Chapter 31

1.3K 110 0
                                    

"MWO?! Sudah jam segini Jungkook belum pulang?!"

"Ne, Taehyung-ah.. Aku juga khawatir. Kemana anak itu."

"Biar aku yang mencarinya ahjumma."

"Jangan, diluar hujan deras. Nanti kau sakit."

"Gwaenchanna ahjumma, aku tutup dulu ya, annyeong!" Taehyung langsung beranjak mengambil payung dan jaket untuk Jungkook lalu keluar rumah. Tak sadar jika yang ia kenakan hanya kaus tipis dan celana selutut.

"Heish.. Kemana anak itu? Aku harus mencari kemana?! Jungkook-ah!"

.

.

.

Drrtt drrtt
Drrtt drrtt

"YA! Mworago?! Mengganggu sekali!"

"Astaga kau tidur seperti mati Jimin-ah! Ini aku Yoongi." Jimin yang baru bangun tidur mengangguk-angguk saat tahu yang menelepon Yoongi.

"Wae sunbae? Aku sedang tidur, kau mengganggu." Ucapnya dengan suara khas bangun tidur.

"Berarti kau tidak tahu jika Jungkook belum pulang?! Ia masih didepan rumahmu! Ia tak ingin pulang se—" Jimin yang mendengar kata Jungkook masih didepan rumahnya langsung sadar sepenuhnya.

"MWO?! Ah kau berbohong!"

"Haisshhh, mana mungkin aku berbohong. Kalau tak percaya, lihat saja!" Jiminpun bangkit dan melihat ke jendela. Seketika tubuhnyapun lemas melihat Jungkook yang masih berdiri depan rumahnya. Tubuhnya basah kuyup karena hujan yang terus turun.

"YA! Kenapa kau tak memberitahuku!" Teriak Jimin, ia langsung mengambil jaketnya.

"AKU BAHKAN MENELEPONMU SUDAH BERATUS KALI PARK JIMIN!"

Dan detik berikutnya, ponselnya ia lempar keatas kasurnya. Jimin berlari keluar rumah.

BRAK!

Jungkook tersenyum melihat Jimin yang akhirnya mau melihatnya lagi. Namun tak lama tubuhnya terjatuh.

"Jungkookie!"

GREP!

SRET!

"APA YANG KAU PIKIRKAN PARK JIMIN?! KAU INGIN MEMBUNUH JUNGKOOK DENGAN MEMBIARKANNYA SEPERTI INI HAH?!"

Bukan, itu bukan Yoongi. itu juga bukan ayah atau ibu Jimin. Melainkan Taehyung yang datang dan dengan sigap berlari melepas payungnya dan merengkuh tubuh Jungkook yang akan terjatuh diatas aspal yang dingin dan basah. Ia mendorong Jimin hingga Jimin yang terjatuh.

Jaket yang ia bawa langsung ia pakaikan ke Jungkook. Taehyung sangat murka pada Jimin. Ia benar-benar marah. Kalau saja ia tak memikirkan Jungkook, ia ingin menghajar Jimin. Namun ia tak ingin Jungkook kedinginan lebih lama lagi. Iapun menggendongnya.

"Kau mau melihat Jungkook seperti ini lagi? Kalau tidak, biarkan ia bersamaku! Karena kurasa, kau sudah tidak bisa menjaganya lagi!" Kata Taehyung, ia menatap tajam Jimin yang masih terduduk dan menunduk dalam.

"Ya, bawalah dia bersamamu. Kurasa hanya kau yang memang bisa membahagiakannya. Jagalah dia, jangan buat dia menangis.."

Taehyung masih menatap Jimin dengan tajam. Bagaimanapun ia ingin sekali menghajar namja itu. Tapi ia langsung teringat Jungkook digendongannya. Iapun beranjak pergi dari sana tanpa membalas ucapan Jimin.

Lagi dan lagi, airmata itupun jatuh bersama derasnya air hujan. Jimin menunduk dalam. Ia tak tahu harus berkata apa selain merelakan Jungkook'nya'. Ya, ini sudah berakhir.

"Mianhae Jungkook-ah!" Lirih Jimin.

......

Esoknya Jungkook tak masuk karena sakit, lebih tepatnya belum sadar dari pingsannya. Taehyung berjalan menuju kelasnya dengan wajah datarnya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan Jimin kemarin. Ia tak bisa memaafkannya begitu saja. Tentu saja tidak akan.

"Taehyung-ah!" Yang dipanggilpun menoleh, "Bagaimana dengan Jungkook? Ia baik-baik saja?" Tanya orang itu setelah menghampiri Taehyung.

"Buruk, tapi setidaknya tak begitu parah karena kau memberitahuku keberadaan Jungkook. Coba kalau aku tak datang saat itu, mungkin ia akan mati kedinginan dibawah derasnya hujan." Jelas Taehyung membuat orang yang disampingnya itu kaget. "Thanks ya Hoseok hyung." Lanjutnya dengan cengiran khas miliknya. Hoseok mengangguk.

Memang Taehyung mengetahui keberadaan Jungkook karena diberitahu oleh Hoseok lewat telepon. Dan iapun tahu kalau Jungkook sudah sedari pulang sekolah berada disana. Kehujanan hingga malam. Setelah menerima telepon dari Hoseok, Taehyungpun langsung berlari sekuat tenaga, melawan derasnya hujan. Pikirannya terus berada pada Jungkook yang sudah pingsan karena kehujanan. Makanya ia sangat ber terimakasih pada Hoseok karena itu.

"Separah itukah? Yeah, tak masalah. Itu aku juga tahu dari Yoongi. Ia bilang aku harus memberitahumu. Ternyata berguna juga." Ujar Hoseok. Taehyung menghentikan jalannya dan menatap Hoseok.

"Yoongi hyung? Ketua team basket kita?" Tanya Taehyung meyakinkan. Hoseok mengangguk mantap.

"Ia kemarin itu sedang berada dirumah Jimin. Aku juga tak tahu awal mulanya. Tapi kurasa Yoongi menyukainya." Kata Hoseok.

"Kupikir kau berpacaran dengannya hyung." Ucap Taehyung sembari melanjutkan jalannya. Hoseok yang mendengar itu hanya tersenyum tipis.

"Mana mungkin! Dia hanya sahabatku dari kecil. Dia selalu curhat padaku apapun yang terjadi. Aku yang lebih tahu dia. Jadi, saat ia bercerita tentang Jimin. Aku merasakan aura yang beda." Taehyung mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tak mendengarkan omongan Hoseok lagi. Karena sibuk dengan pikirannya.

Bagaimana bisa Jimin langsung dekat dengan ketua team basket yang galak itu?

Dan bagaimana bisa ketua galak itu langsung menyukai Jimin?

Bahkan Hoseok saja yang dekat dengannya hanya sebagai sahabat?

.

.



Tbc--

Yess .. tinggal dua chapp kelar dah nih ff yuhuuu--- 😩😩

Just One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang