Chapter 11

1.3K 136 0
                                    

"Jangan bertingkah bodoh! Mana ada yang mau menyukaimu! Dasar idiot!"

"Hei! Apa maksudmu mengataiku idiot?!"

"Karena kau memang idiot! Coba katakan mengapa kau lakukan itu? Padahal kau juga menyukainya! Kalau alasanmu tak bisa kuterima, maka kau benar-benar idiot!" Ucap JiMin serius. Oh astaga, orang yang lebih pendek dariku ini sungguh tak bisa ditebak. Aku menghela napas pelan. Lalu memandang lurus kedepan.

"Dari awal aku sudah kalah Jim.." Ucapku lirih. "Dari tinggi, otak dan juga basket. Aku sudah kalah dari Junhong.." Aku tersenyum miris setelah mengatakan itu. JiMin mendudukkan dirinya di salah satu bangku. Ia menunduk.

"Kau lemah Tae! Kalau kau berpikiran begitu, itu tandanya kau lemah!" Teriaknya, membuat hatiku nyeri mendengar kata-kata yang keluar dari bibirnya.

"Aku tahu rasanya Jim, aku tahu.. Yang kau rasakan sekarang. Sangat tahu." Kulihat tubuh JiMin mulai bergetar, oh ayolah aku bukannya orang bodoh yang tak tahu situasi apa yang terjadi dengan JiMin. Orang itu pasti menangis. Aku segera menghampirinya dan duduk disampingnya dengan pandangan lurus kedepan, tak ingin menatapnya.

.

"Kau tahu Jim? Aku bukanlah orang yang melankolis ataupun dramatis. Tapi yaa... Kalau ada yang ingin kau ceritakan. Ceritakanlah padaku, tak usah malu hehe.."

"Kau sungguh tak membantu Tae! Apa hubungannya melankolis atau dramatis dengan menyuruhku bercerita padamu? Konyol!" Ucap JiMin dingin, tapi ia tak terisak? Aku langsung menatapnya.

"Kau benar! Untuk apa aku mengatakan itu?" Ucapku dengan konyolnya mananyakan pada diri sendiri. Kulihat ia tertawa dan menghapus airmatanya.

"Kau tahu Tae? Kenapa aku tak berniat mengatakan bahwa aku menyukai JungKook?" Aku hanya bergumam 'hmm?' menanggapi pertanyaannya. "Karena aku tak ingin merusak hubungan persahabatanku dengannya, aku tak ingin ia berubah menjadi membenciku seperti membencimu." Aku tertawa pelan mendengarnya.

"Dan kau tahu Tae? Aku mengatakan pada JungKook bahwa aku menyukaimu. Demi itu semua." Oh yang ini aku langsung benar-benar tertawa lepas. Ia sedikit bingung atau mungkin kesal karena aku tertawa?

"Kau berbohong padanya atau memang kau sekarang menyukaiku?" Tanyaku sedikit menggodanya, mungkin agar membuat lebih nyaman suasana dan tidak canggung.

"TIDAK! Hatiku hanya untuk JungKook seorang!" Aku semakin tertawa. Menggoda JiMin ternyata asyik juga, tapi lebih asyik menggoda my love JungKook. "Tapi..." JiMin mulai menunduk lagi, kali ini lebih dalam.

"Apa? Kenapa kau menunduk seperti itu lagi? Oh ayolah wajahku lebih tampan daripada sepatu bututmu Jim." Ucapku mencoba mengembalikan suasana nyaman tadi. Karena suasana sekarang lebih mencekam/? Oh baiklah sepertinya ia serius.

"Taehyung-ah! Aku gagal menjadi sahabat yang baik untuk JungKook! Hiks.." Aku tidak tahu aku harus menjawab apa. "Aku sudah tak bisa -hiks- menahan perasaanku lagi -hiks- hingga akhirnya aku terbawa emosi hiks." Oh ayolah jangan menangis seperti itu, aku bingung harus apa?

"Menangislah jika itu membuatmu lega JiMinie.." Ucapku sok bijak. Padahal aku hampir terbawa suasana. Hei ingatlah aku juga menyukai JungKook! Oke ini aneh. Aku menenangkan seseorang yang sedang galau karena orang yang ia sukai atau orang yang aku sayang jadian dengan orang lain karena ulahku! Oh ya ampun siapa yang bodoh disini?
Selagi aku berkelut dengan pikiranku, JiMinpun menangis sejadinya disampingku. Ia akhirnya bercerita kejadian dikelas dan alasan mengapa ia seperti itu. Tangisnya sudah mereda tak seperti tadi yang terisak, namun ia masih menunduk.

.

.

"Kenapa tak kau lihat semua pesan dari JungKook?" Tanyaku atau mungkin lebih tepat saran. Karena menurut ceritanya ia tak membuka semua pesan dari JungKook. Dan tak tahu JungKook sudah jadian dengan Junhong.

"Aku.. Aku terlalu sakit hati hingga tak ingin membuka satupun pesan darinya! Tak akan!" Ucapnya dengan nada kesal. Seperti seorang yeoja menurutku.

"Kau itu bodoh atau apa? Mungkin saja kemarin ia meneleponmu dan mengirimi banyak pesan karena memberitahumu tentang ia dengan Junhong. Ayolah buka saja semua pesannya." Ucapku, mungkin otakku sekarang lagi benar hingga berpikiran seperti. Oh baiklah lupakan. Dengan ragu JiMin mengambil ponselnya, menghidupkan ponsel itu yang entah sejak kapan sengaja ia matikan.
Hening untuk beberapa lama. Sebanyak apa JungKook mengirimi ia pesan? Aku yang tadinya menatap pohon diujung sana kini menoleh kearah JiMin yang entah sejak kapan ia sudah menunduk dalam -lagi- dan ponselnya ia genggam erat.

"Astaga Tae... Hiks.." Oh jangan lagi, ya Tuhan..

.

.


Tbc--

enchim salahpaham sihh😢😢

Just One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang