Aku pun menghampiri Michael dan kubuka pengikat tangan dan kakinya. “Selamat datang, Mike. Mari kita bersama bersihkan kotoran ini.” kataku menyabut kedatangan seorang Michael Arthayana ke duniaku. “Geovani? Apakah kau mau bergabung juga degan kami berdua?” kataku. “Ga dan ngga akan pernah gue bergabung sama orang gila kaya lo berdua. Mending gue mati daripada harus gabung sama lo berdua.” kata Geovani. “Hmm. Nyali lo hebat juga. Gue acungin jempol ke lo. Tapi sayang, lo kaga berani ambil keputusan yang berharga ini. Hmm, Mike. Gue kasih lo tugas pertama. Bunuh Geovani sekarang juga.” Kata aku sambil memberikan pisau ke Michael. “Jika itu tugas pertama yang harus aku lakukan, maka akan aku melakukannya. Tapi aku membutuhkan dua pisau untuk membunuhnya.” kata Michael. Aku pun lansung memberikannya dua pisau.
Geovani POV
“Gila! Michael udah gila memang. Gue kaga percaya kalo Michael mau bergabung sama Brian. Yang ada dipikiran dia apaan si.” umpatku dalam hati. Aku sungguh tidak percaya kalau Michael dapat berubah cepat sekali. Hal ini sungguh sangat diluar dugaanku. Ternyata dua sahabatku yang paling aku kenal selama ini, sekarang telah menjadi seorang psikopat. Apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan mereka berdua? Sungguh bodoh memang diriku. Aku tidak bisa selamatkan mereka berdua disaat seperti ini. Aku kini hanya bisa terdiam melihat Michael datang. Yang kulihat kini bukanlah Michael yang kukenal lagi, melainkan adalah gambaran sesosok malaikat pencabut nyawa yang siap mengambil nyawaku kapanpun ia mau.
“Mike, gue ikhlas kalau lo mau ngebunuh gue. Tapi inget satu hal, dengan cara lo yang kaya gini, lo ngga akan bisa merubah apapun yang selama ini mengganggu pikiran lo dan buat lo, Brian. Cara lo itu salah buat merubah dunia ini menjadi lebih baik dan lo tega banget ya menghasut Michael, sahabat lo sendiri. Gue ngga nyangka lo yang sekarang kaya gini, Ian.” kataku. “Lo ngga usah banyak bacot ya, Van. Kalo ngga ada gue, sekolah kita ngga akan jadi damai kaya sekarang dan asal lo tau aja. Lo itu jadi penghambat misi gue dan sama aja lo udah berurusan sama gue. Siap-siap aja lo mati sekarang juga.” kata Brian mengancamku.
Kini Michael telah berada dibelakangku dengan membawa dua bilah pisau yang telah ditempatkan di leherku dan belakang punggungku. Tapi ada sesuatu yang membuatku bingung. Entah mengapa pisau kedua yang berada di tangan Michael sekarang sedang mengiris ikatan tali yang mengikat tanganku. Aku tak tau apa yang dia rencanakan kepadaku dan aku hanya bisa menunggu apa yang selanjutnya akan terjadi.
Michael POV
Aku harus bisa lepas dari sini juga membawa Geovani dengan selamat dan memikirkan bagaimana caranya agar aku tidak membuat Brian mengetahui gerak-gerikku. Semoga aktingku bisa mengelabuhi si Brian. Aku tidak akan pernah mau menjadi seorang psikopat dan apalagi harus membunuh sahabatku sendiri. Sekarang ikatan yang mengikat tangan Geovani telah berhasil aku lepaskan tetapi tetap aku pegang kedua tangannya untuk mengelabuhi Brian. Sedangkan pisau yang aku gunakan buat melepas ikatan tangan, aku kasih ke tangan Geovani dan berbisik ke telinganya kalau jangan berbuat apapun sebelum aku suruh.
“Brian, sebelum gue ngebunuh Geovani. Gue punya satu permintaan lagi, lo mau ngga bantu gue? Soalnya gue baru pertama kali buat ngebunuh orang dan tentunya gue butuh bantuan lo. Lo maukan?” tanyaku kepada Brian. “Oke, selama itu buat kebaikan misi kita, gue akan bantu lo dan tentunya gue harus bantu lo dong. Kalo ngga, pasti bakal berantakan. Lo kan masih *newbie dalam hal kaya gini dan harus butuh bantuan gue.” jawab Brian sombong. Brian akhirnya berjalan mendekatiku untuk membantu aku untuk membunuh Geovani. Untung saja dia tidak membawa benda kesayangannya, jadi aku bisa dengan sukses melancarkan aksiku. Setelah dia tepat di hadapan kita berdua, dengan cepat aku menusukkan pisau yang berada ditanganku ke tangan kirinya. Sontak saja Brian langsung menjerit kesakitan dan dengan aba-abaku, kami berdua lari meninggalkan Brian disana.
Aku dan Geovani akhirnya bisa lari keluar dari ruangan itudengan selamat dan kami masih harus mencari jalan keluar dari rumah ini dengan berlari mengikuti jalan saat kami menuju ruagan tadi. “Bro, cepetan lari dari sini. Gue ngga mau ketangkep lagi sama si Brian yang aku rasa udah mulai gila.” seruku. “Akting lo hebat, bro. Gue salut sama lo. Brian aja bisa sampe ketipu kaya gitu. Tapi tadi beneran kan lo cuma akting pas mau bergabung sama si Brian?” tanya Geovani dengan nada kecapean karena masih lari bersamaku untuk mencari jalan keluar. Aku hanya mengangguk dan tersenyum ke Geovani dan dia juga mengacungkan dua ibu jarinya tanda dia kagum dengan aksiku tadi yang sangat berbahaya.
Setelah sampai pintu keluar dan ketika kami berdua akan membukanya, terdengar suara ketawa yang sangat nyaring dan menakutkan. “Bro, itu suara ketawanya siapa, bro? Gue takut.” tanya Geovani ketakutan. Aku pun juga tidak tahu asal suara itu. Aku hanya berkata kepada Geovani untuk membuka pintunya agar kita bisa keluar. “Mike, pintunya kaga bisa kebuka nih. Lo punya cara lain kaga buat keluar dari sini?” kata Geovani. “Apa kekunci? Duh, gimana nih. Gue juga ngga punya cara lain.” jawabku gelisah. Akhirnya kami berdua mencoba untuk mendobrak pintu itu agar terbuka. Tetapi, setelah berkali-kali dicoba tetap saja pintu itu kokoh pada tempatnya.
*newbie : Amatir, Pemula
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Diary
Mystery / ThrillerBrian Hanggoro merupakan pelajar dari SMA Tunas Bangsa 109 Jakarta. Dia membpunyai dua orang sahabat yang bernama Geovani Saputra dan Michael Arthayana. Namun, semasa Brian menjadi pelajar di SMA banyak sekali hal yang membuat Brian berubah menjadi...