Part 18

1K 65 2
                                    

Setelah aku ditangani oleh tim medis yang bertugas di tempat itu, aku kembali kerumahku dengan membawa rasa sakit yang masih terasa di daerah pipiku dan kakiku. Saat aku berada di dalam mobil, aku membuka ponselku untuk memastikan bahwa penyadapku terpasang dengan tepat. Perasaan dendam dan emosi kini menyelimuti diriku hingga membuat diriku sulit untuk meredamnya. Kini aku tak tahan lagi dengan perilaku Brian yang sangat arogan. Beberapa saat kemudian ponselku tersambung dengan penyadapku. “Bingo! Kali ini kau akan aku tangkap dan saat aku menangkapmu, aku tak akan memberikan ampun lagi bagimu. Karena mulai detik ini tak akan ada lagi orang baik dalam diriku” kataku dalam hati. Aku kemudian menyalakan mobilku dan langsung kukemudikan menuju rumahku.

Setelah menempuh perjalanan yang begitu panjang dari tempat kejadian tadi, akhirnya aku sampai di rumahku. Aku langsung bergegas menuju kamarku untuk melacak keberadaan Brian lewat laptopku. “Hmm. Laptop udah kunyalakan dan kemudian tinggal tunggu acara besarnya” kataku. Aku kali ini sangat bersemangat untuk menangkap Brian. Aku tak tahu mengapa aku bisa menjadi seperti ini. Menjadi hampir gila oleh ambisiku untuk menangkap Brian. Tapi, aku sangat menyukai perasaan ini dan entah mengapa aku ingin sekali untuk menghabisi Brian dan komplotannya.

Kini di hadapanku telah terbuka laptop dengan membawa jalan keluar untuk menangkap Brian. GPS laptopku kini sedang mencari keberadaan Brian dan komplotannya. Setelah beberapa lama, GPS ku telah menemukan lokasi mereka dan bersamaan dengan itu ponselku memberikan pesan notifikasi bahwa ponselku telah siap untuk menyadap pembicaraan Brian dan komplotannya. “Waktunya telah tiba. Saatnya untuk mengetahui apa yang akan kau dan komplotanmu perbuat nanti” kataku.

Aku lalu memasangkan earphone ke ponselku dan mulai mendengarkan percakapan mereka. “Brian, lo yakin sama semua ini? Gue rasa si Dimas sialan itu membebaskan kita Cuma mau njebak kita semua deh” kata Donny.

“Lo ngga usah kuatir. Sebelum si detektif sialan itu menangkap kita, gue udah punya beribu-ribu cara buat bunuh detektif sialan itu dan kita ngga bakal kalah. Karena gue yakin, selama kita tetep bersatu, WE NEVER LOSE. Because, WE ARE THE BLACK RAVEN CLAN” kata Brian penuh dengan semangat.

Mendengar percakapan mereka, aku sedikit tertawa kecil karena mereka terlalu percaya diri dengan kekuatan tim mereka. Kau tahu? Bila Brian memiliki beribu-ribu cara untuk membunuhku maka aku punya satu cara yang sangat jitu untuk menghancurkan klan kebanggaan mereka itu. Tunggu saja, aku akan menghancurkan kalian semua.

Setelah mendengarkan percakapan mereka, aku kemudian mentutup laptopku dan langsung pergi menuju balkon rumahku sambil membawa secangkir coklat hangat yang aku buat tadi. Di balkon, aku memikirkan dengan matang rencana yang akan aku gunakan nanti. Detik demi detik, menit demi menit kuhabiskan dengan memikirkan rencanaku itu dan hingga pada akhirnya tidak terasa coklat panasku telah habis. “Oke. Aku telah siap bertemu denganmu, Brian dan mulai sekarang aku tak akan pernah takut sedikitpun kepadamu. Bila kau menginginkan diriku untuk mati, maka kaulah yang harus mati terlebih dahulu. Berisaplah Brian, kau akan menemui malaikat mautmu”

Aku lalu mencuci gelas yang telah aku gunakan tadi dan kemudian bergegas untuk tidur.  Seperti biasa yang sering aku lakukan sbelum tidur, yaitu aku meletakkan sebuah pistol kerjaku di bawah bantalku. Jadi, bila sewaktu-waktu aku dalam keadaan bahaya saat aku sedang tertidur aku bisa bersiap-siap dengan cepat. Setelah semua persiapan telah selesai, aku kemudian mematikan lampu kamarku dan kembali ke kasurku untuk tidur.

Psychopath DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang