tidak seperti ruangan tapi bagaikan kotak kosong yang berwarna putih.

Aku lalu berjalan menuju titik tengah dari ruangan berbentuk kotak itu. Tiba-tiba, terdengar suara yang sangat keras dan menggema. “Selamat datang di dalam dunia alam bawah sadarmu. Kau sesaat lagi akan menemui satu rintangan yang telah kami persiapkan untukmu. Jadi persiapkanlah dirimu. Untuk saat ini, ambilah salah satu senjata yang berada di depanmu saat ini. Setelah kau telah mengambil senjatamu, maka bersiaplah untuk bertarung melawan musuhmu karena setelah itu kau dapat bebas.”

Dihadapanku telah tersedia berbagai macam senjata mulai dari senapan laras panjang hingga pisau dapur. Aku lalu mengambil pistol yang kurasa akan sangat membantuku nanti. “Good choice. Sekarang, hadapilah musuh pertamamu. Musuhmu adalah kedua orang tuamu. Kali ini kau harus menembak mereka dengan satu kali tembakan. Kau hanya memiliki satu peluru dan kau tidak bisa menembak dirimu sendiri. Jadi gunakanlah sebaik mungkin dan jangan lupa untuk tertawa. HAHAHAHA” kata suara tersebut.

“Tidak... tidak.... tidak. Apa yang harus aku lakukan? Aku tak mungkin membunuh kedua orang tuaku. Mereka adalah orang yang paling aku sayangi di dunia ini. Tapi tunggu, aku tidak berada di dunia nyata kan? Maka aku pastinya tidak akan membunuh kedua orang tuaku secara nyata juga kan? Baiklah akan aku lakukan agar aku terbebas dari sini” kataku dalam hati. Aku kemudian mengarahkan pistol yang aku pegang kearah kedua orang tuaku yang saat ini sedang berkata untuk tidak mengikuti arahan dari suara tersebut. Tapi, apa peduliku. Ini bukanlah hal yang nyata bukan? Maka maafkan aku karena telah membunuh kalian karena kalian tidaklah nyata berada disini. Aku lalu menembakan peluru dari pistolku kearah kedua orang tuaku. Tetapi tunggu dulu, kenapa suara letusan pistol ini sangatlah terasa nyata bagiku? Dan mengapa cipratan darah ini sangatlah nyata? Apa yang terjadi saat ini? Tiba-tiba seluruh ruangan kembali menjadi gelap dan kemudian terdapat lampu putih yang menyorotiku. Kulihat Brian, Donny, dan Rendi datang mengahampiriku.

“Well done. Kau telah menyelesaikan tugasmu untuk membunuh kedua orang tuamu. Apakah kau berfikir bahwa yang kau lakukan itu tidaklah nyata? Kalau iya, maka selamat. Kau telah kami permainkan dengan sangat baik dan mulus hingga membuat kedua orang tuamu mati. Sekarang kau adalah pembunuh  dan kaulah yang bersala atas seluruh perbuatanmu” kata Donny.

“Tidak....tidak.... TIDAAAAAAK!!! Apa yang kau lakukan?! Kenapa kedua orang tuaku kau libatkan? Apa salahku hingga kau membuat aku membunuh keuda orang tuaku?!” Teriakku yang diiringi dengan tangisan penyesalanku.

“HAHAHAHA. Gue udah bilang ke lo berkali-kali kalo lo mau gue jadiin mesin pembunuh buatan gue. Maka dari itu gue buat lo menderita dengan cara membunuh kedua orang tua lo pake diri lo sendiri. Saat tadi lo disetrum sama alat yang kita ciptain, secara ngga langsung lo gue masukin sebuah kode di otak lo untuk gue aktifin buat jadi mesin pembunuh gue. So, welcome to our world, Malkova” kata Brian.

Mendengar kata Malkova, tiba-tiba aku kembali kehilangan kesadaran. Tapi kali ini aku tidak pingsan. Melainkan aku tak bisa menggerakkan diriku sendiri sebelum aku mendapatkan perintah dari Brian. Bodohnya diriku ini. Sial, selamat tinggal duniaku dan maafkanlah anakmu ini yang telah membunuh kalian berdua.

Psychopath DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang