Seminggu setelah kejadian Leo yang memeluk Fanni di Rooftop sekolah,kini ia tak pernah bertemu dengan Leo lagi yang entah kemana.
Sekarang Fanni sedang berada di taman belakang sekolah membaca buku novel yang baru dibelinya dua hari yang lalu."HEH PHO!" Suara sentakan itu membuat Fanni menghentikan kegiatan membacanya dan menoleh ke sekitarnya memastikan apakah sentakan itu ditujukan untuk dirinya atau justru untuk orang lain di taman itu.
Fanni pun menoleh ke belakang dan menemukan Tari yang berdiri di belakangnya dengan tatapan tajam.
Fanni yang tak mengerti atas tatapan dan ucapan Tari padanya hanya mengangkat sebelah alisnya menatap cewek yang menurutnya berwajah menor itu.
"Gue kan udah peringatkan sama lo, jauhi Leo! Lo tuli atau bego sih, ga ngerti sama ucapan gue!?"
Fanni mengernyitkan keningnya karena ucapan Tari padanya.
Ia bingung, apa maksudnya wanita ini berkata seperti itu, bukankah memang ia menjauhi Leo atas apa yang dimintanya."Maksud lo apaan sih?"
"Lo tuh bego atau gimana sih! Lo pikir gue gak tau apa yang lo lakuin hari itu di rooftop sama Leo, kalian pelukan kan, iya kan!?"
Sudut kanan bibir Fanni terangkat melukiskan senyum miring di bibir tipis itu."Terus kenapa?" Tanyanya enteng.
"Lo mulai berani ya!?" Kini tangan Tari telah menjambak rambut Fanni yang membuatnya meringis, tetapi ia tetap bersikap tenang atas perlakuan Tari padanya.
"Kapan gue pernah takut sama lo. Lagian kenapa sih? Lo cemburu,hm?
Lo baru jadi pacarnya, bukan istrinya." Perkataan itu justru membuat wajah Tari merah padam menahan amarahnya.Ia menguatkan jambakannya di rambut Fanni.
"Kali ini gue bisa nahan amarah gue,tapi lain kali ga akan ada ampun buat lo!" Tepat setelah mengatakan itu, Tari melepas jambakannya di rambut Fanni dan pergi dari taman itu.Sedangkan Fanni mengusap - usap kepalanya mengurangi rasa sakit pada kulit kepalanya.
"Aduh, bisa botak gue kalo terus dijambakin tuh nenek lampir."*****
Leo, Ken, dan Miko kini berkumpul di Cafe tempat mereka berkumpul. Tapi kali ini Nando tak ikut berkumpul karena katanya ia memiliki acara yang tak bisa ia tunda.
Sebenarnya sudah dua minggu Nando tak masuk sekolah dan hanya memberi kabar yang tak jelas menurut mereka saat terakhir berkomunikasi dengannya.
"Gue jadi kangen sama Nando." Ucap Miko sembari menyenderkan punggung nya di kursi.
"Yahh.. mau gimana, di telfonin nomernya ga aktif, kirim email juga gak ada balasan." Ken menambahkan.
"Sebenernya tuh anak kenapa sih!? Gak biasanya kan dia kaya gini." Leo kini angkat bicara walau sedari tadi matanya tertuju pada game di hp nya.
"Gak tau lah, pake alesan ada acara segala tapi sampe sekarang gak muncul - muncul batang hidungnya."
Drrt!Drrt!
Terdengar suara getaran pada handphone Miko yang berada di saku celananya membuat ia menggerak - gerakkan badannya tak nyaman.
"Duh duh.. adik gue berasa ikut geter juga ini mah." Miko pun dengan segera mengambil handphone nya dari saku celananya dan melihat ada sebuah pesan masuk dari nomor yang tak ia kenal.
From : Unknown Number
Hoy! Posisi dimana?
#Nando."Wah.. panjang umur nih bocah!" Teriak Miko setelah membaca pesan yang ternyata dari Nando itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ms. Jutek And Mr. Troublemaker
Teen Fiction"Gue ga akan jatuh kepesona nya,ga akan!!!" Daisy Liofannie "Gue akan buat lo jatuh cinta sama gue, apapun itu caranya" Leo Febrian