Part 9

1.8K 113 22
                                    

Sonya POV

“Sungguh tidak kupercaya! Aku besok akan berhadapan dengan seorang pembunuh nomer satu di Jakarta. Apa yang harus aku lakukan?” kataku dalam hati. Aku memang sering mengurusi orang yang memiliki gangguan jiwa. Tetapi, untuk yang satu ini aku masih belum yakin apakah aku dapat menggali info lebih dalam darinya atau malah aku akan menjadi kepuasan hasratnya dalam membunuh. Semoga saja besok dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang akan aku siapkan.

Aku lalu langsung pulang menuju rumahku menggunakan mobil pribadiku. Dalam perjalanan pulang, aku masih terbayang-bayang apa yang akan aku siapkan untuk besok. “Akan aku pikirkan saat di rumah saja nanti. Berbahaya bila aku memikirkannya disaat aku sedang mengemudi.” kataku dalam hati. Aku memang tipe orang yang mudah untuk panik bila dihadapkan dengan perkara yang mengancam keselamatanku. Karena itu, aku selalu menenangkan diri dengan membuat sebuah sugesti dipikiranku. Tak lama kemudian aku sampai di rumahku. Rumahku tergolong rumah yang tidak terlalu besar. Tetapi cukup untuk aku tinggal. Ya, aku memang masih sendiri saat ini. Aku memutuskan untuk hidup sendiri karena memang belum ada yang cocok untuk hatiku ini dan aku juga masih trauma dengan masa laluku yang kelam. Aku saat itu telah memiliki seorang tunangan. Tapi pada 2 minggu sebelum kami akan mengadakan acara pernikahan, tunanganku mengalami kecelakaan dan membuatnya meninggalkan diriku.

Aku kemudian membuka pintu rumahku. Namun, saat aku akan masuk kedalam rumah, terdapat sebuah tangan yang langsung mencengkram  lenganku dan mengunci lenganku kebelakang tubuhku. Kemudian, tak lama setelah itu. Sebuah bilah pisau mendekat ke arah leherku.
“Si-si-siapa kamu?! Kenapa kamu melakukan hal ini?!” teriakku kepada seseorang di belakangku.
“Lo ngga perlu tau siapa gue. Nanti lo juga bakal tau siapa gue. Sekarang, lo maju kedepan kalo lo ngga mau mati.” kata seseorang dibelakangku dengan nada mengancam. Aku kemudian langsung mengikuti apa yang orang itu katakan.
“Good. Sekarang lo duduk di kursi itu dan jangan lakuin apapun yang membuat gue curiga sama lo.” kata seseorang di belakangku sambil mengarahkan pisaunya ke sebuah kursi didepanku. Aku lalu berjalan dengan perlahan menuju kursi di depanku dan duduk menghadap orang misterius itu.

“Siapa kamu?! Apa yang mau kamu lakuin kepadaku?! Please, jangan bunuh aku. Aku masih ingin hidup.” kataku dengan nada ketakutan.

“Lo ngga akan gue bunuh. Gue cuma mau tanya satu hal sama lo. Dimana Brian berada?” kata orang misterius itu.

“Ngga akan aku jawab sebelum kamu memberitahu siapa kamu sebenarnya.”

“Oke, kalau itu mau lo. Gue adalah Donny. Donny Hardikusumo. Gue adalah anggota dari kelompok pembunuh yang kami dirikan. Namanya adalah The Black Raven. Sekarang, katakan dimana Brian berada sebelum habis kesabaran gue sama lo.”

“Oke... oke.... dia ada di sebuah ruangan untuk menginterogasi di markas besar polisi. Lebih tepatnya di daerah Jakarta Pusat.”

“Oke, sekarang lo ikut gue buat jemput Brian. Ya anggap aja lo itu tawanan gue.”

Aku lalu kembali dibawa menuju keluar rumah. Sebelum pergi, aku meminta ijin ke Donny untuk mengunci pintu rumahku. “Oke, percepat. Jangan lama-lama. Kita tidak punya waktu banyak.” kata Donny yang langsung aku jawab dengan anggukan. Setelah selesai, aku digiring menuju sebuah mobil Jeep warna hitam. “Pantas saja dia tahu rumahku. Ternyata dia mengikutiku saat aku pulang. Sialan.”  gumamku dalam hati. Setelah sampai, aku langsung di bawa masuk ke dalam kantor.

Brian POV

Aku kemudian berjalan memutari ruangan karena aku merasa bosan berada di ruagan menyebalkan ini. Tak selang beberapa menit, aku mendengar suara tembakan yang disusul suara gaduh para anggota polisi. “Waktu yang sangat tepat.” kataku dalam hati. Aku kemudian menghampiri polisi yang bertugas menjagaku.

“Hmm. Kau tidak keluar membantu teman-temanmu?” godaku kepada polisi itu.

“Itu bukan urusanmu. Sekarang diamlah dan balik ketempatmu.”

“Itu memang bukan urusanku, idiot. Yang polisi kan lo bukan gue. Lagian, lo ngapain jaga disini? Nantinya juga lo bakal mati kan?”

Tiga menit kemudian, pintu ruanganku berhasil dijebol oleh Donny dan Rendi sang Dewa Kerusuhan. Kemudian dengan satu kali tembakan, peluru yang berasal dari pistol Donny mengenai kepala si polisi bodoh itu dan membuatnya mati seketika.

Aku kemudian menghampiri mereka. “Kenapa sangat lama kalian ini? Jangan bilang kalian bersenang-senang terlebih dulu sebelum gue?”
“Sorry, Ian. Buat lo nunggu lama. Iya si dikit, tapi ada yang kita sisain ko buat lo. Nih, gue bawa tawanan buat lo. Lo pasti suka.”

Aku lalu melihat tawanan yang dibawa oleh mereka berdua dan menanyakan siapa namanya. Dia kemudian menjawab kalau dia bernama Sonya Agustiana. Dia juga berkata bahwa dia adalah seorang Psikolog yang ditugaskan untuk meneliti diriku oleh si Reserse bajingan yang bernama Dimas Bahari itu. “Oke, lo harus ikut kita bertiga karena lo adalah tawanan kita. Jangan ada gerak-gerik yang mencurigakan. Kalo lo sampe macem-macem, lo bakalan habis. Lo paham?” ancamku kepada Sonya yang dijawab dengan anggukan  darinya.


Hei... Hei.... Hei guys, i'm back here...😂
Nah untuk update kali ini, author mau berterima kasih sama @millennia22 dan @Lyaniputarsnen atas idenya yang dapat membantu author dalam menentukan jalan cerita si Brian ini.😊
Tentunya author juga berterima kasih juga sama readers setia author ya yang udah mau Vomment di cerita author dan nge-follow author juga. Pokoknya kalian Da Best deh...😍😘👍
Oke... Sekian dari author ya... Nantikan update an selanjutnya...😊😊
Don't forget to Vote, Comment, and Follow my Account.

Salam hangat dari MDArts Entertainment!😊😊

Psychopath DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang