Part 16

1K 59 10
                                    

Aku kemudian masuk bersama dengan Queen dan Duo Dewa Kehancuran. Saat kami semua memasuki ruangan, Prasetya ternyata telah bersiap diri dengan membawa senjata laras panjang jenis M-16 yang biasa dibawa oleh para pasukan polisi khusus saat bertugas. “Jangan kira aku tak tahu siapa kalian dan mau apa kalian kesini. Aku sudah melihat gerak gerik kalian di layar monitor itu dan aku tahu untuk alasan apa kalian akan datang kemari” kata Prasetya sambil menodongkan senjatanya ke arah kami. Walaupun demikian, kami tetap tak gentar dan tetap memasuki ruangan itu dengan jalan menyebar agar kami susah ditarget oleh Prasetya.

“Ckckckck. Lo itu terlalu pinter ya. Pantes aja lo itu bisa ngorupsi uang sampe segini banyaknya. Pantesnya si lo ngga gue bunuh, tapi gue kuliti kulit lo, gue ambil mata, mulut, sama kuping lo, terus gue ukir nama lo di badan lo and than gue ajak lo keliling kota biar orang-orang tau kalo orang kaya lo itu pantesnya digituin. Gimana? Lo mau?” kataku sambil mengambil pisau di saku celanaku.

“F**K YOU!!” teriak Prasetya sambil menembakan senjatanya ke segala arah.

“Sh*t!!! Arrrggh!!!!” seruku karena kaki kananku terkena tembakan dari Prasetya. Aku kemudian menyuruh semuanya untuk berlindung dari Prasetya. Queen yang berlindung bersamaku melihat kaki kananku yang terluka. Dia kemudian segera menyobek sebagian kain di lengan bajunya untuk membalut lukaku agar aku tidak kehabisan darah. “Whoa whoa. I’m okay i’m okay. Don’t pay attention to me. Just stay focus to him” kataku. Namun kata-kataku tidak dihiraukannya dan Queen tetap membalut lukaku. Dia mengatakan bahwa keselamatankulah yang harus dia utamakan. Beberapa saat kemudian, Prasetya telah berhenti menembaki kami dan kami segera keluar dari persembunyian kami.

Aku kemudian menyuruh Rendi untuk menutup dan mengunci pintu keluar agar Prasetya tidak bisa lolos dari kami. Dengan jalan yang terpincang-pincang, aku maju mendekati Prasetya. Bersamaan aku maju Prasetya ikut mundur dan akhirnya terpojok di salah satu sudut ruangan itu. Dia mengatakan bahwa dia minta maaf dan akan memberikan apa saja yang kami inginkan asalkan dia tidak dibunuh. “HAHAHA. Why so Serious? Just Smile and face it your destiny and kenapa sih setiap orang yang pengin gue ajak main demennya ngomong ‘Please, jangan bunuh gue’ or maybe ‘Please gue masih pengin hidup’? Lo tau kaga? Banyak bacot lo semua. An***g tau kaga sih! Bosen gue denger itu tiap kali gue pengin main sama korban gue. Udah deh, keburu mood gue ilang langsung aja kita mulai mainnya” kataku.

Aku kemudian langsung menyuruh Donny dan Rendi untuk mengikat Prasetya di kursi kerjanya agar dia tidak bisa kabur dari kami. Aku dibantu Queen untuk berjalan mendekati Prasetya. Aku kemudian memulai dengan mendekatkan pisauku ke mata kanan Prasetya dan berhenti tepat satu centimeter di hadapan matanya. “Hmm. Kok lo matanya nutup sih? Buka dong, nanti lo ketinggalan saat yang paling bagus loh. Gue buka yah” kataku sambil membuka mata kanannya dan lansung menancapkan pisauku secara perlahan ke matanya. Detik demi detik kunikmati saat aku menancapkan pisauku ke mata Prasetya dengan perlahan. Rasanya seperti aku sedang menusukkan pisau ke Jell-O dan saat pisau mulai memasuki matanya darah merah segar keluar dari matanya yang penuh dosa. Setelah pisauku telah sempurna masuk kedalam matanya, aku kemudian menariknya dengan paksa sehingga bola matanya ikut keluar bersamaan dengan keluarnya pisauku.

Kulihat Prasetya merintih kesakitan karena ulahku tadi. “Eh, sakit yah? Maaf yah gue tadi terlalu bersemangat nariknya. Yaudah deh, mata kanannya aja yang gue ambil. Sekarang apa lagi yah? Ah ya! Daripada lo murung terus karena kepikiran sama dosa-dosa yang udah lo perbuat, gue ukir senyuman yah di mulut lo. Kan lumayan lo bisa senyum terus tanpa perlu susah-susah lo keluarin tenaga” kataku yang langsung menusukkan pisauku dengan cepat ke pipi kanannya dan tembus ke pipi kirinya. Setelah itu, aku langsung menarik pisauku menuju bibir Prasetya. Kali ini aku harus menggeseknya dengan perlahan karena aku ingin menghasilkan karya yang sangat indah berupa senyuman manis untuk Prasetya sebagai hadiah bermain denganku. Setelah sempurna, aku kemudian membuka bajunya sampai Prasetya benar-benar telanjang tanpa ada sehelai benang apapun. Ketika Prasetya telah telanjang, Queen langsung memalingkan mukanya karena dia tak ingin melihat laki-laki telanjang tanpa alasan.

Psychopath DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang