Part 15

1.2K 59 2
                                    

Perfect. Itulah yang tergambar dari suasana hatiku saat ini. Walaupun aku adalah tipe orang yang tidak mudah untuk puas terhadap sesuatu hal, tetapi berbeda dengan kali ini. Karena aku yakin bahwa kali ini kami akan berhasil mendapatkan kepala dari target kita sebagai bukti kalau kita telah melaksanakan misi dengan sempurna.

Kemudian kami langsung bersiap-siap untuk beraksi kembali. Aku memberikan baju kepada Queen untuk dipakai saat kita beraksi nanti. Sesuai dengan nama klan kita, kami semua memakai pakaian serba hitam. Donny dan Rendi memakai topeng freak nya untuk menutupi identitas aslinya. Sedangkan aku seperti biasa menggunakan Buff warna biru kesayanganku. Aku lalu mengangkat sebuah koper yang berada di bawah meja kerjaku. Kemudian aku buka koper tersebut yang berisi berbagai macam dan ukuran pisau koleksiku. Ya kau tahu sendiri, aku memang sangat menyukai berbagai macam pisau untuk membunuh targetku. Seperti contohnya saat aku menggunakan jenis pisau bedah untuk mengukir nama di kening korbanku dan aku juga menggunkannya untuk membelah-belah organ tubuh korbanku saat mereka menjerit kesakitan. Rasanya sungguh sangat menyenangkan mendengarkan suara yang keluar dari mulut korbanku dan aku juga sangat suka melihat darah mengalir dengan lancarnya bagaikan air terjun yang dapat menyegarkan mata.

Setelah memilih beberapa pisau koleksiku, aku kemudian menutup dan menaruh kembali koper yang aku ambil di tempat semula. Kemudian aku mengambil Sianida dan racun tikus  yang kuletakkan di laci mejaku. Tak luput pula aku membawa tali yang juga berada di dalam laci. Aku tak tahu akan aku gunakan  untuk apa ketiga benda tersebut, tapi apa salahnya dibawa. Siapa tahu kita akan membutuhkannya nanti.
Setelah semua siap, aku kemudian kembali ke ruang aula. Disana mereka bertiga telah siap untuk beraksi dan sedang menungguku untuk berangkat. “Guys. Ready all?” seruku kepada mereka bertiga.

“Ready and always to be ready at any condition” seru Queen.

“Ready and waitng your next order” seru Donny

“HUUURRAAAAAH” seru Rendi penuh semangat.

Kami kemudian langsung berangkat menuju target menggunakan mobil. Dalam perjalanan, kami tidak ada yang berbicara sedikitpun. Kami semua memikirkan bagaimana caranya agar misi kami berjalan dengan lancar dan dapat kembali tanpa ada yang terluka bahkan tetap utuh. “2 menit lagi sampe lokasi, siapin amunisi kalian” kata Donny. Aku dan lainnya langsung mengecek amunisi mulai dari senjata yang kami bawa hingga body armor yang kita pakai.

Kami sampai di lokasi pada jam 21.30. Tepat dimana target kami baru saja pulang dari kerjanya. Aku lalu mengajak semuanya untuk briefing sebentar untuk mempersiapkan segalanya. Aku lalu membuka berkas-berkas tentang biodata target kami. Dalam biodata tersebut, target kami adalah seorang Direktur Utama dari sebuah Bank ternama di Jakarta Barat yang bernama Prasetya Yudianto. Dia merupakan orang yang sangat keras kepala dan seseorang yang tempramental. Dia juga seseorang yang kerjanya hanya menyuruh bawahannya untuk kerja hingga larut malam dengan gaji yang jauh dibawah UMR sehingga banyak yang membenci dia dan tentu saja menginginkan dia untuk mati seperti yang dilakukan oleh klien kami. Oh ya satu lagi, dalam berkas yang kami baca dia adalah seorang koruptor di bank tersebut. Kekayaannya dapat mencapai angka 13,7 Miliyar dan dia juga sering menyuap para oknum-oknum polisi agar dia tidak dapat dilacak oleh badan intelegen manapun.

“Fvck, dia memang seorang bajingan yang pantas buat kita bunuh” seru Donny penuh kesal.

“Yup. Lo betul Don and we won’t let him go before we bring him down to his grave. Ready all?” kataku sambil mengambil pisau tempurku.

Kami kemudian turun dari mobil kami dan langsung berjalan menuju rumah target kami. Dalam pengamatan kami, terdapat empat hingga 7 orang Bodyguard yang berjaga di depan rumahnya dan aku menebak akan ada lebih banyak lagi di dalam rumah tersebut. Aku lalu memberi sinyal untuk memecah kelompok kami menjadi dua kelompok agar kami dapat memasuki rumah tanpa dicurigai. Aku bersama Queen masuk melalui sayap kanan rumah dan The Crusher masuk melalui atap rumah. Queen dan aku langsung bergerak ke sayap kanan rumah dan disana ada dua orang yang sedang berjaga sambil mengobrol. Sambil mengendap-endap, aku dan Queen menyerang kedua orang Bodyguard itu dengan sekali tusukan di kepalanya sambil menutupi mulut mereka. Setelah mereka mati, aku kemudian membelah kepala mereka dari belakang hingga depan kepala mereka sehingga nampak bagian dalam dari kepala Bodyguard bodoh itu.

Psychopath DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang