“Are you kidding? Gue ngga akan percaya sama tipu muslihat macam itu. Pastinya lo udah nyiapin jebakan buat kita pas kita keluar nanti. Gue benerkan?”
“Ini ngga ada kaitannya sama rencana buat menjebak kalian semua, aku serius mengatakan ini tanpa ada tipuan apapun. Kalau aku berbohong kali ini, kalian boleh bunuh aku ataupun menyiksaku sesuka hati kalian” kataku meyakinkan Brian dan yang lainnya.
“Hey! Jangan lo sebut permainan gue itu penyiksaan. Gue sama lainnya itu pengin ngajak main korban kita sebelum dia mati. Akh, lupakan. Lo ngga bakal ngerti. Oke, gue percaya sama lo. Tapi awas, kalo sampe aja gue ataupun lainnya ngeliat gerak-gerik lo yang mencurigakan. Lo bakalan langsung gue buat mati. Sekarang apa rencana lo buat bawa kita kabur?”
“Okey. Rencanaku sangatlah simple. Kau dan lainnya bawa aku keluar sebagai tahanan kalian. Masalah polisi di depan kalian bisa percayakan padaku dan jangan khawatir, di depan hanya ada polisi yang masih sangat dibawah standar dalam menyelesaikan masalah. Bagaimana, kalian ikut rencanaku?”
Brian dan lainnya menjadi hening ketika aku mengatakan rencanaku. Aku harap mereka sedang memikirkan rencanaku tadi dan mengikuti rencanaku. Aku ingin mengetahui seperti apa aksi dan modus mereka ketika membunuh dan bermain dengan korbannya atau lebih tepatnya menyiksa korban mereka. Semoga saja rencanaku untuk memata-matai mereka tidak akan terbongkar dengan mudah. Aku kali ini hanya mengandalkan aktingku dan keberuntunganku untuk mendapatkan kepercayaan mereka.
Setelah aku menunggu lama jawaban mereka, akhirnya Brian menyetujui rencanaku untuk keluar dari sini dengan menggunakan caraku. Dalam hati aku merasa lega karena Brian dapat mempercayaiku. Meskipun begitu, aku harus tetap waspada agar aku dapat melakukan rencanaku dengan tepat dan sempurna. Aku kemudian memberitahu Brian untuk mengikat tanganku agar rencana ini tidak diketahui oleh polisi yang berada di depan. Pada saat Brian mulai mengikatku, ketiga rekannya mengambil semua uang yang berada di dalam ruangan. “Ian, total semua uangnya mencapai 15.000 US dollar. We’ll be rich, guys” kata Donny setelah menghitung semua uang itu dan memasukannya kedalam tas yang berjumlah tiga tas untuk hiking. Brian kemudian menyuruh semua rekan-rekannya menggunakan masker dan menyiapkan senjata untuk pertahanan diri mereka.
“Okey. Semua persiapan telah usai. Ayo cepat keluar dari tempat busuk ini. Gue mulai muak sama temapat ini dan buat rumah ini, gue serahin sama lo berdua. Gue harap ngga ada barang bukti yang tertinggal. Kalian paham?” seru Brian kepada dua rekannya yang kalau tidak salah bernama Rendi dan Donny.
“Siap, Ian. Lo serahin aja sama kita berdua. Gue yakin lo ngga bakal kecewa sama hasil kerja kita. Iya kan, bro?” kata Donny kepada Rendi.
“Graaaaah!!!!!!” seru Rendi.
Aku kemudian dibawa oleh Brian sendiri yang didampingi oleh wanita yang sepertinya aku kenal saat aku melihat rambutnya. Dia selalu memakai masker hitamnya saat dia turun dari atap rumah tadi hingga sekarang. Aku mulai penasaran, apakah ini adalah Sonya atau itu hanya perasaanku saja. Kemudian setelah sampai di pintu utama, kepalaku langsung ditodong dengan pistol jenis Revolver oleh Brian. “Siap-siap. Gue bentar lagi mau buka tuh pintu. Lo tau kan harus ngapain biar kita semua selamat dari polisi itu?” kata Brian. Aku pun hanya mengangguk karena itulah yang bisa aku lakukan sekarang.
Pintu kemudian dibuka dengan lebar oleh Brian dan pada saat itu juga Brian mengatakan kepada seluruh polisi yang bertugas bahwa dia akan menembakku bila mereka macam-macam dengannya. Aku kemudian menyuruh para polisi itu menurunkan senjata mereka agar mereka tidak menembak Brian dan rekan-rekannya. Para polisi itu kemudian mengikuti instruksi dariku dan kemudian aku langsung dibawa oleh Brian menuju mobil mereka.
Setelah sampai di mobil mereka, Brian kemudian mengeluarkan pisaunya dari saku jaket yang dia pakai. “Ini gue lakuin biar lo kaga ngomong apapun tentang gue ataupun tentang klan gue. Ya anggap aja ini sebagai ancaman dari gue buat lo dan misal gue denger kabar apapun tentang seluruh anggota klan gue. Lo adalah orang nomer satu yang gue cari. So, Be careful of what you do” kata Brian sambil memasukkan pisaunya kedalam mulutku dan mulai mengiris pipi kananku.
“Aarrgggghh!!!!” teriakku karena sakit yang tak bisa aku tahan dari luka sobekku. Kini pipi kananku sukses sobek hingga hampir mencapai kupingku. Aku langsung memegangi pipi kananku yang masih mengeluarkan darah akibat ulah Brian tadi. Aku saat ini hanya bisa melihat Brian pergi bersama dengan anggota klannya dan aku harap mereka tidak mengetahui penyadap yang aku tempelkan pada tubuh Brian.
Aku kemudian kembali kepada polisi-polisi itu. Namun, saat aku sampai di tempat para polisi yang sedang bertugas, tiba-tiba terjadi ledakan yang berasal dari rumah Prasetya dan menewaskan beberapa petugas polisi yang berada dekat dengan tempat kejadian. Kali ini aku kembali hanya bisa melihat dengan perasaan dilema karena aku tak tahu yang kulakukan ini benar atau tidak.
Hei hei hei... MDArts here!
Oh ya, aku cuma mau bilang bahwa story dari Brian alias Psychopath diary akan khatam alias tamat alias end. #kebanyakanalias😂
Jadi, nanti kemungkinan akan end di part 20 atau kurang dari itu... Dan yang jelas aku masih mau bikin karya baru lagi kok. Jadi, stay tune ya sama work WP ku. Hehehe😊Oh ya, yuk yg masih mau ikut di grup chat line aku masih membuka siapa aja untuk ikut kok. Entah itu yang baru baca workku atau yang sudah di masukkan di library kalian alias telah lama baca. #yahpakehashtagaliaslagi 😂
Ngga ada persyaratan apapun kok. Kalian cuma tinggal chat di id lineku (@mdard17) kalau kalian itu pembaca dari Psychopath Diary. Nanti pasti aku add langsung kok.😊
Contohnya :
Aku adalah pembaca Psychopath diary (terus kirim deh chat kalian ke @mdard17)Oke deh sekian dari aku. Jangan lupa buat Vote, Comment, dan Ikuti akunku.
See you later...😊
Salam hangat dari MDArts Entertainment!😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Diary
Mystery / ThrillerBrian Hanggoro merupakan pelajar dari SMA Tunas Bangsa 109 Jakarta. Dia membpunyai dua orang sahabat yang bernama Geovani Saputra dan Michael Arthayana. Namun, semasa Brian menjadi pelajar di SMA banyak sekali hal yang membuat Brian berubah menjadi...