Ending

2K 75 17
                                    

Session 4 - THE LAST MAN STANDING

Hari ini merupakan hari dimana aku melihat Brian untuk yang terakhir kalinya. Karena hari ini merupakan hari dimana aku akan membalaskan dendamku kepada Brian dan komplotannya. Aku telah merencanakan semuanya saat kemarin malam sebelum aku memejamkan mataku. Adrenalinku kini mulai memuncak saat aku melihat lembaran foto Brian dan klannya itu. Hanya ada satu foto yang membuatku terpaku untuk terus memandangnya. Foto itu sangat mirip sekali dengan wajah Sonya. Apakah mungkin Sonya dan Queen adalah orang yang sama?

“Aku kini tak boleh memandangi dan memikirkan foto wanita itu sekarang. Lebih baik aku mempersiapkan diriku untuk mengalahkan si Brian berserta ketiga anggota klannya itu” kataku dalam hati. Aku kemudian meletakkan kembali lembaran foto itu dan menghubungi atasanku bahwa aku ingin bertemu dengannya. Atasanku kemudian memberikanku sebuah alamat untuk tempat kita bertemu. Setelah selesai menghubungi atasanku, aku langsung menuju tempat yang telah diberikan kepadaku.

Alamat tersebut terletak pada jalan Pintu Besar Utara No. 14, Jakarta Barat. Setelah aku sampai tempat tersebut, aku langsung masuk di sebuah Cafe ternama di daerah Jakarta Barat. Aku kemudian melihat atasanku sedang duduk di meja nomor 5 dan langsung menghampirinya.

“Selamat pagi, pak” sapaku.

“Ah ya, Dimas. Silahkan duduk terlebih dulu. Kau mau pesan apa? Makanan? Minuman?” tanya atasanku ramah.

“Tidak susah, pak. Saya kemari hanya ingin mengatakan hal yang penting kepada bapak. Hal itu terkait pelaku utama pembunuhan yang sering terjadi di kota ini, pak”

“Hmm. Maksudmu Brian dan Klan Black Ravennya kah?”

“Betul, pak. Saya kemari untuk meminta izin kepada bapak agar memberi saya kesempatan satu kali lagi untuk mendapatkan Brian. Entah itu mereka akan kubawa secara hidup ataupun mati”

“Baiklah, saya akan memberikanmu satu kali kesempatan lagi dan karena memang saat ini belum ada yang berani mengambil resiko untuk bertemu dengan Brian bahkan Badan Intelejen sekalipun. Tapi, apakah kau mempunyai rencana yang matang? Karena menghadapi Brian dan klannya dengan rencana yang tidak matang sama dengan bunuh diri, Dim” kata atasanku yang saat itu sedang menerima pesanannya dari seorang pelayan cafe.

“Kali ini saya telah memiliki rencana yang sangat matang pak dan Bapak tak perlu khawatir bila rencana saya akan gagal seperti sebelumnya. Maka dari itu saya berani untuk meminta izin dari Bapak agar saya dapat menangani kasus ini kembali”

“Kalau begitu, maka cepatlah kau bertindak sebelum Brian dan klannya membuat kekacauan lagi. Tapi ingat, usahakanlah kau membawa mereka hidup-hidup. Tapi, kalau memang itu tidak ada kemungkinan membawa mereka hidup-hidup, maka bunuhlah mereka. Apakah kau mengerti?”

“Saya sangat mengerti dan sangat jelas, Pak. Untuk menjalankan misi saya selanjutnya saya mohon untuk pergi”

Aku kemudian melangkahkan kakiku untuk pergi dari cafe tersebut meninggalkan atasanku yang saat itu sedang melanjutkan sarapannya menuju mobilku. Di dalam mobil, aku kembali membuka ponselku untuk melihat dan mendengarkan situasi serta kondisi keberadaan mereka berempat. Ponselku lalu menampilkan keberadaan mereka di layarku. Kini mereka juga sedang berada di daerah Jakarta Barat, tepatnya di daerah Taman Fatahillah dekat dengan tempatku berada saat ini. Aku saat itu juga langsung mengemudikan mobilku menuju tempat Brian berada.

Tak beberapa lama kemudian, aku telah sampai di tempat. Aku lalu memarkirkan mobilku dan kembali mengamati ponselku. Di layar ponselku, aku melihat keberadaan Brian tak jauh dari tempatku berdiri. Kira-kira sekitar 50 meter dari tempatku saat ini. Tak menunggu waktu terlalu lama, aku langsung berlari mengikuti arahan dari ponselku itu. Aku terus berlari hingga pada saat layar di ponselku menampilkan posisi mereka tepat di arah jam 12 ku. Tepatnya di depan bangunan yang disebut Toko Merah oleh masyarakat setempat.

Psychopath DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang