Part 8

129 22 41
                                    

Author Pov,-

"Kamu tidur disini, aku ambil kotak P3K sama kompresan buat kamu" Arga hanya mengangguk lemah.

Swan berjalan ke dapur dengan langkah diseret.
Menyiapkan air hangat dan mengambil kotak P3K untuk mengobati Arga.

"Ga...." panggil Swan saat memasuki kamar Arga.

"Ehmmmmm?" jawab Arga bergumam.

"Aku obatin ya?" Dengan susah payah Arga duduk, membuka bajunya lalu kembali tidur telungkup.

"Maaf" lirih Swan saat mengompres lebam-lebam di seluruh punggung Arga.

"Aku baik-baik aja bodoh, gak perlu khawatir."

"Nggak, kalau bukan karena aku, hiks.. kamu.. kamu gak bakal kayak gini Ga" mendengar tangisan Swan, Arga bangkit dari tidurnya menarik Swan masuk dalam peluknya. Dengan lembut Arga membelai rambut legam gadis itu.

"Aku akan melindungi kamu, jadi tetaplah di sisiku. Apapun dan bagaimanapun keadaannya, aku bakal lindungin kamu. Jadi jangan sedih ya? Ada aku disini, buat kamu..." bukannya berhenti, tangisan Swan malah semakin menjadi.

"Lihat aku Swan" titah Arga, dengan lembut membingkai wajah Swan dengan kedua tangannya.

"Wajah kamu juga lebam" jemari Arga membelai wajah Swan yang membiru. Tanpa Arga sadari tiba-tiba air matanya keluar dengan sendirinya.

"Kok kamu nangis?" Swan menghapus air mata Arga dengan satu jari telunjuknya. Air mata yang menetes dari mata Arga membuat hatinya sakit, perih, sesak, dan begitu berat.

" Hatiku sakit lihat kamu gini, aku...aku ngerasa kalok aku gak bisa lindungin kamu, tapi aku terus aja bilang mau lindungin kamu dan kenyataannya..." Arga menghentikan ucapannya saat Swan kembali menghambur ke dalam pelukannya.
Mendekapnya lalu menangis bersamanya.

Arga pov,-

Seluruh badanku serasa mau patah. Dimana-mana membiru, dua orang Iblis di rumah gadisku membuat aku dan Swan jadi begini.

Sudah ku putuskan untuk mengajak Swan tinggal bersamaku, aku akan bilang ke Mama tentang semuanya.
Aku gak mau Swan begini lagi, aku gak mau lihat dia di sakiti lagi.

Swan memelukku, menangis, aku benci melihatnya terluka.
Tapi di saat paling sedih sekaligus mengerikan ini ada satu kebahagiaan yang tersisa. Untuk yang pertama kalinya Swan mencium ku.
Ciuman yang sangat tiba-tiba membuatku seolah berhenti bernafas sejenak.

Malam itu aku berjanji pada diriku sendiri, untuk selalu melindunginya. Meskipun aku tidak pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan. Aku berharap aku bisa terus dan selalu ada di sampingnya. Bersamanya, berbagi luka dan tawa.

******

"Kamu gak usah sekolah dulu hari ini, nanti dokter kesini buat ngobatin kamu. Baik-baik selama aku gak di rumah, okey?" berasa punya Istri deh haha. Swan hanya mengangguk mendengar perintahku, tawanya masih belum kembali sejak semalam. Tapi aku senang karena dia ada di sampingku sekarang, dan dengan adanya diriku di sampingnya, gak akan pernah aku biyarin kedua orang itu menyentuh Swan lagi. Bahkan ujung rambutnyapun gak akan aku biyarkan mereka menyentuh Swanku dengan tangan kotornya.

"Pagi Ma" sapaku pada wanita yang masih bisa di bilang muda. Usia Mamaku masih 33 tahun, wajahnya cantik, kulitnya bersih, modis dan sexy. Hihi bukannya aku mau memuji Mamaku sendiri tapi memang itu adanya.

"Pagi sayang" jawab Mama tersenyum sebelum mengerutkan keningnya saat melihat Swan yang bersembunyi di balik punggungku.

"Ah Swan, kenalkan ini Mamaku. Jessy Xavier." ku tarik tubuh Swan sampai berdiri tepat di depanku.

Take Cover Me 🌸 Complite 🌸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang