Part 11

1.3K 80 9
                                    

Save the Johnny merupakan permainan yang paling aku suka. Permaian itu seperti permainan Russian Roulette. Permainan ini sangatlah simple. Kau hanya perlu satu pistol Revolver yang diisi oleh satu peluru saja dan setelah itu diputar isinya untuk mengacak letak peluru itu. Hanya saja, dalam permainan Save The Johnny aku memakai seluruh isi dari peluru dalam Revolver itu. Aku kemudian memberikan perintah kepada Donny untuk menyiapkan para bedebah sialan bawahan Dimas agar duduk melingkar.

“Ian, semua telah siap sedia dan udah gue kasih nomer satu-persatu di tubuhnya. Selebihnya, tinggal kita beri sentuhan sedikit dari permainan lo” kata Donny dengan semangat dan diikuti seringai dari Rendi.

“Oke. So, it’s Show Time, Boys. Now, I want to tell you something. Good luck and enjoy your last time in this world. HAHAHAHA” kataku kepada seluruh anak buah Dimas.

Let the game beggin. Aku lalu meletakkan Revolverku di tengah meja dan memutarnya dengan kencang. Perlahan-lahan, Revolverku mulai melambat dan berakhir di orang yang bernomer 3. “Well done, lo adalah orang yang beruntung di hari ini. Tak perlu lama-lama ya. Gue ngga punya banyak waktu. Sayonara” kataku. Aku langsung menembak orang itu di daerah kepalanya. Seketika darah menciprat kearahku dan orang disekelilingnya. “One is dead. Let’s continue our game. HAHAHAHA” kataku sambil tertawa bahagia. Aku kemudian melihat Dimas hanya menundukkan kepalanya sambil menangis.

“Hei, Dimas. Lo ngga usah sedih gitu dong karena lo ngga gue ajak main. Lo nanti juga gue kasih kejutan kok biar lo seneng” kataku kepada Dimas. Aku kemudian kembali memutar Revolverku. Kali ini dia berhenti pada orang yang bernomer 6.

“Hei Dim, kali ini gue kasih lo kejutan. Lo mau tau ngga kejutan itu?” kataku kepada Dimas. Namun, Dimas hanya diam tak bergerak dan masih menangis.

“Loh, ko lo masih nangis si? Katanya lo itu polisi, ko malah nangis si? Setau gue polisi yang hebat itu kuat loh. Dia ngga takut apapun. Jangan-jangan lo itu bukan polisi yang hebat yah? Hmm, gini aja deh gue langsung ngomong aja yah kalo lo dapet kesempatan buat memberi kepala orang nomer 6 timah panas agar kita bisa liat air mancur muncul dari kepalanya” kataku sambil memberikan Revolver yang kupegang kepada Dimas.

Dimas POV

“Apa yang akan kulakukan? Pikiranku telah buntu. Aku tidak bisa berpikir jernih lagi. Mungkin lebih baik aku mati saja agar aku tidak melihat timku mati karena kecerobohanku. Ya, lebih baik begitu.” Kataku dalam hati setelah Brian memberikanku Revolver yang dia pakai untuk menembak timku. Aku kemudian berdiri dari tempat aku duduk dan maju menuju timku. “Aku minta maaf kepada kalian semua” kataku kepada timku dan langsung mengarahkan ujung Revolver kearah kepalaku. Aku kemudian kembali melihat timku dan tersenyum sambil meneteskan air mata karena ini adalah terakhir kali aku melihat mereka setelah selama ini bersama dalam bertugas. Yang dapat aku ucapkan adalah selamat tinggal dan terima kasih atas seluruh perjuangan dari timku. Aku kemudian langsung menembakkan Revolver yang kupegang. Namun, tidak ada peluru yang keluar dari mulut Revolver yang aku pegang. Ku coba berkali-kali aku menarik pelatuknya dan masih tetap seperti tadi.

“HAHAHAHA. Udah gue duga lo pasti bakal mengacaukan rencana yang udah gue buat. Gue kasih lo kesempatan buat lo menang, lo malah mengacau. Gue sengaja kasih Revolver yang berbeda yang ngga ada isinya buat lo. Karena gue yakin kalo lo pasti akan melakukan itu, ya walaupun lo bisa menembak ke arah kita bertiga sih. But, YOU HAVE FAIL YOUR JOB, BOY. Now, it’s time to kill all your team” seru Brian sambil menembak timku satu persatu.

“Tidaaaak. Brian, tolong berhenti. Please, don’t kill my team” teriakku kepada Brian.

“Oke, as i told you. Gue akan sisain lo 2 orang dari tim lo dan gue akan pergi dari sini bersama seluruh personilku dan tahanan gue. Rendi, you know what you going to do now and one more, gue udah kasih cairan peledak didalam tubuh seluruh tim lo dan lo cuma punya waktu tiga menit untuk membebaskan mereka berdua dari bahan peledak itu pakai antidote ini. Jadi lo harus pilih salah satu dari mereka untuk dibawa lo keluar” kata Brian melangkah pergi meninggalkan kami setelah meletakkan sebuah antidote di meja.

“Ah. Dammit, i don’t enjoy this game very much” kata Rendi sambil melangkah pergi menyusul Brian dan lainnya.



Hei hei hei....
Author balik lagi nih....😂
Maaf ya udah ninggalin kalian sampe sebulan lebih. Itu semua karena tugas - tugas yang menumpuk dan ditambah lagi ujian akhir semester author...😩
But, here i am. I'm back to you all. 😊

Oh ya, berhubung ini akhir tahun nih. Kalian punya rencana ngga buat di tahun 2017 yang akan datang?😂
Kalo author berharap bisa terus berkarya lewat seni. Termasuk bisa terus nulis story di Wattpad ini dan doakan ya semoga cerita ini bisa di bukukan aaamiiin...😊

Udah deh. Authornya kebanyakan omongan yah???😂😂
Iya ngga papa deh. Soalnya author rindu kalian semua nih.😄
Don't forget to Vote, Comment, and Follow my account.😊

Salam hangat dari MDArts Entertainment!😊

Psychopath DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang