BUGH!
"TAE!" Teriakku saat melihat Junhong memberikan satu pukulan tepat dipipinya hingga membuatnya terjatuh dan sudut bibirnya berdarah. Aku menghampirinya dan memegang tangannya.
"Jadi kau mencintai Jungkook?" Tanya Junhong pada Taehyung. Aku terdiam karena takut. Tapi Taehyung menggenggam tanganku erat untuk menenangkan aku. Kami sedang berada di lapangan kosong tempat Taehyung sedang bermain basket tadi. Junhong menatapku tajam. "Dan Jungkook, kau juga mencintainya?"
Aku menunduk dalam, tak lama kurasakan genggaman tangan Taehyung semakin erat. Akupun dengan ragu mengangguk.
"Baiklah, kalau begitu aku kalah bukan?" Junhong tersenyum miris, aku masih takut untuk melihatnya. "Kau sudah membuat aku dan Jungkook bersatu. Kurasa kali ini aku yang akan membuat kalian bersatu." Lanjutnya. Akupun mulai menatap Taehyung.
"Taehyung," Panggil Junhong. "Jungkook sudah memilihmu, buatlah ia bahagia. Jangan sampai menangis. Kalau aku lihat ia menangis..." Junhong berjalan menjauh, "Bersiap-siaplah, karena aku akan merebutnya kembali." Dan setelah mengatakan itu, Junhong meninggalkan kami berdua.
Ah, mataku terasa panas, tak lama kurasakan air dari mataku mengalir kepipi."Dia benar-benar orang yang baik." Ujar Taehyung. Aku mengangguk masih menangis dalam diam. Tak lama Taehyung mendekapku dengan erat. Junhong sudah pergi. Ia sudah merelakan aku dengan Taehyung.
Ya, Junhong memang orang baik bahkan sangat baik. Terimakasih untuk waktu sebulan denganmu Junhong-ah! Aku benar-benar mengerti artinya dicintai dan mencintai.
Terimakasih Junhong,
Terimakasih, cinta pertamaku....
.
.
"Bagaimana dengan Jimin?" Tanyaku dalam pelukannya. Aku sudah berhenti menangis, namun Taehyung enggan melepaskan aku dari dekapannya. Dan setelah aku menanyakan itu, dekapannya semakin erat. Ada apa?
"Jimin..." Taehyung mendesah pelan. Aku mulai melepaskan dekapannya dan menatapnya. "Ia tak mau aku pacaran denganmu. Ia tak rela.. Ia benar-benar tak ingin melepasmu." Ucap Taehyung. Aku mengelus pipinya yang tadi dipukul Junhong.
"Apa ini sakit?" Tanyaku. Ia menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan. Aku tersenyum dan mencium pipinya lembut, seakan bisa menyembuhkannya. "Apa kau tak keberatan jika aku yang membujuk Jimin? Dan kau menjauh dariku saat aku dengannya? Aku tahu dia, dia sahabatku. Kurasa aku yang bisa memintanya." Ucapku. Ia menatapku dengan tatapan tak terima. Aku menggenggam tangannya.
"Percayalah, hanya untuk sementara waktu.." Lanjutku meyakinkannya. Iapun menghela napas berat lalu tiduran menaruh kepalanya di pahaku.
"Baiklah, kalau begitu cium aku!" Pintanya, aku tertawa pelan lalu memajukan wajahku dan mencium bibirnya.
Tuhan, apakah sesulit ini memiliki seseorang yang benar-benar aku cintai?
Disaat perasaanku tersampaikan..
Disaat aku mengetahui bahwa ia mempunyai perasaan yang sama denganku...
Disaat aku ingin memilikinya...
Hanya tinggal selangkah..
Kau memberiku tantangan lagi...
Apakah sesulit ini...
Menginginkan ia menjadi milikku?
......
Morninggggg Jungkookieeee~~" Teriak Jimin saat aku memasuki gerbang sekolah. Aku menoleh dan tersenyum. Ia memelukku seperti biasa akupun membalasnya. "Kau tahu? Kemarin Taehyung bilang ingin berpacaran denganmu. Katanya kau mencintainya. Itu bohong kan?! Mana mungkin kau mencintai Tae—"
"Jimin-ah, itu benar.. Aku.. Mencintai Tae—"
"TIDAK!" Teriak Jimin memotong ucapanku, hingga kami menjadi perhatian murid lain yang baru datang. Aku menatapnya dengan cemas. Aku jadi teringat saat ia membentakku waktu itu. Oh please Jimin, jangan membuatku hancur lagi. "JANGAN KATAKAN ITU DIDEPANKU! KAU JAHAT JUNGKOOKIE!" Dan ketika mengatakan itu Jimin berlari kedalam. Aku benar-benar tak mengerti sekarang. Bagaimana ini?
"Sudahlah, ayo masuk." Tiba-tiba saja Taehyung langsung merangkulku dan menarikku. Aku hanya pasrah, entahlah pikiranki sedang melayang entah kemana.
.
.
.
.
Tbc--
Hahhh--- tinggal beberapa chap lagi kelar dah nih ff fiuhh*apuskeringet😥😥
KAMU SEDANG MEMBACA
Just One Day
Fanfictionawalnya aku menyukai tetanggaku yang bernama junhong , namun ketika bersama taehyung entah mengapa aku sangat penasaran denganya, dan jantungku selalu berdegup kencang ketika melihat senyumnya. apakah aku mencintainya? . . tapi semuanya sudah terla...